Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba Tak Berjalan, Sanggam Hutapea Merespons Kartu Kuning dari UNESCO

Selasa, 12 September 2023 – 05:32 WIB
Pemerhati dan pelaku pariwisata Sanggam Hutapea. Foto: Dokumentasi pribadi

jpnn.com, JAKARTA - Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) Persatuan Bangsa-Bangsa telah menetapkan Kaldera Toba sebagai UNESCO Global Geopark.

Namun, UNESCO memberikan peringatan kartu kuning pada Geopark Kaldera Toba karena organisasi badan pengelola tak berjalan.

BACA JUGA: Danau Toba Sebagai UNESCO Global Geopark, Sanggam Hutapea Merespons Begini

Pemerhati dan pelaku pariwisata Sanggam Hutapea pun angkat bicara.

Menurut Sanggam, kartu kuning untuk Geopark Kaldera Toba harus jadi cambuk bagi semua stakeholder, dari pemerintah pusat, daerah, para bupati di kawasan Danau Toba maupun para pelaku wisata di kawasan itu.

BACA JUGA: Sanggam Hutapea: Pengembangan Kawasan Danau Toba Tidak Boleh Berhenti

“Saya kira ini merupakan cambuk untuk semua pihak agar secepatnya bergerak dan bukan untuk saling menyalahkan,” ujar Sanggam Hutapea di Jakarta, Senin (11/9/2023).

Seharusnya, lanjut Sanggam Hutapea, saat mengajukan Kaldera Toba untuk masuk sebagai salah satu situs UNESCO semua pihak mulai dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah maupun masyarakat sudah menyadari akan ada tanggung jawab besar yang harus dikerjakan bersama-sama dalam pengembangan dan pembangunan kawasan Danau Toba.

BACA JUGA: Ketua Umum IMI Bambang Soesatyo Apresiasi Kesuksesan Kejurnas Danau Toba Rally 2023

Sanggam menginggatkan perjuangan dan proses panjang dari upaya bersama berbagai pemangku kepentingan baik Pemerintah Pusat dan Daerah maupun masyarakat di kawasan Danau Toba yang mengajukan Geopark Kaldera Toba untuk masuk sebagai salah satu situs UNESCO jangan menjadi perjuangan yang sia-sia.

Dia menyerukan kembali untuk menjadikan kawasan Danau Toba sebagai wisata berkelas dunia, bukan hanya bicara membangun infrastruktur, tetapi juga harus sejalan dengan upaya menjaga ekosistem dan kelestarian lingkungan kawasan Danau Toba.

Untuk itu para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengembangan pariwisata di kawasan Danau harus duduk bersama menyatukan presepsi pengembangan dan pembangunan kawasan Danau Toba.

Sebab diperlukan konsistensi serta strategi dan pola edukasi yang tepat.

“Mempertahankan Kawasan Danau Toba agar tetap jadi kawasan warisan dunia harus dilakukan dan menjadi pariwisata Danau Toba berkelas dunia, bukan hanya slogan,” ujar alumnus Pascasarjana Universitas Gajah Mada itu.

Oleh karena itu, Sanggam Hutapea mengajak seluruh pihak segera bergerak melakukan perbaikan dan mengembangkan kawasan Danau Toba sehingga Geopark Kaldera Toba tetap masuk sebagai salah satu situs UNESCO .

Membangunan dan mengembangkan kawasan Danau Toba harus melibatkan seluruh elemen. Sebab koordinasi, sinergi dan sinkronisasi sangat diperlukan, baik antara pemerintah pusat dan daerah dan melibatkan pakar, akademisi, profesi dan peneliti dan pelaku pariwisata.

“Mari beradu gagasan, ide-ide kratif untuk menggerakan masyarakat berinovasi dan  berkarya nyata untuk kawasan Danau Toba,” kata Sanggam Hutapea.

Terkait rekomendasi UNESCO untuk Kaldera Toba, Sanggam HUtapea mengatakan rekomendasi yang disarankan UNESCO hanya bisa diterapkan secara utuh jika seluruh stakeholder duduk bersama, berdiskusi untuk mengkaji rekomendasi itu secara menyeluruh

"Semestimya seluruh stakeholder duduk bersama mengakaji semua rekomendasi dari  UNESCO untuk Kaldera Toba, lalu merumuskannya sebagai dasar melakukan pengembangan kawasan Danau Toba.

Sebagaimana diketahui ada enam rekomendasi UNESCO untuk Kaldera Toba.

Pertama, mengembangkan hubungan antara warisan geologis dan warisan teritorial lainnya seperti biotik alami, budaya, tidak berwujud melalui interpretasi, pendidikan dan wisata.

Kedua, mengembangkan strategi kemitraan yang mencakup metodologi dan kriteria yang jelas untuk menjadi mitra.

Ketiga, memperkuat keterlibatan dalam aktivitas Global Geoparks Network dan Asia Pasifik Jaringan Geoparks untuk mempromosikan nilai internasional wilayah melalui kemitraan dengan Global Geoparks di bawah payung Global Geoparks UNESCO.

Keempat, mengembangkan strategi pendidikan dengan bekerja dalam kemitraan dengan UNESCO Global Geopark lainnya.

Kelima, meningkatkan strategi dan kegiatan pendidikan untuk memfasilitasi mitigasi bahaya alam dan perubahan iklim di sekolah-sekolah dan untuk populasi lokal.

Keenam, memperkuat keterlibatan UNESCO Global Geopark dalam studi penelitian, konservasi dan promosi penduduk asli setempat dan budaya serta bahasa mereka.(fri/jpnn)


Redaktur & Reporter : Friederich Batari

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler