Ulama pun Ikut Menolak Lima Hari Sekolah

Rabu, 14 Juni 2017 – 23:05 WIB
Anak-anak Taman Pendidikan Quran (TPQ) Plus Baiturrahman Banda Aceh dibimbing oleh ustadzah Ona Tia, 25, bermain di halaman Masjid Baiturrahman. Foto Boy Slamet/Jawa Pos/JPNN.com

jpnn.com, SAMPANG - Pengasuh Ponpes Al-Hikam, Tonjung, Kecamatan Burneh, Bangkalan, Jawa Timur, Kiai Haji Nuruddin A Rahman mengkritik kebijakan lima hari sekolah yang digagas Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy.

Menurutnya, kebijakan itu harusnya dikaji dulu biar tidak menimbulkan keresahan di dunia pendidikan. Alasannya, penerapan full day school akan berdampak buruk tanpa kajian yang komprehensif.

BACA JUGA: Full Day School, Kemenag: 99 Persen Tidak Setuju

”Harusnya semua aspirasi diserap terlebih dahulu. Apakah kebijakan tersebut bisa diterapkan secara menyeluruh atau tidak. Kemudian apa saja dampaknya,” kata Nuruddin seperti yang dilansir Radar Madura (Jawa Pos Group), Rabu (14/6).

Nuruddin mengungkapkan, jika pemerintah memaksa menerapkan akan berdampak pada kemerosotan pendidikan nonformal. Terutama madrasah diniyah atau taman pendidikan Alquran (TPQ).

BACA JUGA: Menteri Yohana Minta Kemendikbud Perhatikan Kondisi Anak di Daerah

Karena itu, ketua Badan Silaturahmi Ulama Pesantren Madura (Bassra) ini menyatakan, full day school belum layak diterapkan. ”Ini bisa mengancam keberadaan ponpes,” tambahnya. (bad/c8/luq)

BACA JUGA: Sudah Ribuan Sekolah Terapkan Lima Hari Masuk

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ini Pertimbangan Mendikbud Terapkan Sekolah hanya Senin sampai Jumat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler