jpnn.com - SURABAYA – Balai Kota Surabaya kemarin siang (20/11) geger. Sekitar pukul 12.00 ada "pencuri" burung yang masuk sasaran. "Pencuri" tersebut mencuri burung di lingkungan pemerintahan Kota Surabaya yang notabene adalah kantor Wali Kota Tri Rismaharini.
"Pencuri" yang bernama Wahyu Setya Darmawan tersebut apes. Dia tertangkap. Yang menangkap langsung adalah Wakapolsek Genteng AKP Tri Widodo dengan dibantu personel Bakesbanglinmas Pemkot Surabaya. Dia pun langsung digelandang ke ruangan Risma, sapaan akrab Tri Rismaharini,
yang berada di lantai 2.
BACA JUGA: Mau Dibawa ke Mana Ayah, Om?
“Selamat siang, Bu. Mohon izin menghadap. Kami menangkap pencuri burung,” kata Tri.
Risma kaget dan memandangi pria yang bertubuh besar dengan rompi tahanan yang berwarna oranye dan penutup kepala itu.
BACA JUGA: Tarif Angkot Disepakati Naik 18 Persen
“Ampun, Bu. Saya minta maaf. Saya menyesal. Jangan hukum saya,” kata pencuri tersebut.
“Awakmu kerjo opo (Kamu kerja apa)? Omahmu ngendi (rumahmu di mana)?” tanya Risma dengan mimik serius.
BACA JUGA: Rasanya Pertama Kali Dingin, Makin Lama Panas dan Perih
“Rumah saya di Manukan, Bu. Ampuni saya, Bu,” ujar "si pencuri" sambil menunduk.
Risma bertanya kembali. “Kanggo opo nyolong manuk (Untuk apa mencuri burung)? Anakmu piro (Anakmu berapa)?” tanya mantan kepala dinas kebersihan dan pertamanan (DKP) itu.
Belum dijawab, tiba-tiba plakkk... Tri menampar "si pencuri". Tri menduga bahwa "pencuri" tersebut beberapa kali melakukan aksinya dan baru kali ini ketahuan. Risma kaget dengan tamparan itu.
“Sudah berapa kali kamu nyuri di sini? Ayo, ngaku. Jangan bohong,” tandas Tri.
“Ampun, Pak. Baru sekali ini. Saya terpaksa, Pak,” jawab pencuri itu.
Tiba-tiba, plaaaakkk. Tri menampar "si pencuri" itu lagi. Beberapa wartawan yang berada di ruangan Risma pun ikut memukul.
“Proses hukum saja, Pak Polisi,” ujar beberapa wartawan.
Beberapa saat kemudian, Risma mengenali suara si pencuri. Dia pun meminta kerpus hitam yang menutupi wajahnya dilepas. “Aku weruh sopo iki (Aku tahu siapa ini). Hayo, bukaen kerpusmu (Ayo, bukain penutup wajahnya),” katanya sambil membuka penutup kepala yang dipakai "si pencuri".
Begitu kerpus dibuka, geeerrrrrr, meledaklah tawa di ruangan orang nomor satu di Kota Surabaya tersebut. Ya, pencuri itu adalah maling bohong-bohongan. Itu merupakan bagian dari skenario untuk mengerjai Risma yang kemarin berulang tahun ke-53.
“Aku tadi mulai curiga. Kok, ada wartawan yang ikut memukul. Kan, tidak boleh main hakim sendiri. Saya juga mengenali suaranya,” ujar Risma.
Dia tidak bisa menahan tawanya sambil memukuli Wahyu karena gemas. Para wartawan yang biasa ngepos di Pemkot Surabaya kemarin sengaja memberikan kejutan di ultah Risma. Selain membawakan kue tar, dua tumpeng nasi kuning, bubur jawa, dan jajan pasar, para kuli tinta sengaja membuat ske nario maling burung yang diperankan Wahyu, wartawan Radar Surabaya (Grup JPNN.com).
Nah, agar ngerjain wali kota berjalan sukses, si maling menggunakan kerpus warna hitam. Untuk mengesankan bahwa itu tidak dibuat-buat, Wahyu juga menggunakan baju warna oranye yang bertulisan “Tahanan Polsek Tegalsari”, bercelana pendek, serta bersandal jepit.
Untuk lebih dramatis, wartawan menggandeng Wakapolsek Genteng AKP Tri Widodo untuk berpura-pura menangkap dan menggelandang si pencuri.
“Terima kasih, ya. Arek-Arek iki onok-onok ae (Anak-anak ini ada-ada saja),” ujar Risma.
Meski dikerjai, mantan kepala bappeko tersebut tidak marah.
“Ini membuat saya merasa plong dan menjadi refreshing yang luar biasa bagi saya. Selama satu bulan ini saya memang merasa capek, stres, dan jenuh,” ungkapnya.
“Terima kasih. Terima kasih atas semua perhatiannya,” lanjutnya.(wah/c1/jee)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Aceh Menangkan Proses Negosiasi
Redaktur : Tim Redaksi