Tumpukan Uang Setengah Meter Kelilingi Makam Imam Ketujuh

Sabtu, 05 September 2009 – 04:45 WIB
BERDAKWAH- Moh Ali Aziz (kanan) bersama dua sahabatnya di kompleks makam Imam Khomeini di Iran.
Lebih dari sepekan sejak awal Ramadan, guru besar Institut Agama Islam Negeri Prof Dr MohAli Aziz memenuhi undangan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk berdakwah di Iran

BACA JUGA: Penghasilan Sebulan Rp 45 Juta Plus

Inilah catatannya sepulang dari Negeri Mullah yang menganut faham Syiah itu.
====== 

RAMADAN tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya
Sisa-sisa panasnya suhu politik pasca pemilihan presiden Iran Juni lalu yang dimenangi incumbent Ahmadinejad masih terasa

BACA JUGA: Warga Asing Temukan Surga, Warga Lokal Masih Menderita

Ucapan selamat Ramadan antarwarga Iran, seperti "Ramadan Mubarok" atau "Mohe Ramadan" yang biasanya memenuhi telepon seluler, facebook, e-mail, blog, dan sebagainya, tidak sesemarak tahun lalu

 
Selama konflik terjadi antara pendukung Ahmadinejad dan kandidat tandingannya, Mir-Hossein Mousavi, semua saluran komunikasi internet dan telepon dalam dan luar negeri ditutup total untuk mengatasi konflik yang semakin luas." Namun, sebagian warga masih mengisi blog atau facebook dengan Mohe Ramadan Mohe Nuzul Qur'an (Selamat Ramadan, bulan turunnya Alquran), bahkan" berkomukasi dengan dunia luar menggunakan jasa Free Gate yang disediakan negara asing

BACA JUGA: Dibangun 1775, Direnovasi Umat Nasrani

"
 
Pemerintah Iran mengumumkan awal puasa pada Sabtu, 22 Agustus 2009, setelah sehari sebelumnya melihat bulan (rukyat)Pada pukul 20.00 atau 22.30 waktu Indonesia Bagian Barat (WIB), terdengar azan magrib sebagai malam pertama RamadanAzan mereka berbeda dengan azan di IndonesiaAda tambahan "Asyhadu anna "aliyyan waliyullah" (Aku bersaksi bahwa Ali adalah kekasih Allah) dan "Hayya ala khoiril 'amal" (Mari melakukan perbuatan terbaik) di tengah bacaan azanBahkan, di masjid lain yang saya kunjungi di Teheran ada tambahan lagi "Asyhadu anna aliyyan amiral mukminin hujjatullah" (Aku bersaksi, Ali pemimpin kaum mukminin, penguat agama Allah)
 
KBRI menggunakan patokan waktu memulai dan berbuka puasa dari kalender Abu Yousuf yang berbeda dengan jadwal milik pemerintah Iran yang rata-rata Magrib lebih akhir dan subuh lebih awalMasing-masing selisih 10 menitRupanya, pemerintah Iran menerapkan prinsip kehati-hatian sehingga saat imsak seperti pada masyarakat Indonesia sudah dimasukkan ke waktu subuh untuk memulai puasa-
 
Selain dikumandangkan saat azan, seruan takbir biasa didengar masyarakat Iran setiap ada unjuk rasa di beberapa tempatApa pun isu yang ditampilkan"Syukur Pak, sejak Ramadan ini semua unjuk rasa distop pemerintah, sekalipun terpaksa dengan kekerasan, sehingga kami bisa tenang menjalani Ramadan," kata Fahmi, bagian protokoler KBRI Teheran yang menjemput saya di Bandara Imam Khomeini.
  
Selama seminggu saya ditempatkan di Wisma KBRI di Jalan Arab Alley, Golzer Street, Nobonyad, TeheranWisma itu berdekatan dengan kompleks tentara paling elite Iran: PasdaranSemua tentara ditempatkan?di beberapa apartemen bertingkat 15-25 yang bersebelahan dengan markasJadi, kalau terjadi perang, tempat tinggal saya, barangkali, menjadi salah satu yang menjadi target utama lawan.
 
Selama konflik pascapemilu presiden lalu, hampir setiap tengah malam Fahmi mengaku tidurnya tergangguSelalu terdengar suara takbir di semua penjuru kotaPenduduk Teheran naik ke atap rumah atau melalui jendela bertakbir, bahkan sesekali mengutuk pemimpin yang dibenci dengan  teriakan melengkingTaktik pendukung Mir-Mousavi itu meniru para pendukung Imam Khomeini ketika menggulingkan Syah Iran 30 tahun laluSebab, jika meneriakkan takbir untuk berdemo di jalan raya di siang hari bisa ditangkap atau ditembak polisi atau tentara-
 
Bagi saya, ini adalah kunjungan yang kedua setelah memenuhi undangan yang sama sebagai imam tarawih di Teheran pada 2008Karena itu, tidak terlalu sulit bagi saya mencari beberapa masjid bersejarah bagi kaum Syiah di Teheran untuk melihat kegiatan mereka selama Ramadan
 
"Ini Masjid Al-KadhimiSiapa ulama ini, Pak," tanya Afif, sopir -bujangan asal Jawa Barat yang menemani sayaDia mengaku belum pernah mengunjungi masjid di Jalan Tajrisy, meskipun hampir tiga tahun di TeheranAfif takut dicurigai sebagai mata-mata asing karena salatnya yang tidak sama dengan mereka. 
 
Di tengah masjid dengan penjagaan ketat polisi dan beberapa satpam itu terdapat makam Imam Sholeh bin Musa al-KadhimiImam yang wafat pada 799 M itu adalah imam ketujuh di antara 12 imam SyiahIbunya adalah seorang budak AfrikaDia menjadi imam ketika berusia 21 tahunDalam sejarahnya, dia pernah dipenjara dan diracun oleh pemerintah Abasyiah pada abad kedelapan"
 
Meski makamnya di Teheran, sebagian masyarakat Iraq meyakini al-Kadhimi wafat dan dimakamkan di IraqSepeninggal beliau, putranya, Imam Ali ar-Ridha (Reza), menjadi imam kedelapanPutrinya, Fathimah al-Ma'shumah (Hezret Fatimiyeh al-Ma'shumeh), menjadi wanita pujaan masyarakat IranBahkan, makamnya yang berada di tengah masjid dengan nama dirinya di Mashad -sekitar 100 km dari Teheran)- hingga sekarang tidak pernah sepi dari peziarahBegitu ramainya sehingga dalam pengamatan saya jauh lebih banyak daripada pengunjung makam Imam Khomeini
 
Di dalam Masjid Al-Kadhimi, saya melihat suasana yang amat khidmatSeorang pemuda penghafal Alquran sedang membaca kitab suciSuaranya menggema di masjid, "sebagai tanda menjelang waktu duhur RamadanBersamaan dengan itu, para pengunjung masjid menghampiri makam sang imamMereka memasuki makam dengan mengelus pagar dan menciumnyaKetika keluar dari makam beratap kaca hias yang bergelantungan sangat indah itu, mereka berjalan mundurMereka tidak mau membelakangi sang imam
 
Saya juga melihat orang-orang berebut memasukkan uang ke makam setelah salat (namaz, dalam bahasa Iran) dan berdoa di makamTumpukan uang kertas setinggi setengah meter mengelilingi makam ituJauh lebih banyak daripada tumpukan uang di makam Imam KhomeiniTapi, boleh jadi, ketika saya mengunjungi makam Imam Khomeini, yang berada dekat Bandara IKIA (Imam Khomeini International Airport) di atas tanah puluhan hektare itu uang baru saja diambil pengurusNamun, bisa saja karena kharisma Imam Khomeini memang tidak sama dengan kharisma imam yang lain.
 
"Saya tidak percaya dengan Imam KhomeiniSaya hanya berziarah di makam Ali Reza atau imam lainnya di Mashad," kata seorang pemuda Syiah Iran yang pernah belajar di Eropa"
 
Saya mengikuti tata cara jamaah di masjid ituAgar tidak dicurigari sebagai mata-mata asing atau dipandang aneh oleh mushalli (jamaah masjid istilah di Indonesia) yang lain, saya juga berdiri membaca doa yang terpampang di boks lampu sebelum memasuki makamIsi doa itu, antara lain, "Dengan izin Allah, rasul-Nya, dan izin Sholeh bin Musa Al Kadhimi,?aku memasuki taman penuh berkah ini".
 
Dalam boks sebelahnya, di samping terdapat sanjungan untuk Nabi Muhammad dan Ali, disebutkan juga bahwa Al-Kadhimi adalah kekasih Allah, imam yang terjaga dari dosa dan?yang jasadnya tidak rusak sedikit pun sekalipun sudah beratus tahun berlalu
 
Saya benar-benar terharu dengan bacaan Alquran anak muda dalam masjid ituSaat masih di luar masjid yang dipenuhi burung dara yang berterbangan, saya menduga suara itu dari kaset yang sudah banyak beredar di IndonesiaTernyata itu suara pria berjenggot tipis yang duduk di depan jamaahSuaranya sangat merdu dengan intonasi bacaan yang berkali-kali membuat saya meneteskan air mata."
 
Hampir setiap hari Ramadan pemuda itu didatangkan untuk pengantar waktu salat DuhurSemua jamaah memegang Alquran untuk menyimaknya dan menciumnya setelah berakhirnya tadarus"Sekalipun dia menjadi imam dalam tadarus di masjid besar, dia sangat bersahajaBerbaju lengan panjang yang dimasukkan ke celana, tanpa tutup kepala, dan jenggot tipis yang sangat modis," kata Heru, sekretaris pribadi Dubes RI yang menyertai saya sambil menunjuk pria tersebut
 
Ketika imam tadarus pulang pun, tidak banyak orang berjabat tangan dengan pemuda itu"Dia tidak gila hormat kepada jamaah," tambahnya."
 
Mungkin, dia menyindir saya atau sebagian ustad di Indonesia yang sering menggunakan pakaian kebesaran khusus dan meminta perlakuan istimewa dari jamaahSaya bergabung di tengah-tengah mereka untuk melihat beberapa Alquran di tangan merekaKitab suci Alquran mereka sama dengan Alquran yang beredar di IndonesiaTidak seperti keyakinan beberapa orang selama ini bahwa Alquran orang-orang Syiah berbeda(Prof Dr Moh Ali Aziz-bersambung)

BACA ARTIKEL LAINNYA... APBN Hampir Sama dengan APBD Jatim


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler