TPS Unik, Petugas Berpakaian Ala Sidang MKD

Kamis, 10 Desember 2015 – 11:05 WIB
Petugas KPPS di TPS 10 Kelurahan Monjok di Provinsi NTB. FOTO: Lombok Pos/JPNN.com

jpnn.com - Berbagai macam cara dilakukan petugas Tempat Pemilihan Sementara (TPS) untuk meningkatkan partisipasi pemilih. Misalnya TPS 10 di Kelurahan Monjok yang memparodikan sidang Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI yang menyidang Setya Novanto.

Masih sangat pagi. Saat itu menunjukkan pukul 07.00 Wita. Biasanya TPS masih sepi. Namun di TPS 10 Kelurahan Monjok terlihat berbeda. Meski pagi, banyak warga berdatangan menuju TPS tersebut. Baik itu orang tua hingga anak-anak.

BACA JUGA: Kisah sang Ulama, Meninggal di Masjid saat Hendak Salatkan Jenazah

Raut wajah mereka terlihat berbeda. Ada tersirat rasa penasaran dengan apa yang mereka tuju. Sekilas tak ada yang terlihat istimewa. Tak ada hiasan maupun aksesoris mencolok yang menarik perhatian. Lalu apa yang membuat mereka penasaran? Ternyata semua terletak di jalannya proses pencoblosan. Mereka mengkondisikan pemungutan suara menggunakan strategi sidang MKD.

Para pencoblos diperlakukan layaknya Setya Novanto dalam persidangan MKD. Mereka diberikan Id card bertuliskan nama Setya Novanto. Namun, para pemilik suara di sini bukannya “meminta Saham” tapi “Meminta Wali”.

BACA JUGA: Ingat ya, Nanti Harus Nyoblos Lagi

Meski begitu, mereka tetap diperlakukan layaknya orang yang sedang di sidang sebelum mencoblos.

Uniknya lagi, Ketua dan dua anggota KPPS bertindak sebagai hakim. Mereka menggunakan kostum layaknya seorang hakim MKD. Bedanya, hakim MKD menggunakan jubah sementara mereka menggunakan jas hujan.

BACA JUGA: Labuan Bajo, Bukan Sekadar Bertemu Kadal Raksasa, tapi...

Ketua KPPS TPS 10 Kelurahan Monjok, Sariu mengatakan, konsep ini untuk menarik minat warga mencoblos. Selama ini, proses pencoblossan terkesan serius dan biasa saja. Ia ingin menciptakan suasana mencoblos yang menarik dan nyaman bagi warga.

“Ada kesan jenuh setiap tahunnya mencoblos dengan suasana datar. Kita coba ikuti tren agar menarik,” ujarnya seperti dilaporkan Ferial Fitri Ayu Supriani yang dilansir Harian Lombok Pos (Grup JPNN.com).

Memilih  sesuatu  yang sedang tren tentu mengundang rasa penasaran warga.  Otomatis itu meningkatkan jumlah pemilih yang datang. Pemilih akan merasa jauh lebih santai dalam memilih.

Sariu menjelaskan, konsep tersebut juga merupakan salah satu bentuk kekecewaan masyarakat terhadap kasus Setya Novanto. Mereka menilai persidangan tersebut tidak transparans. Mereka menyayangkan sikap MKD yang menutup-nutupi sidang tersebut.

Ia juga menjelaskan alasan memakai jas hujan sebagai jubah. Pertama, sekarang sedang musim hujan. Namun bukan itu dasar utama memakai jas hujan dalam Pilkada. Sebab utamanya, mengisyaratkan bahwa pemerintah tidak boleh mengintervensi masalah.

Seperti sidang yang sedang berlangsung dalam MKD. Masyarakat meminta agar sidang dilakukan secara terbuka. Tertutupnya sidang Setya Novanto menunjukkan adanya intervensi beberapa pihak.

“Masyarakat kita perlu tau semua yang terjadi di negara. Semoga saja pemimpin berikutnya dapat lebih terbuka,” katanya.(fri/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tjahjo Kumolo, Puisi, Gitar, dan Pengabdian


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler