jpnn.com, JAKARTA - Kapolda Jawa Timur (Jatim) Irjen Nico Afinta dan Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat disarankan mundur dari jabatan pascaratusan Aremania tewas dalam Tragedi Kanjuruhan.
Saran itu disampaikan tokoh Jatim Habib Syakur Ali Mahdi Al Hamid setelah mencermati kericuhan seusai laga Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (1/10) malam.
BACA JUGA: Tragedi Kanjuruhan, Bambang Rukminto: Copot Kapolda Jatim & Kapolres Malang
Inisiator Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK) itu menilai insiden tersebut adalah tragedi nasional yang merusak citra sepak bola Indonesia.
"Sebaiknya Kapolda Jatim dengan penuh kesadaran mundur dari jabatannya, begitu pula Kapolres Malang. Tragedi ini sudah membikin malu kita (Indonesia, red), bahkan viral di luar negeri," kata Habib Syakur Ali dalam siaran pers, Minggu (2/10).
BACA JUGA: Instruksi Presiden Jokowi Tegas: Setop Liga 1, Usut Tuntas Tragedi Kanjuruhan
Dia mengatakan Kapolda Jatim dan Kapolres Malang seharusnya telah menyiapkan skema pengamanan yang matang agar ketika terjadi kericuhan suporter tidak menelan korban jiwa.
Oleh karena itu, dia mendesak pemerintah melakukan investigasi terhadap berbagai pihak, dari panitia hingga pihak keamanan.
BACA JUGA: Ratusan Aremania Tewas saat Tragedi Kanjuruhan, Irjen Nico: Suporter Anarkistis
"Termasuk Kapolda Jatim dan Kapolres Malang yang tidak mampu mengantisipasi adanya insiden ini," ucap Habib Syakur.
Pihaknya menilai kericuhan suporter itu tidak hanya menimbulkan banyak korban, tetapi juga bisa membuat citra bangsa yang beradab ini berubah akibat tragedi tersebut.
"Bayangkan, ada ratusan orang meninggal dunia. Dan yang meninggal itu justru penonton yang tak bersalah!," ujar dia.
Syakur Ali juga mengatakan beberapa media asing ikut menyorot insiden maut di Stadion Kanjuruhan seusai pertandingan Arema FC kontra Persebaya itu.
Pemberitaan berbagai media di dunia bahkan terkesan mencitrakan dunia sepak bola di Indonesia penuh dengan kekerasan dan ketidakramahan.
"Tragedi ini sudah sampai ke penjuru dunia dan memalukan citra kita sebagai bangsa yang beradab," ucapnya.
Untuk itu, Habib Syakur meminta pemerintah tidak hanya menyampaikan ucapan dukacita, tetapi harus ada tindakan tegas terhadap provokator bahkan pihak panitia dan aparat yang dianggap tidak mengetahui mekanisme dalam menjaga keamanan stadion.
Habib Syakur mengatakan ketika suporter kecewa atas kekalahan klubnya, itu hal yang wajar. Namun, aparat seharusnya langsung mengantisipasi ketika terjadi kericuhan, terutama mengamankan provokatornya.
"Bukan malah tunggu ricuh lalu dilempar gas air mata. Ini jelas bakal membuat penonton lain yang tak terprovokasi ikut panik bahkan mengalami luka," kata Syakur Ali.
Maka dari itu dia berharap ada tindakan konkret dari pemerintah atas insiden tersebut. Terutama, menindak tegas pihak-pihak yang melakukan kelalaian.
"Tidak bisa hal memalukan seperti ini ditoleransi, kalau kita ingin sepak bola Indonesia maju, harus ada tindak tegas berbagai pihak," ujar Habib Syakur Ali. (fat/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ratusan Suporter Tewas di Kanjuruhan, Inggris dan Rusia Ikut Berduka
Redaktur & Reporter : M. Fathra Nazrul Islam