Unimart untuk Tampung Startup Kampus

Rabu, 18 Oktober 2017 – 00:54 WIB
Mahasiswa. Ilustrasi Foto: Dipta/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kemenristekdikti segera luncurkan Unimart (Universitas Mart). Semacam platform e-commerce untuk memampang sekaligus menjual secara luas produk hasil usaha pemula (startup) berbasis teknologi di lingkungan kampus.

Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristekdikti Jumain Appe menuturkan potensi pasar Unimart jauh lebih besar dibandingkan platform e-commerce yang ada saat ini.

BACA JUGA: Pertumbuhan Publikasi Ilmiah Indonesia 15 Kali Rerata Dunia

Seperti Tokopedia, Lazada, Shopee, dan sejensinya. ’’Khusus pasar lingkungan kampus saja sudah sangat besar. Sekarang kami sedang cari sosok untuk jadi CEO-nya,’’ kata Jumain di kantor Kemenristekdikti, seperti diberitakan Jawa Pos.

Dia menjelaskan Unimart dikembangkan bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) bersama sejumlah kampus negeri lainnya.

BACA JUGA: Mendikbud Siapkan Aturan soal Buku Rapor Siswa

Jumain mengakui bahwa IPB merupakan kampus dengan hasil produk startup internal kampus cukup banyak.

Bahkan produk-produk keluaran IPB sudah dijual umum di pusat perbelanjaan di Bogor maupun Jakarta.

BACA JUGA: UBL Dorong Mahasiswa Berani Magang di Luar Negeri

Jumain menjelaskan nantinya Unimart bakal memajang seluruh produk startup yang mereka bina setiap tahun.

Dia menjelaskan setiap tahun usaha pemula yang dibina oleh Kemenristekdikti mengalami peningkatan.

Tahun ini jumlahnya mencapai 458 unit startup dan masing-masing mendapat kucuran dana pembinaan Rp 250 juta sampai Rp 500 juta.

Pembinaan startup berbasis teknologi sudah dilakukan Kemenristekdikti sejak 2015 lalu. Saat itu tercatat ada 52 unit startup dibina dan dipertemukan dengan pengusaha yang sudah jadi. Sementara tahun lalu jumlah startup yang didampingi bertambah menjadi 151 unit.

Selama proses pendampingan, Jumain mengatakan kendala utamanya adalah jiwa berwirausaha (entrepreneurship).

Dia menjelaskan hasil riset atau temuan belum bisa dibilang inovasi jika belum dikomersialisasi.

’’Persoalan utamanya adalah banyak yang kesulitan menjualnya. Sebab jiwa dagangnya kurang terasah,’’ tuturnya.

Jumain mengungkapkan saat ini masih banyak riset yang belum berorientasi pada kebutuhan pasar.

Sebaliknya riset sebatas program untuk mendapatkan angka kredit kumulatif (KUM) untuk urusan kepegawaian.

Dia berharap dengan adanya lapak dagang online bisa membantu startup berbasis teknologi untuk memasarkan produknya.

Selain membuat lapak jualan online, Kemenrsitekdikti juga siap mempertemukan pelaku usaha pemula berbasis teknologi dengan sumber pendanaan. ’’Baik itu bank maupun non-bank,’’ katanya.

Plt Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Prof Bambang Subiyanto menilai para peneliti memang tak banyak yang sekaligus memiliki jiwa entrepreneur.

Mereka kadang tidak tahu potensi rupiah yang bisa didapatkan dari hasil riset atau paten yang akan dikomersilkan.

"Ya kalaupun ada, tidak banyak. Maka perlu bantuan pihak ketiga untuk memasarkan hasil risetnya," ujar Bambang.

Dia pun menyambut baik rencana Kemenristekdikti untuk membuat e-commerce hasil riset. Dia pun sebenarnya juga sudah punya gagasan untuk membuat bursa riset.

"Kalau bursa saham itu yang diperjualbelikan saham. Kalau bursa riset ini hasil penelitian," tambah dia.

LIPI sebenarnya sudah punya faslitas science techno park yang menjadi tempat bertemunya periset dan dunia bisnis atau industri. Lokasinya berada di Cibinong, Jawa Barat.

"Saat ini sudah ada setidaknya 13 hasil paten LIPI yang masuk ke industri," ungkap pria asal Sidoarjo itu.

Namun, menurut dia, perlu membuat skema kolaborasi dunia industri dan periset sejak awal. Sehingga hasil penelitian itu bisa dengan mudah diterima dunia usaha. (wan/jun)

BACA ARTIKEL LAINNYA... ITK Hanya Punya 2 Gedung Perkuliahan, Mahasiswa 2.019 Orang


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler