jpnn.com, JAKARTA - Universitas Katolik (Unika) Atma Jaya menghadirkan salah satu penerima penghargaan Nobel Laureate, yakni Sir Paul Nurse.
Unika Atma Jaya sendiri menjadi dalah satu tuan rumah kegiatan ASEAN Bridges-Dialogue Towards a Culture of Peace 2019.
BACA JUGA: Prodi Komunikasi Unika Atma Jaya Terapkan Digital Learning
Sir Paul merupakan penerima nobel di bidang kedokteran pada 2001 silam.
Dia meraih nobel itu atas penemuannya mengenai regulasi siklus sel, khususnya dalam hal keberhasilannya mengisolasi gen cyclin-dependent kinase 1 (cdk1) untuk melakukan pengkodean protein cyclin-dependent kinases (CDK) yang berperan penting dalam keberlangsungan fungsi sel manusia.
BACA JUGA: Unika Atma Jaya Siap Go Global dan Go Digital
Penemuan Sir Paul Nurse tersebut membantu para ilmuwan masa kini untuk memahami proses terjadinya kanker dan pengembangan pendekatan terbaru dalam penyembuhan kanker saat ini dan di masa mendatang.
Rektor Unika Atma Jaya Agustinus Prasetyantoko mengatakan, pihaknya merasa sangat terhormat menjad tuan rumah ASEAN Bridges-Dialogues Towards a Culture of Peace.
BACA JUGA: Darmasiswa Dongkrak Akreditasi UAJY dan UAD
Dia menambahkan, pada 2017 lalu pihaknya menjadi tuan rumah dan menerima Prof. Robert F Engel yang merupakan penerima nobel bidang ekonomi pada 2013.
“Kedatangan Prof. Sir. Paul Nurse pada Maret 2019 melibatkan dua fakultas unggulan kami yaitu fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan. Hal ini merupakan kesempatan untuk berbagi pengetahuan dan perkembangan terkini dalam bidang life science dan landasan inovasi bagi dunia life science di Indonesia,” ujar Agustinus, Rabu (4/7).
Sementara itu, dalam rangka menyambut acara Bridges-Dialogues Towards a Culture of Peace (Bridges), Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan menyelenggarakan kegiatan Nobel Monthly Dialogue (Webinar).
Diskusi online via Webinar dengan pembahasan tema besar peran sel carcinogenic human papillomavirus (HPV) dan kanker serviks diselenggarakan 26 juni 2018 lalu.
Topik ini menjadi pilihan karena Indonesia memiliki angka kematian tertinggi akibat kanker leher rahim (serviks) di dunia.
Menurut data Yayasan Kanker Indonesia, setiap tahunnya terdapat lebih dari 15 ribu kasus kanker serviks di Indonesia.
“Kanker serviks di Indonesia sampai saat ini masih menjadi perhatian yang serius. Perkembangan di bidang kesehatan khususnya terkait dengan kanker serviks ini tentunya memberikan kesempatan bagi kami untuk mempelajari lebih jauh tentang kanker serviks. Sebuah kehormatan dan tentunya kebanggaan bagi kami yang dipercaya menjadi salah satu bagian dari perkembangan dan penemuan di bidang kesehatan ini,’’ tutur Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UNIKA Atma Jaya Yuda Turana.
Fakultas Teknobiologi UNIKA Atmajaya juga melakukan serangkaian kegiatan seperti Festival Pangan dan Pesta Cendawan di kampus 3 BSD pada Mei lalu.
Aneka produk pangan dan olahan jamur karya mahasiswa Fakultas Teknobiologi digelar.
Hasil karya mereka antara lain produk kuping gulung, terbuat dari ngoh hiang rendah kolesterol berisi jamur kuping dan jamur tiram yang disajikan dengan saus jamur merang.
Ada juga richella yang terbuat dari produk minuman jelly yang terdiri dari nata de rice dan ekstrak bunga rosella. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Revitalisasi Pancasila Harus Diangkat Sebagai Falsafah Hidup Masyarakat
Redaktur & Reporter : Ragil