Trump Minta Israel Ikut Campur Konflik di Venezuela

Minggu, 27 Januari 2019 – 19:11 WIB
Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu. Foto: AFP

jpnn.com, YERUSALEM - Donald Trump berusaha menyeret Israel ke dalam pusaran konflik kekuasaan di Venezuela. Secara terbuka presiden Amerika Serikat itu menyerukan Tel Aviv untuk mendukung kubu oposisi pimpinan Juan Guaido.

Namun, dilansir dari The Times of Israel, pemerintah PM Benjamin Netanyahu tampaknya belum mau mengambil tindakan. Israel menunda langkah-langkah mereka karena khawatir keselamatan komunitas Yahudi di Venezuela.

BACA JUGA: Guaido - Maduro Rebutan Kekuasaan, Rakyat Venezuela Jadi Korban

Para pejabat Kementerian Luar Negeri Israel akan bertemu di Yerusalem pada Minggu (27/1). Mereka akan membahas persoalan tersebut dan menyusun rekomendasi untuk Netanyahu.

Venezuela pernah menjadi rumah bagi sekitar 25 ribu Yahudi. Kini hanya tersisa sekitar 6.000 orang Yahudi diyakini di negara itu. Eksodus besar-besaran terjadi sejak 2009, ketika presiden kala itu, Hugo Chavez memutus hubungan diplomatik dengan Israel. Kebijakan tersebut membuat sentimen antisemit meningkat di Venezuela.

BACA JUGA: Negara-Negara Besar Ikut Campur Urusan Venezuela, Bagaimana Sikap Indonesia?

Seperti diketahui, AS telah mendorong masyarakat internasional untuk mendukung pemecatan Maduro. Di PBB, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mendesak semua negara untuk mengakhiri mimpi buruk Venezuela dan mendukung Guaido.

"Sekarang adalah waktunya bagi setiap warga negara lain untuk memilih satu pihak," ujar Pompeo mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB.

BACA JUGA: Shutdown Berakhir: Demokrat 1 - Donald Trump 0

“Tidak ada lagi penundaan, tidak ada lagi permainan. Entah Anda berdiri dengan kekuatan kebebasan, atau Anda bersekutu dengan Maduro dan kekacauannya," sambungnya.

Sementara Prancis dan Inggris bersama Spanyol dan Jerman mulai memberi ancaman kepada Maduro. Apabila Venezuela tidak menggelar pemilihan presiden baru dalam waktu delapan hari, maka mereka akan mengikuti AS mengakui Guaido sebagai presiden.

Guaido mengambil sumpah jabatan simbolis pada Rabu pekan ini. Dia menyatakan dirinya pemimpin konstitusional negara dengan alasan bahwa terpilihnya Maduro tahun lalu tidak sah. Tuduhan ini lantas didukung AS, Uni Eropa, dan banyak negara lainnya.

Langkah Guaido memang menjadi tantangan bagi pemerintahan Maduro. Selama pemerintahannya banyak protes dalam negeri selama bertahun-tahun dan upaya internasional untuk mengisolasi rezim lantaran krisis kemanusiaan yang meningkat. Pemicunya dinilai karena jatuhnya harga minyak dan kesalahan manajemen pemerintah. (JPC)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Inggris dan Turki Ikut Campur, Venezuela Kian Kacau


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler