Tradisi Kuliner di Cina Benteng: Potret Kerukunan dan Kebersamaan Ramadan

Sabtu, 16 Maret 2024 – 22:52 WIB
Cina Benteng dengan sejarahnya yang panjang sejak abad ke-17, telah menjadi tempat penting bagi komunitas Tionghoa di Indonesia. Foto: source for jpnn

jpnn.com, KOTA TANGERANG - Cina Benteng dengan sejarahnya yang panjang sejak abad ke-17, telah menjadi tempat penting bagi komunitas Tionghoa di Indonesia.

Awalnya dibangun sebagai tempat perlindungan dan perdagangan bagi imigran Tiongkok, kini menjadi pusat kegiatan ekonomi dan budaya yang menggambarkan harmoni antara tradisi Tionghoa dan Melayu.

BACA JUGA: Komunitas Tionghoa Medan Dukung Akhyar Nasution-Salman Alfarisi, Ini Alasannya..

Potret harmonisasi tradisi lintas budaya ini tercermin dalam tayangan YouTube "Inspirasi Ramadhan 2024" episode buka puasa yang disiarkan melalui kanal YouTube BKN PDI Perjuangan pada Sabtu, (16/03/2024).

Berdekatan dengan Sungai Cisadane, terletak Pasar Lama Tangerang Kota, di mana komunitas masyarakat Tionghoa yang dikenal sebagai Cina Benteng menetap. Mereka telah melebur dan berakulturasi dengan komunitas Melayu.

BACA JUGA: Komunitas Tionghoa Gedung Gajah Berbenah Menjelang Imlek (2-Habis)

Meskipun diidentifikasi sebagai warga etnis Tionghoa, namun kita akan menemukan bahwa masyarakat Tionghoa di sini memiliki warna kulit yang sedikit lebih gelap (walaupun tetap berkulit kuning) dibandingkan warga keturunan Tionghoa lainnya di Indonesia.

Saat Ramadhan, Masyarakat di sekitar Pasar Lama Tangerang tidak hanya menjadikan wilayah itu sebagai tempat untuk berbelanja, tetapi juga menjadi titik pertemuan masyarakat dalam menyambut berbuka puasa di bulan Ramadan.

BACA JUGA: Komunitas Tionghoa Gedung Gajah Berbenah Menjelang Imlek (1)

Di sini, berbagai kuliner khas Ramadan seperti ketupat, opor ayam, kolak, dan camilan tradisional tersaji dengan harmoni, mencerminkan keragaman budaya yang bersatu dalam semangat Ramadan.

Fahri, seorang pengunjung Kawasan Kuliner Cina Benteng, menyatakan bahwa selama bulan Ramadan, variasi jajanan berbuka puasa di Kawasan ini lebih beragam. Oleh karena itu, dia memilih tempat ini untuk ngabuburit menjelang berbuka.

"Saat Ramadan, pasar lama ini juga lebih ramai. Jajanan yang tersedia juga lebih beragam, sehingga banyak orang yang dapat memilih hidangan berbuka yang unik," ujarnya saat ditanya oleh Tim BKN PDI Perjuangan.

Lebih dari sekadar hidangan lezat, pasar ini menjadi simbol harmoni budaya, dimana pengunjung dari berbagai latar belakang etnis dan agama berkumpul dalam semangat kebersamaan.

Klenteng Boen Tek Bio sebagai salah satu pusat kegiatan komunitas Tinghoa disana, pada bulan Ramadan menyediakan takjil berbuka untuk Masyarakat muslim yang berkunjung ke Kawasan Kuliner Cina Benteng.

Selain itu, festival-festival tahunan seperti Cap Go Meh dan Imlek juga menjadi momen penting yang merayakan keberagaman dan kekayaan budaya di Cina Benteng.

Dalam hikmah Ramadan menjelang berbuka, KH. Muhammad Syauqi MZ mengungkapkan bahwa tradisi kuliner di Cina Benteng ini merupakan cerminan dari nilai-nilai Islam yang mengajarkan kebersamaan dan persaudaraan yang harus tertanam pada diri seoang muslim, khusunya di bulan suci Ramadhan.

“Kuliner Pecinan dapat dikatakan sebagai pasar rakyat menjelang berbuka puasa dimana hal ini tidak hanya menjadi tempat untuk memenuhi kebutuhan makanan dan minuman bagi masyarakat, tetapi juga menjadi salah satu faktor penting dalam meningkatkan gairah ekonomi lokal,” ungkap putra da’i sejuta umat KH. Zainuddin MZ ini.

Ia juga melanjutkan bahwa tradisi kuliner di kawasan Cina Benteng ini juga menjadi sarana untuk mempererat ikatan sosial dan ekonomi antar Masyarakat.

“Dengan kebersamaan, kerukunan, dan keuletan dalam membangkitkan gairah ekonomi, masyarakat Cina Benteng menunjukkan kesadaran akan pentingnya berbagi rezeki, saling membantu, dan merangkul keberagaman sebagai anugerah yang memperkaya kehidupan bersama,” ujarnya.

Meskipun Kota Tangerang terus berkembang dan termodernisasi, Cina Benteng tetap menjadi penjaga sejarah yang kaya dan berwarna.

Di balik jajaran bangunan bersejarah dan jalan-jalan berliku di Pecinan, tradisi kuliner ini tetap menggambarkan semangat kebersamaan, kerukunan antar etnis, dan keuletan dalam menggairahkan ekonomi Masyarakat.(ray/jpnn)


Redaktur & Reporter : Budianto Hutahaean

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler