jpnn.com - LUMAJANG - Tosan, 55, korban penganiayaan karena menolak penambangan di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Lumajang, akhirnya pulang ke rumah Selasa tengah malam (13/10). Teman seperjuangan almarhum Salim Kancil itu datang menjelang Rabu dini hari (14/10)
Dia tiba di rumahnya dengan didampingi tim Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Kedatangannya disambut haru oleh kerabat dan tetangga. Mereka berebut berjabat tangan dan meminta maaf.
BACA JUGA: Inilah Sederet Peristiwa 2012-2015 yang Menodai Kerukunan Beragama
Radar Semeru (Jawa Pos Group) melaporkan, Tosan datang dengan naik mobil dan didampingi delapan orang dari LPSK. Sekitar pukul 23.15 Selasa, petani pemberani itu keluar dari dalam mobil. Kerabat dan ratusan tetangga yang menunggu kehadirannya sejak sore langsung mengerubungi Tosan yang 18 hari dirawat di RS Saiful Anwar Malang.
Tosan mengenakan kaus hitam dan sarung. Dia berjalan diapit petugas LPSK. Warga mengelu-elukan dia. “Tosan… Tosan… Tosan…,” seru warga. Mereka juga berdesakan agar bisa bertemu dan bersalaman dengan Tosan.
BACA JUGA: Gara-gara Ini Sandal Bertulisan Allah Makin Laris
Tak pelak, kondisi itu membuat halaman rumah dan bagian dalam rumah sesak. Akhirnya polisi dan tim LPSK segera membukakan lorong jalan untuk Tosan. Dia pun terlihat berjalan tegap menuju ruang dalam rumahnya. Bak pahlawan.
Luka-luka di wajahnya tak terlihat. Bekas luka di kedua kakinya yang sempat berkali-kali dilindas motor juga tidak tampak. Kakinya terlihat kuat.
BACA JUGA: Ribuan Warga Mengungsi ke Tapanuli
Tetangga dan kerabatnya mengaku tak heran dengan kondisi itu karena Tosan disebut-sebut punya ilmu kebal.
Tosan sempat menjawab singkat pertanyaan wartawan di depan pintu rumahnya. "Kondisi sudah membaik, sudah pulih," ujarnya sambil melambaikan tangan, lalu masuk rumah dikawal tim LPSK. (fid/ras/c9/kim)
BACA ARTIKEL LAINNYA... KASIHAN: Pak Jokowi dan Kapolri, Bebaskan 2 Jurnalis
Redaktur : Tim Redaksi