Salah satu ahli kontra terorisme di Australia, Dr Anne Aly mengatakan kunci untuk memerangi kekerasan ekstrimis adalah dengan adanya intervensi sebelum anak-anak muda menjadi radikal.
Dr Anne Aly dari Curtin University di Australia Barat, kini sedang mencoba menjalankan program intervensi yang melibatkan tiga pemuda di Australia Barat.
BACA JUGA: Garuda Hentikan Penerbangan Denpasar-Brisbane Mulai 2 Februari
Paspor ketiga pemuda ini dibatalkan oleh pemerintah Federal Australia.
Menurut Aly, jika Australia ingin mencegah serangan teroris, pemerintah perlu mengeluarkan dana lebih banyak untuk program intervensi, termasuk pembiayaan untuk konseling khusus.
BACA JUGA: Galeri Foto Solidarits Atas Korban Charlie Hebdo di Paris
"Masalahnya di Australia adalah kurangnya kesadaran mengenai kejahatan akibat ekstrimisme, atau bagaimana menanggulanginya," ujar Dr Aly. "Karenanya banyak kekurangan diantara organisasi kemasyrakatan, juga kurang pengetahuan soal peranan organisasi-organisasi dalam pencegahan dan penanggulangan."
Pada anggaran 2014/2015, pemerintah Australia menggelontorkan dana sebesar $1 juta atau Rp 10 miliar untuk organisasi-organisasi kemasyarakatan.
BACA JUGA: Banyak Wanita Berusia Lanjut di Australia yang Jadi Tunawisma
"Jumlah tersebut sangat kecil untuk memperkuat sektor non-pemerintah dan untuk mempekuat kapasitas organisasi-organisasi untuk mencegah terorisme, ini sangat mengecewakan," ujar Dr Aly.
Dr Aly, apa yang ia lakukan kepada tiga pemuda asal Australia Barat adalah berkoordinasi dengan komunitas dan beberapa orang-orang yang berkepentingan, dan berdasarkan pada asas sukarelawan, sehingga belum tentu akan bisa bertahan.
Ia juga berpendapat bahwa perlu diketahui apa yang menyulut kekerasan karena masalah ekstrimisme, bagaimana orang-orang bisa tertarik pada ekstrimis, sehingga kemudian kita bisa mengenal dan memecahgkan masalahnya.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kisah Wanita Australia Berlibur ke Tempat yang Sama Selama 70 Tahun