Uni Eropa Mundurkan Tenggat Waktu Brexit

Minggu, 17 Maret 2019 – 02:50 WIB
Warga pro-Uni Eropa saat aksi demonstrasi menuntut referendum ulang Brexit di London, Foto: Reuters

jpnn.com - Proses finalisasi Brexit seolah-olah berputar dalam lingkaran setan. Kesimpulan dalam voting terbaru di Parlemen Inggris memberikan izin kepada Perdana Menteri Theresa May untuk mengemukakan proposalnya untuk kali ketiga. Padahal, proposal itu sudah dua kali ditolak legislator Britania Raya tersebut.

Kamis (14/3) proposal untuk memperpanjang tenggat Pasal 50, dasar hukum untuk Brexit, lolos. Kemenangan 413 suara banding 202 itu menghasilkan dua opsi. Yakni, perpanjangan sampai 30 Juni jika proposal kesepakatan May akhirnya disepakati.

BACA JUGA: Inggris Tak Akan Tenggelam Seperti Titanic

"Kalau ternyata tidak disetujui, penundaan pemberlakuan Brexit bakal jauh lebih lama. Parlemen pasti butuh waktu untuk bisa meraih putusan berdasar mayoritas," ujar Menteri Kantor Kabinet David Lidington kepada Reuters.

Perdana Menteri Theresa May ingin menekan para wakil rakyat untuk menyetujui kesepakatannya. Jika memang nanti gagal, May menegaskan bahwa pemerintah harus fokus mengurus pemilu nasional Mei mendatang. Bergantinya rezim pada akhirnya membuat semua peta politik berubah.

BACA JUGA: Inggris Diombang-ambing Brexit, Pound Sterling Malah Meroket

Otomatis hal itu bakal menunda pemberlakuan Brexit mulai hitungan bulanan sampai tahunan. "Rakyat Inggris sudah tidak sabar. Boleh jadi, pemerintah UE (Uni Eropa) juga tak sabar dengan sikap Inggris yang plinplan," ujar Lidington.

Uni Eropa sudah memakbulkan permintaan penundaan tenggat yang lama. Menurut dia, hanya hal itu yang paling masuk akal untuk memecahkan masalah domestik di Istana Westminster. Meski, beberapa anggota masih terbelah untuk kembali memberikan toleransi kepada Inggris.

BACA JUGA: Uni Eropa Isyaratkan Belum Rela Inggris Pergi

"Kami belum menerima permintaan untuk menunda (batas waktu, Red). Tapi, jika memang diminta, tentu kami akan mempertimbangkannya," ujar Margaritis Schinas, juru bicara Komisi Eropa.

Gambaran pada 20 Maret nanti memang belum jelas. Sebab, tak ada partai yang utuh dalam mempertahankan posisi mereka. Termasuk, kubu oposisi terkuat Partai Buruh. Dalam voting Kamis lalu, mereka juga menunjukkan gesekan internal.

Hal itu terlihat saat parlemen memungut suara untuk amandemen referendum kedua. Saat itu Ketua Buruh Jeremy Corbyn meminta semua anggota di parlemen agar abstain saja. Namun, nyatanya, ada 41 yang menentukan sikap. Sebanyak 24 mendukung referendum, sedangkan 17 menolak.

"Jika hanya ini cara untuk menghindari kesepakatan buruk atau bahkan tanpa kesepakatan, maka itulah yang harus kita lakukan," ujar Menteri Perdagangan Bayangan Barry Gardiner menurut BBC.

Malam itu juga lima anggota parlemen Fraksi Buruh mengundurkan diri dari jabatan mereka. "Di saat seperti ini, pemerintah punya tanggung jawab untuk bersatu dan mencari solusi. Namun, hal itu gagal dilakukan," ujar Corbyn. (bil/c10/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Inggris Bakal Terapkan Tarif Impor Nol Persen


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag
Uni Eropa   Brexit  

Terpopuler