PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta menggandeng Institut Teknologi Rel (IRT) Universitas Monash di Melbourne dalam proyek transportasi publik yang menelan biaya miliaran dolar tersebut. Para ahli dari Australia akan memberi masukan berbagai bidang dalam proyek ini.

Memasuki tahap penyelesaian ± 46,72% -dengan rincian pekerjaan pada struktur layang mencapai 30,35% dan struktur bawah tanah mencapai 63,25% (data per 30 April 2016) –PT MRT Jakarta menggandeng IRT Universitas Monash dalam proyek senilai 1,6 miliar dolar (atau setara Rp 16 triliun) ini.

BACA JUGA: Kesusahan Cari Pekerja Lokal, Perkebunan Adat Aborijin Pekerjakan Backpacker

Sejumlah ahli dari negara bagian Victoria, Australia (tempat Monash berada) akan didatangkan ke Jakarta untuk memberi bantuan teknis dan arahan professional dalam pengoperasion proyek transportasi massal sepanjang 14,5 km ini ke depannya.

Bantuan teknis tersebut termasuk pemantauan kondisi proyek, uji coba komponen, analisa kegagalan, audit dan pengawasan kualitas, pemeliharaan, serta pengembangan standardisasi.

BACA JUGA: Pemerintah akan Musnahkan Dua Ribu Ekor Kanguru di Canberra

Tak hanya itu, pakar perkeretaapian negeri kanguru juga akan dilibatkan dalam pengembangan kapasitas profesional sumber daya manusia (SDM) calon pengoperasi sistem transportasi ini, yang meliputi pelatihan untuk peningkatan keterampilan, seminar, workshop, program magang, dan pemberian akses terhadap standar internasional perkeretaapian.

“Victoria memiliki beberapa universitas terbaik di dunia dan saya mengucapkan selamat kepada Monash karena menjalin MoU penting dengan MRT Jakarta,” ujar Menteri Pelatihan dan Keahlian Victoria, Steve Herbert, dalam acara penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama ini di Jakarta, Jumat (13/5).

BACA JUGA: Uber X Diluncurkan di Adelaide Dengan Perjalanan Gratis


Penyelesaian pekerjaan konstruksi MRT Jakarta koridor Selatan-Utara Fase 1 (Lebak Bulus - Bundaran HI), untuk pekerjaan proyek pada struktur layang telah menyelesaikan 30,35% dan struktur bawah tanah sebesar 63,25% (data per 30 April 2016).

Bagi sang Menteri, kerjasama ini lebih dari sebuah dukungan.

“Ini adalah contoh yang bagus tentang bagaimana para ahli dan inovasi dari Victoria berperan penting dalam apa yang disebut sebagai salah satu proyek infrastruktur paling signifikan di kawasan kita,”terangnya.

Menurut penuturan Direktur PT MRT Jakarta, Dono Bustami, kerjasama dengan Australia ini penting karena pihaknya perlu mempersiapkan SDM seiring dengan berjalannya proyek.

“SDM ini kan mesti dipersiapkan, dan kami harus menyiapkannya dalam waktu yang singkat. Sementara teknologi baru-nya belum ada di Indonesia, jadi kami cari alternatif,” utara Dono kepada Nurina Savitri dari Australia Plus.

Sebelum penandatanganan MoU ini terlaksana, PT MRT Jakarta dan IRT Universitas Monash telah melakukan kontak pertama kali pada tahun 2015, ketika Direktur IRT Monash, Ravi Ravitharan,  berkunjung ke Indonesia.

 “Kami mencari mitrar yang berpengalaman untuk men-training, walau untuk soal kurikulum masih harus dibicarakan lebih lanjut,” terang Dono.

Dari data yang diterima Australia Plus, pendidikan internasional merupakan ekspor jasa nomor satu dari negara bagian Victoria, yang menghasilkan 5,6 miliar dolar (atau setara Rp 56 triliun) bagi ekonomi lokal dan, di saat bersamaan, mendukung lebih dari 30.000 lapangan kerja di wilayah ini.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ribuan Foto Warga Australia akan Hiasi Moncong Satelit NBN Kedua Australia

Berita Terkait