Tunisia Kepincut Islam Ala Indonesia, Gus Mis Berharap Seluruh Timur Tengah Menyusul

Rabu, 13 April 2022 – 14:49 WIB
Dubes RI untuk Tunisia Zuhairi Misrawi berziarah ke makam Bung Karno, Blitar. Dokpri

jpnn.com, TUNIS - Kedutaan Besar RI (KBRI) di Tunis akan menjalin kerja sama kajian tentang Islam Indonesia dan Pancasila dengan Baitul Hikmah, sebuah lembaga kajian ternama Tunisia.

"Islam ala Indonesia dan Pancasila mulai menarik perhatian para pemikir di Tunisia," kata Dubes RI untuk Tunisia Zuhairi Misrawi melalui keterangan pers dari KBRI Tunis, Selasa.

BACA JUGA: Di Konferensi Negara Islam, Pejabat Kemenag Tegaskan Indonesia Bukan Negara Agama

Para pemikir di Tunisia, kata pria yang akrab disapa Gus Mis itu, mengapresiasi penerapan nilai-nilai Islam dan Pancasila oleh masyarakat Indonesia. 

Mereka berpandangan bahwa praktik tersebut telah menjadikan Indonesia kokoh di tengah kebinekaan dan infiltrasi ideologi transnasional.

BACA JUGA: Gus Mis Yakin Indonesia Bisa Menjadi Poros Dunia Moderasi Islam

Para pemikir di negara Arab tersebut juga menilai Islam ala Indonesia mampu melahirkan keberagamaan yang toleran dan moderat.

"Saya sendiri dari awal mempunyai visi dan misi untuk mengenalkan Islam Indonesia dan Pancasila di Tunisia dan kawasan Timur-Tengah. Tetapi, rupanya para pemikir Tunisia mempunyai keinginan dan minat yang sama. Ini dapat disebut 'gayung bersambut', karena kita bisa berperan lebih pada tataran global," ujar Gus Mis.

BACA JUGA: PKS: Moderasi Islam Faktor Penting Kebangsaan Indonesia

Para pemikir Tunisia mulai tertarik dengan Indonesia setelah mengenal pemikiran para cendekiawan Muslim Indonesia, seperti Nurcholish Madjid, Buya Hamka, Abdurrahman Wahid dan lain-lain, kata dia.

"KBRI Tunis sudah menerjemahkan karya Buya Hamka dan Nurcholish Madjid ke dalam bahasa Arab. Selanjutnya kami akan menerjemahkan buku Bung Karno, Buya Syafii Maarif, Gus Dur, dan lain-lain, sehingga pemikiran keislaman ala Indonesia mulai dikenal luas," ujar Dubes RI yang juga dikenal sebagai cendekiawan Nahdlatul Ulama itu.

Menurut dia, para pemikir tersebut juga memandang Pancasila sebagai kekuatan yang dimiliki Indonesia.

Oleh karena itu, Zuhairi menilai perlu ada ada kajian yang mendalam tentang Pancasila, baik sebagai bahan kajian maupun upaya mengambil pelajaran dari Pancasila dalam rangka membangun negara yang berdaulat, adil, dan makmur. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler