Tiga siswa SMA di Adelaide telah diskors karena mengirimkan pesan bernada kasar kepada seorang penulis feminis, dan bergurau tentang kekerasan terhadap perempuan.
Clementine Ford membagi pandangannya secara online setelah sejumlah foto intim dari sekitar 400 perempuan dan anak perempuan, di Australia Selatan, diunggah ke sebuah situs, dengan tanpa izin.
BACA JUGA: Kapal AL Australia Sita Heroin Senilai Rp 5,2 Triliun di Afrika Timur
Clementine mengunggah foto dirinya di Facebook dengan pesan bernada perlawanan terhadap acara TV ‘Sunrise’, menuduh program itu menyalahkan korban atas apa yang terjadi.
Penulis feminis, Clementine Ford, menerima pesan bernada pelecehan setelah mengunggah pendapatnya akan ââ¬Ëpornografi balas dendamââ¬â¢ secara online.
BACA JUGA: Parlemen Victoria Anjurkan Masyarakat Melbourne Ikut Berbuka Puasa
Ada masalah ‘pornografi balas dendam’- yang tengah berkembang- yang diunggah ke internet oleh sejumlah mantan pasangan setelah hubungan percintaan kandas.
Clementine mengatakan, tren itu mengganggu.
BACA JUGA: PPIA Masuk Nominasi Asosiasi Pelajar Terbaik di Australia Tahun 2015
"Ini bukan tentang seks, ini tentang kekuasaan. Ini bukan tentang melihat seseorang telanjang, ini tentang melihat seseorang telanjang ketika Anda tahu bahwa mereka tak menyetujuinya, memicu sensasi tambahan karena mengetahui bahwa mereka dipermalukan," utaranya.
Komentar Clementine di Facebook yang membela perempuan menimbulkan ancaman dan penganiayaan terhadapnya, sehingga perempuan ini kembali mengunggah beberapa komentar , termasuk yang diunggah oleh tiga anak laki-laki dari sebuah SMA di Adelaide.
Ketika sekolah menemukan komentar ini, anak-anak itu diskors dan kepala sekolah, Anita Zocchi, menerbitkan sebuah surat di situs resmi sekolah, yang menyebut bahwa komentar 3 siswa itu ‘menjijikkan’.
Ia mengatakan, sekolah telah dibanjiri dengan email yang mengatakan apa yang telah dilakukan anak-anak itu dan bahwa mereka sekarang menyesal.
"Mereka cukup tertekan. Saya harus menambahkan bahwa mereka memiliki catatan yang sangat baik di sekolah dan mereka memahami kesalahan besar mereka," utara Anita.
Clemetine mengatakan, ia terkesan dengan penanganan sekolah terhadap masalah ini.
"Ini membuat saya khawatir, bahwa terus ada opini publik tentang superioritas yang laki-laki muda rasakan terhadap perempuan dan khususnya terhadap tubuh perempuan, bahwa mereka bisa mengatakan apa pun yang mereka inginkan dan mengancam serta melecehkan," kemukanya.
Facebook diminta tangani serius
Clementine mengatakan, orang-orang tampaknya terdorong oleh rasa anonimitas yang mereka pikir disediakan media sosial.
"Inilah sebabnya mengapa bagian dari aktivisme saya adalah tentang menghilangkan mitos ini dari pikiran terdalam para monster - kebanyakan dari orang-orang ini normal," sebutnya.
Clemetine sempat diblokir dari Facebook karena mengunggah ulang beberapa pelecehan yang ia terima, tetapi situs media social ini tak melarang orang-orang yang sejak awal berkomentar.
Ia mengatakan perusahaan media social itu harus berubah.
"Saya ingin melihat perusahaan seperti Facebook mulai mengambil masalah ini jauh lebih serius," pintanya.
Ia berujar, "Pada awal kemunculannya, Twitter memiliki masalah yang sama dengan pelecehan online terhadap perempuan dan saya merasa mereka telah menunjukkan bahwa mereka benar-benar bersedia untuk menyelesaikan masalah ini.”
BACA ARTIKEL LAINNYA... Australia Gagalkan Upaya Penyelundupan Ular Asal Indonesia