TSE Group Serap Ribuan Tenaga Kerja Orang Asli Papua

Kamis, 22 April 2021 – 13:21 WIB
Orang Asli Papua (OAP) yang dipekerjakan di pabrik pengolahan kelapa sawit milik Tunas Sawa Erma Group (TSE Group), di Papua. Foto: dok. TSE

jpnn.com, JAKARTA - TSE Group telah menyerap lebih 2.400 tenaga kerja orang asli Papua (OAP) dalam tiga tahun terakhir.

Para pekerja asli Papua itu tersebar di berbagai perusahaan, dari PT Tunas Sawa Erma (TSE), PT Dongin Prabhawa (DP) hingga PT Berkat Cipta Abadi (BCA).

BACA JUGA: TSE Group Diminta Aktif Berdayakan Warga Papua

Selurut perusahaan tersebut bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Kabupaten Merauke dan Boven Digoel, Provinsi Papua.

Direktur Human Resource dan General Affair (HR-GA) TSE Group Ronny Makal mengatakan, jumlah ini lebih banyak dibandingkan ketika pertama kali TSE Group beroperasi di Papua pada 1997.

BACA JUGA: TSE Dukung Konservasi Lahan Gambut di Riau

Melihat minat itu, perusahaan mulai melakukan proses rekrutmen OAP secara lebih aktif. Perusahaan kerap melakukan sosialisasi mengenai lapangan kerja hingga ‘jemput bola’ ke banyak distrik dan kampung.

"Khususnya ke Kabupaten Merauke dan Boven Digoel yang merupakan area kerja TSE Group," kata Ronny dalam keterangan tertulisnya kepada JPNN, Kamis (22/4).

BACA JUGA: Ciptakan Lapangan Kerja, TSE Beri Warga Papua Keahlian

Menurut Ronny, kerja sama dengan pemerintah daerah, terutama kepala distrik, juga rutin dilakukan.

"Melalui berbagai upaya ini, perusahaan berharap dapat memaksimalkan penyerapan tenaga kerja OAP, sehingga jumlah pengangguran bisa terus berkurang,' ujarnya.

Hingga saat ini, lanjut Ronny, putra-putri asli Papua sudah menduduki berbagai posisi strategis di TSE Group. Mulai dari kepala seksi, asisten manajer hingga manajer di lapangan maupun perkantoran.

Untuk memaksimalkan potensi penyerapan tenaga kerja, perusahaan memberikan banyak kemudahan. Salah satunya, tidak menyertakan ijazah sekolah sebagai syarat administrasi. “Untuk di kampung, terpenting adalah mereka punya KTP dan Kartu Keluarga (KK),” katanya.

Perusahaan kembali memberikan keringan bagi masyarakat yang tidak memiliki KTP dan KK. Masyarakat tetap dapat melamar pekerjaan.

"Jika lolos (tes, red), manejemen akan membantu mengurus administrasinya dengan melibatkan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil)," ujar Ronny.

Langkah ‘jemput bola’ ini diambil karena minimnya kemauan dari putra-putri daerah untuk bekerja di industri sawit. Oleh karena itu, perusahaan harus aktif menawarkan kesempatan kepada mereka untuk mendaftar.

TSE Group juga kerap menggaet Dinas Ketenagakerjaan Provinsi Papua untuk memperluas cakupan perekrutan ke angkatan kerja yang memiliki ijazah.

Ronny mengakui, banyak tantangan yang dihadapi dalam menyerap tenaga kerja. Di antaranya, para pekerja OAP yang sudah menempuh pendidikan tinggi lebih memilih menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) ketika sudah bekerja di TSE Group selama satu sampai dua tahun.

Meski begitu, Ronny menekankan, TSE Group tetap berkomitmen untuk memprioritaskan penyerapan tenaga kerja dari warga sekitar perusahaan.

"Komtimen ini dilakukan TSE Group untuk ikut mendorong kesejahteraan masyarakat sekitar melalui penciptaan lapangan kerja," ujarnya.

Menurut data ketenagakerjaan Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Papua per Agustus 2020 berada di level 4,28 persen. 

Tingkat pengangguran di Papua itu masih di bawah rata-rata nasional sebesar 7,07 persen. Meski demikian, data ini menggambarkan bahwa potensi angkatan kerja masih belum banyak terserap sehingga membutuhkan perhatian khusus dari banyak pihak.(jlo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Djainab Natalia Saroh

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler