Top 3 Kemenpar Jadi Tema Besar Rakor PT Pariwisata

Senin, 13 Maret 2017 – 17:37 WIB
Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam The Infinite Gala Dinner 55 Tahun STP NHI Bandung di Hotel Papandayan, Bandung, Minggu (12/3) malam. Foto: Kemenpar

jpnn.com, BANDUNG - Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengerahkan semua sumber daya baik anggaran ataupun personalia guna mengejar quick win tiga prioritas utama kementerian yang dipimpinnya. Yakni Go Digital, Homestay Desa Wisata dan Air Connectivity.

Semua kedeputian di Kemenpar pun harus memiliki arah yang sama untuk mengejar program yang dijuluki Top 3 itu. Yaitu menomorsatukan program yang mempercepat, memperkuat dan mendukung tugas prioritas.

"Itulah tema besar Rakor Perguruan Tinggi Pariwisata se-Indonesia ke-III yang akan dilangsungkan di Hotel Mercure Bandung, Jawa Barat pada 13-15 Maret 2017," ujar Arief.

BACA JUGA: Top! 14 Persen Alumni STP-NHI Bandung Berwirausaha

Melalui Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan, Kemenpar merangkul Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia (HILDIKTIPARI). Kemenpar memang terus menggaungkan Indonesia Incorporated dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan akademisi sesuai dengan semangat sinergitas pentahelix yang melibatkan  pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, media dan masyarakat.

Arief menambahkan, peran akademisi amat penting dalam mengembangkan SDM pariwisata. Menurutnya, peran pendidikan tinggi pariwisata saat ini dibutuhkan untuk menjadi mitra pemerintah untuk menindaklanjuti ASEAN Mutual Recognition Agreement (MRA) sebagai kesepakatan bersama tentang diterimanya standar kualifikasi bagi tenaga profesionalisme pariwisata di antara negara ASEAN.

BACA JUGA: DPR Dukung Kemenpar Manfaatkan Efek Raja Salman

Arief menegaskan, Presiden Joko Widodo telah menetapkan lima prioritas pembangunan nasional. Yaitu pangan, energi, maritim, kawasan industri dan KEK, serta pariwisata.

Dari kelima prioritas pembangunan ini, sektor pariwisata ditetapkan sebagai leading sector karena sebagai penyumbang produk domestik bruto (PDB) dan devisa yang besar serta menciptakan lapangan kerja yang paling mudah dan murah. Kontribusi devisa pariwisata terhadap penerimaan devisa nasional tahun 2015 sebesar USD 12,6 miliar atau mencapai 9,3 persen secara nasional dan menempati ranking keempat setelah minyak bumi dan gas (USD 18,9 miliar), batu bara (USD 16,4 miliar) dan kelapa sawit (USD 15,5 miliar).

BACA JUGA: KJRI Jeddah Proaktif Gaet Wisman Arab Saudi

“Namun demikian, hanya sektor pariwisata yang mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,8 persen sampai 6,9 persen atau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan industri agrikultur, manufaktur, otomotif, dan pertambangan,” tuturnya.

Menteri asal Banyuwangi itu menambahkan, perkembangan kepariwisataan yang positif membutuhkan sinergi yang kuat dari lima pemangku kepentingan utama pariwisata yang terhimpun dalam sinergitas pentahelix. Hal itu diperlukan dalam rangka mewujudkan target nasional 2019, yakni mendatangkan 20 juta wisman dengan perolehan devisa sebesar Rp 280 triliun dan pergerakan 275 juta wisatawan nusantara (wisnus) di Tanah Air.

“Kontribusi terhadap PDB nasional sebesar delapan persen, menciptakan 13 juta lapangan kerja, serta daya saing pariwisata Indonesia akan berada di ranking 30 dari posisi sekarang di ranking 50 dunia,” sebutnya.

Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Kemenpar Ahman Sya menjelaskan, digital tourism dipilih sebagai tantangan global dalam mengantisipasi perubahan perilaku konsumen pariwisata dunia. Sebab, kalangan generasi milenial membutuhkan dukungan digital untuk melakukan perjalanan wisata atau always-connected travelers.

Sedangkan pilihan pembangunan homestay desa wisata merupakan terobosan dalam menyediakan fasilitas akomodasi di 10 destinasi prioritas. Yakni Danau Toba, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu, Borobudur, Bromo-Tengger-Semeru, Mandalika, Labuan Bajo, Wakatobi dan Morotai yang melibatkan masyarakat setempat.

"Ini yang sering disebut Pak Menpar Arief sebagai sharing economy," kata Ahman Sya.

Memberdayakan masyarakat dengan membangun homestay jauh lebih mudah, lebih cepat dan lebih massif. Kemenpar mentargetkan 100 ribu homestay bisa terbangun hingga tahun 2019 dengan mengedepankan prinsip ”you get more you pay less”.

Sementara itu program peningkatan aksesibilitas udara (air connectivity) merupakan hal yang sangat penting untuk mengoptimalkan seat capacity penerbangan terutama pada 10 destinasi prioritas. Hal itu penting dalam rangka mengejar target kunjungan 20 juta wisman pada 2019.

“Dalam mewujudkan pariwisata sebagai leading sector melalui program Top 3 tersebut membutuhkan kontribusi nyata dari perguruan tinggi untuk melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat pada sepuluh destinasi prioritas sehingga terjadi akselerasi pembangunan kepariwisataan yang nyata. Oleh karena itu acara ini sangat penting kami gelar,” ujar Ahman.

Lebih lanjut Ahman Sya mengatakan, tujuan Rakor Perguruan Tinggi Pariwisata se-Indonesia ke-III antara lain untuk memberikan pemahaman tentang program Top 3 Kemenpar. Kegiatan Rakor selama tiga hari itu diikuti 300 peserta dari kalangan pejabat Kemenpar, Kadis Pariwisata Provinsi se-Indonesia, pejabat dari kalangan pemerinah dan BUMN, pimpinan perguruan tinggi pariwisata, serta institusi perguruan tinggi pariwisata anggota HILDIKTIPARI.(jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Menpar Akui Lulusan STP-NHI Bandung Memang Jempolan


Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler