jpnn.com - HO CHI MINH CITY - Tugas Menteri Pariwisata RI Arief Yahya mempromosikan turisme tanah air di Vietnam sudah digeber total. Hasilnya pun sangat terasa.
Orang-orang Saigon -sebutan lain untuk Ho Chi Minh City sebelum Vietnam- sudah kebelet ke Bali, Lombok, Jogja, Bandung dan destinasi lain di Indonesia. Namun, dari aspirasi warga Ho Chi Minh dan sejumlah travel agent yang ada, mereka satu kata: ingin menuju obyek wisata Indonesia dengan penerbangan langsung (direct flight). Bukan transit di Jakarta seperti selama ini.
BACA JUGA: Perusahaan Besar Malaysia Lirik Potensi NTB
Terlalu lama dan berbiaya mahal jika ke Bali atau Jogja tapi harus mampir Jakarta dulu. Sebab, sampai saat ini belum ada pesawat yang melayani penerbangan dari Vietnam langsung ke lokasi wisata.
Inilah problem nyata yang dari dulu belum terpecahkan. Masalah utama berada di Kementerian Perhubungan. Garuda Indonesia, maskapai penerbangan BUMN yang diharapkan membuka rute langsung dari Vietnam menuju obyek wisata andalan turis asing seperti Bali dan Jogja pun hingga kini belum mampu mewujudkanya. Alasanya klasik. Tidak masuk hitungan secara bisnis alias masih dianggap rugi. Selain itu juga belum ada izin dari Kementerian Perhubungan.
BACA JUGA: 2006 Jumlah Pabrik Rokok 4.669, Saat ini Tinggal segini, Wow!
Asdep Pengembangan Pasar Asia Tenggara Kemenpar RI, Rizki Handayani mengatakan, hal itu memang menjadi pekerjaan besar. “Tetapi setahu saya Pak Menteri (Arief Yahya, red) sudah melobi banyak airlines company untuk direct flight dari banyak kota dan negara di dunia," katanya.
Menurut Rizki, ke depan pariwisata menjadi ujung tombak pendapatan negara (tourism for all). Karenanya, akses menjadi tugas bersama antara Kemenhub, Angkasa Pura, dan airline.
Konjen RI di Ho Chi Minh City, Jean Anes, pun juga mengeluhkan soal akses internasional. "Resiprokal bagus. Segera dong direalisasi. Dari dulu Garuda gak terbang-terbang ke Vietnam karena alasan resiprokal melulu," katanya dengan nada protes.
BACA JUGA: Bank Mandiri Juga Terima Repatriasi dalam Bentuk Valas
Padahal, kata Anes, potensi turis Vietnam sangat besar. Hampir 80 persen penduduk Vietnam beragama Budha. Mereka sangat berkepentingan dengan candi Borobudur baik untuk ritual maupun wisata religi.
"Tapi ya itu tadi, karena tidak ada penerbangan dari Vietnam ke Jogja langsung, orang Vietnam jadi ogah ogahan dan malas ke sana. Begitu pun mau ke Bali, mereka malas karena harus transit Jakarta dulu," tambah pria asli Medan ini.
Selama ini, direct flight Indonesia-Vietnam atau sebaliknya baru dilayani satu penerbangan saja. Yakni Vietnam Air dengan frekeuansi satu kali penerbangan per hari.
Maskapai lain baru bisa melayani dengan transit Malaysia, Singapura, Thailand, Brunei. Di antaranya Tiger Air, Jetstar, Air Asia, Malaysia Airlines, Singapore Airlines, dan Thai Airlines.
Menurut Anes, dari 90 juta jumlah penduduk Vietnam, 10 juta di antaranya merupakan potensi menjadi turis asing. Selama tahun 2015 baru 44.000 turis Vietnam yang masuk Indonesia. Baru 0.45 persen dari target 12 juta turis mancanegara tahun 2016.
Sisanya yang lebih banyak masuk ke Singapura, Malaysia, Thailand, Brunei dan negara Asia Tenggara lainya. “Kenapa begitu? Karena negara-negara tetangga itu memberi penerbangan murah dengan hotel murah. Keamanan juga terjamin dengan baik,” tambah pria berkacamata ini.
Harapan supaya ada penerbangan langsung dari Vietnam ke objek-objek wisata andalan Indonesia juga disampaikan oleh penggiat wisata Vietnam, Mr Dong Hoang Hong yang juga direktur Vietnam Reps atau lembaga yang bergerak di bidang marketing wisata. Ia mengaku sudah berulang kali mendapat permintaan dari para turis Vietnam, supaya Garuda Indonesia Airlines segera membuka rute-rute baru dari kota-kota besar Vietnam seperti Ho Chi Minh, Hanoi dan Da Nang langsung ke destinasi wisata di Indonesia.
“Alasanya ya supaya perjalananya cepat dan tidak berbiaya mahal. Selama ini yang ada baru Vietnam Air dari Ho Chi Minh ke Jakarta saja. Padahal untuk ke Bali atau Jogjakarta masih harus sambung pesawat lagi. Ini tidak efektif untuk turis-turis yang liburnya tidak panjang,” katanya.
Sementara untuk Jakarta sendiri, bagi turis asing sudah tidak menarik lagi. Selain karena bukan destinasi unggulan, Jakarta merupakan pusat ekonomi yang padat. Kalau toh banyak orang Vietnam ke Jakarta karena urusan bisnis bukan wisata.
Selama ini, imbuh Mr Hong, orang Vietnam paling lama 3 hari 4 malam berwisata ke Indonesia. Itu paket Bali, Lombok, dan Jogjakarta dengan biaya Dong Vietnam (VND) 20.000 atau sekitar Rp 12 juta. Tapi pemerintah setempat sering memberi promo kepada warganya untuk melancong dengan paket lebih murah sekitar VND 18.000.
“Kami bulan Januari 2017 nanti juga akan mengantar 350 turis dari grup perusahaan ke Bali. Penginya ke candi Borobudur Jogjakarta juga. Tapi karena harus transit-transit mereka tidak tertarik,” imbuh Ms Noni Le, Marketing Manager Vietnam Reps, saat menghadiri Festival Wonderful Indonesia di Sc Vivo City Mall, di Ho Chi Minh City, 24-25 September 2016.
Begitu pula harapan Mickey Dong Hoang Thinh selaku managing director Dong Travel. Sebagai praktisi wisata, dia juga memimpikan Garuda Indonesia segera membuka kantor di negaranya. Dengan begitu akan semakin banyak rute yang dia layani.
Selama ini tanpa direct flight saja, perusahaanya dalam sebulan bisa memberangkatkan 2-3 kali rombongan turis Vietnam ke Indonesia. “Kalau ada direct flight langsung ke Bali, saya yakin jumlah turis ke Indonesia bisa bertambah dua kali lipat,” ujarnya dengan nada yakin.
Kenapa orang Vietnam suka ke Bali? Karena di Pulau Dewata itu segala keperluan turis ada. Yang suka pantai ada, hobi minum ada, apalagi matahari. Di luar itu mereka menyukai kebudayaan, kerajinan (craft) hingga kulinernya.
“Bali itu banyak pegunungan bercampur dengan pantai. Itu menarik karena di Vietnam adanya cuma pantai saja,” tutur yang juga sudah melayani banyak perjalanan orang-orang Indonesia ke Vietnam ini.
Warga Malaysia pun sama. Menginginkan ada penerbangan dari negaranya langsung ke Bali atau Lombok supaya cepat.
“Saya sudah beberapa kali ke Bali. Tapi belum ke Jogjakarta dan Bandung. Mau kesana tapi harus ke Jakarta dulu,” kata Halimah, warga Malaysia yang berwisata ke Vietnam bersama 3 saudaranya itu.
Karena harus transit Jakarta, dia akhirnya lebih memilih wisata ke Vietnam dan Thailand yang ada penerbangan langsungnya. “Sudah bagitu, Jakarta kurang aman ya. Ada teroris. Kalau ke Bali aman,” tutur Halimah yang mengaku punya pembantu orang Tulungagung itu.(adv/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Top Markotop! Dana Tax Amnesty Kepri Hampir Rp 1 Triliun
Redaktur : Tim Redaksi