Trump Setengah Hati Kecam Saudi, Takut Bisnis Goyang?

Minggu, 14 Oktober 2018 – 22:54 WIB
Donald Trump dan Raja Salman. Foto: AFP

jpnn.com - Kasus hilangnya Jamal Khashoggi kini jadi perhatian dunia. Kemarin, Sabtu (13/10), Sekjen PBB Antonio Guterres ikut menyampaikan keresahannya.

Menurut dia, kasus kejahatan terhadap jurnalis yang melibatkan negara semakin banyak. Dia tak ingin hal tersebut menjadi kewajaran yang terus berlanjut.

BACA JUGA: Jamal Khashoggi Si Pembenci Demokrasi

"Kita perlu tahu apa yang terjadi dan siapa yang bertanggung jawab. Saya tegaskan bahwa hal ini tak bisa dibiarkan begitu saja," ungkapnya kepada BBC di sela-sela pertemuan IMF-World Bank Group di Bali.

Guterres seperti gemas dengan pemerintah Arab Saudi. Sejak kasus tersebut mencuat, pihak kerajaan terus membantah tanpa memaparkan bukti apa pun.

BACA JUGA: Tiga Teori tentang Nasib Jamal Khashoggi di Konsulat Saudi

Mereka hanya bilang bahwa Khashoggi sudah meninggalkan kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul setelah mengambil bukti perceraian dari istri pertama. Sedangkan 15 orang yang dituduh sebagai tim eksekutor Khashoggi hanyalah turis.

"Kabar bahwa kami memerintahkan pembunuhan hanyalah tuduhan tak berdasar," tegas Menteri Dalam Negeri Arab Saudi Abdulaziz bin Saud seperti dilansir Associated Press.

BACA JUGA: Bekas Pengacara Donald Trump Masuk Partai Demokrat

Pembelaan itu didukung sekutu Saudi di Timur Tengah. Menlu Bahrain Khalid bin Ahmad menyatakan bahwa tuduhan kepada Saudi adalah upaya menjatuhkan kerajaan.

Pernyataan serupa disampaikan Menlu Uni Emirat Arab Anwar Gargash. Dia sudah menduga kampanye untuk menghancurkan Kerajaan Arab Saudi akan terjadi. "Siapa saja yang memulai aksi ini akan mendapatkan ganjaran berat," tegasnya.

Namun, hanya beberapa yang membela Saudi. Mayoritas negara di dunia mengutuk. Atau, setidaknya mempertanyakan status Khashoggi. Parlemen Inggris sudah meminta Menlu Jeremy Hunt ikut menyelidiki kasus tersebut.

"Kami mendukung semua otoritas yang ingin mengupas tuntas kasus hilangnya Khashoggi. Ini akan menentukan hubungan Arab Saudi dengan demokrasi dunia," ujar Mark Menzies, ketua komite Arab Saudi di parlemen Inggris.

Bagaimana dengan Presiden AS Donald Trump? Dia berjanji memberikan sanksi jika Arab Saudi terbukti membunuh jurnalis yang tinggal di Washington selama satu tahun terakhir itu.

Meski begitu, dia tetap tak ingin membatalkan kontrak pembelian senjata dengan Saudi senilai USD 110 miliar (sekitar Rp 2.199 triliun). "Sudah saya hubungi (pimpinan Arab Saudi). Tapi, mereka menyangkal (membunuh Khashoggi, Red)," jelasnya.

Trump terkesan tak ingin terlalu menekan Arab Saudi. Dia bahkan menyuruh Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin untuk tetap datang ke konferensi Future Investment Initiative (FII).

Konferensi dengan tema Davos in The Desert itu merupakan proyek ambisius untuk visi 2030 dari Putra Mahkota Arab Saudi Muhammad bin Salman. (bil/c10/oni)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Saudi Terpojok, Intel Turki Klaim Rekam Pembunuhan Khashoggi


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler