Tren Properti Luar Kota Naik

Sabtu, 29 Maret 2014 – 07:33 WIB

jpnn.com - SURABAYA - Tren membeli properti di luar kota terus meningkat. Kenaikan ini didukung dengan kebutuhan mobilitas yang makin tinggi. Sinarmas Land Group agresif menjaring pembeli di luar proyek tersebut berada.

Marketing Department Head Wisata Bukit Mas Lusiana mengatakan prospek properti residensial terutama menengah ke atas masih cerah. Salah satunya dipicu oleh tren membeli properti di luar kota. Oleh karena itu pihaknya agresif mengadakan pameran ke berbagai kota besar dengan menawarkan enam proyek andalan.

BACA JUGA: Maret Aman, Fundamental Ekonomi Meyakinkan

"Seperti salah satu proyek Sinarmas Land Group, yakni BSD (Bumi Serpong Damai) City di Tangerang, hampir 50 persen pembeli merupakan orang luar kota. Begitu pula proyek Wisata Bukit Mas di Surabaya yang sebagian pembelinya dari kawasan Indonesia Timur," urainya di sela pameran properti Sinarmas Land Group kemarin (28/3).

Enam proyek yang mengikuti pameran tersebut, antara lain BSD City, Grand Wisata, Kota Wisata Cibubur, Banjar Wijaya, Legenda Wisata dan Wisata Bukit Mas.

BACA JUGA: Harga Telur Ayam Cenderung Naik

Menurutnya, minat konsumen membeli properti di luar kota dipicu mobiltas yang makin tinggi. Seperti kepentingan bisnis yang mengharuskan bepergian keluar kota sampai orang tua yang membeli rumah untuk kebutuhan kuliah anaknya.

"Selain Jakarta dan Surabaya, kami membidik pembeli dari Makassar dan Bali melalui even pameran," jelasnya.  

BACA JUGA: Banggakan UMKM, Khawatirkan Pasar Bebas

Untuk proyek BSD City sendiri, lahan yang belum digarap kurang dari separo. Yakni dari total sekitar 7.000 hektare baru dikembangkan sekitar 4.000 hektare. Sedangkan proyek Wisata Bukit Mas juga dikembangkan cluster baru untuk memenuhi kebutuhan rumah segmen premium.

Sementara terkait kebijakan pengetatan KPR makin menggeser kepentingan membeli rumah untuk investasi. Jadi, lebih banyak end user yang memang membeli untuk kebutuhan tempat tinggal. Selain itu, tren cicilan rumah bergeser dari KPR ke in house atau kredit melalui pengembang.

"Seperti kebijakan LTV (loan to value), seperti di Wisata Bukit Mas, hampir 50 persen memilih in house. Padahal dulu yang KPR mencapai 90 persen. Apalagi rata-rata pembeli di tempat kami untuk rumah kedua. Ditambah, sekarang end user lebih mendominasi," terangnya. (res)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... PTPP Targetkan Pendapatan Rp 16 Triliun


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler