Tunggu Apa Lagi, Pak SBY?

Oleh: Dradjad H Wibowo*

Senin, 04 Agustus 2014 – 00:39 WIB

jpnn.com - SEBAGAI Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), saya kecewa melihat pemerintah RI bersikap datar-datar saja melihat lansia, wanita dan anak-anak Palestina dibantai oleh bom-bom Israel. Apakah pemerintah RI akan sama mandulnya dengan tokoh-tokoh dan lembaga swadaya masyarakat yang sok suci membela hak asasi manusia (HAM), namun diam seribu bahasa melihat tragedi kemanusiaan?

RI jangan takut dituduh anti-Semitik. Ini bukan soal politik. Ini soal nurani kemanusiaan. AS yang terus memasok senjata ke Israel saja tidak nyaman dengan pembantaian warga sipil oleh Israel tersrbut.

BACA JUGA: Keinginan Luhur Politisi

Bahkan, mantan Menteri Pertahanan Inggris, Peter Luff secara tegas menyebut serangan Israel tersebut brutal. Ketika ditanya apakah serangan tersebut tidak sah berdasarkan Konvensi Jenewa, Luff menjawab; “ya".

Sekjen PBB dan jajarannya juga demikian. Selebritas dunia seperti Javier Bardem (pemenang Oscar) dan istrinya Penelope Cruz pun tegas-tegas mengecam Israel. Rihanna maupun Zayn Malik dari band terkenal Inggris, One Direction juga bersikap tegas. Padahal mereka tahu, betapa kuatnya dominasi ras Yahudi dalam dunia hiburan global.

BACA JUGA: Jokowi, Prabowo dan Media

Tidak sedikit selebritas dunia yang selama ini mendukung Israel, sekarang diam saja tidak menyatakan dukungan. Kenapa? Karena nurani kemanusiaan tidak bisa menerima pembantaian warga sipil, terutama lansia, wanita dan anak-anak oleh siapapun tanpa memandang ras dan agama.

Jadi Pak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tunggu apa lagi? Tirulah Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip ErdoÄŸan. Turki aktif mengupayakan gencatan senjata. Tapi Turki keras mengecam Israel, bahkan membandingkannya dengan Hitler dan Nazi. Turki dan PM Erdogan tidak anti-Semitik. Turki sangat melindungi warga Yahudi di negaranya.

BACA JUGA: 4.000 Peacekeepers: Pilihan atau Keniscayaan?

Beberapa hal ini mungkin bisa menjadi langkah awal bagi pemerintah RI dalam menyikapi aksi keji Israel:

Desak Israel menghentikan kebrutalannya. Jangan lupa Indonesia juga berisiko terkena imbas (spillover) dari kebrutalan Israel. Misalkan, kelompok garis keras di Indonesia bisa saja melampiaskan kemarahan dengan tindakan kekerasan di sini. Jadi Indonesia punya legitimate concerns.

Bersikap pro-aktif memberi tekanan agar kedua pihak melakukan gencatan senjata dan perdamaian yg hakiki. Misalnya, RI bisa mengalang dukungan dari ASEAN. Yakinkan mrk akan risiko spillover tsb dan efeknya bg ASEAN.

Gunakan juga jalur komunikasi di G20, karena Indonesia adalah anggota G20 dengam penduduk Muslim terbesar. Kita punya legitimate concerns dan menghadapi risiko spillover.

Ajak pula negara-negara OKI agar aktif mengupayakan gencatan senjata dan perdamaian, serta kemerdekaan Palestina sebagaimana retorika pemerintah RI selama ini. Presiden SBY sebaiknya menugaskan menteri luar negeri atau utusan khusus presiden untuk menjalankan butir-butir di atas.

Saya menyadari geopolitik terkait Hamas dan Palestina sangatlah kompleks. Arab Saudi, Jordan, UAE, Mesir dan lain-lain sangat anti terhadap Ikhwanul Muslimin. Sementara Hamas adalah Ikhwanul Musliminnya Palestina.

Di sisi lain Qatar dan Turki lebih dekat ke Ikhwanul Muslimin. Jadi isunya memang sangat kompleks.

Meski demikian, saya yakin RI tetap mampu memberikan kontribusi jika memng mau pro-aktif. Jika pemerintah RI sudah mengambil langkah-langkah awal di atas, tentu ada beberapa langkah lanjutan yang lebih kongkret untuk dilakukan.(***)

*Penulis adalah Wakil Ketua Umum PAN, ekonom dan anggota DPR RI periode 2004-2009

 

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kampanye Mendidik dan Beretika


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler