jpnn.com, JAKARTA - Mahasiswa Indonesia kembali membuktikan kemampuan dan daya saing luar biasa pada Shell Eco-Marathon (SEM) Off-Track 2021. Di antara 64 tim dari 12 negara yang mendaftar di wilayah Asia Pasifik dan Timur Tengah, empat tim asal Indonesia dinobatkan sebagai juara I dan II.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengapresiasi capaian para anak bangsa dan berharap prestasi ini menjadi pendorong kuat bagi anak muda lainnya untuk mengembangkan semangat berinovasi.
BACA JUGA: Terima Audiensi KAHMI, Menpora Amali Dukung Berdirinya Universitas Insan Cita Indonesia
“Menjuarai kompetisi bergengsi seperti SEM ini sangat membanggakan dan penting dalam membangun iklim inovasi di kalangan generasi muda," kata Nadiem di Jakarta, Selasa (18/5).
Dia berharap anak-anak muda Indonesia terus memunculkan dan mengembangkan berbagai inovasi di Indonesia. Terutama dalam memecahkan permasalahan energi dan lingkungan serta membangun bangsa.
BACA JUGA: Hasil Survei, Mahasiswa dan Dosen Universitas Indonesia Kurang Nyaman Belajar Tatap Muka Penuh
Empat tim mahasiswa Indonesia yang dinobatkan sebagai juara I dan II antara lain tim Garuda dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang menjadi Juara I pada kategori Vehicle Design Award for UrbanConcept, tim Sapuangin dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang menjadi Juara I pada kategori Data & Telemetry Award.
Selanjutnya, pada posisi runner-up atau juara ke II berhasil diraih oleh tim Rakata dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada kategori Data & Telemetry Award_ serta tim Arjuna dari Universitas Indonesia (UI) pada kategori Safety Award.
BACA JUGA: Bakal jadi PTN BH, Universitas Terbuka akan Buka Rekrutmen Pegawai Besar-besaran
Manajem tim Garuda UNY, Ahmad Yoga menyampaikan timnya bisa menjadi juara karena dinilai berhasil menunjukkan pengembangan produk yang konstruktif serta menghasilkan pengurangan berat tanpa mengurangi performa kendaraan.
“Ini bekal berharga kami untuk melangkah ke depan, mengobarkan semangat tim untuk mencapai target yang lebih tinggi lagi di kompetisi akan datang,” ujar Ahmad Yoga.
Sementara itu, Ketua Divisi Data & Telemetri tim Sapuangin ITS, Gilang Samudra mengatakan timnya bisa menjadi juara karena dinilai sukses menggunakan data telemetri, yaitu teknologi yang memungkinkan pengukuran jarak jauh dan pelaporan informasi kepada perancang atau operator sistem, dengan cermat sehingga meningkatkan optimasi strategi berkendara.
Selain itu, tim Sapuangin juga mencetak sejarah sebagai tim yang kali pertama menjuarai kategori terbaru ini di dunia.
“Kami bangga dengan pencapaian juara pertama di kategori ini, dan tidak menyangka akan menjuarai kategori Data & Telemetry Award," kata Gilang.
Dia menceritakan, sempat mengalami kesusahan di awal perlombaan karena tidak terlalu mengetahui detail spesifikasi sistem telemetri yang digunakan. Namun, tantangan itu akhirnya bisa ditaklukkan.
SEM adalah kompetisi global tahunan bagi para mahasiswa yang menguji gagasan inovatif mereka terkait efisiensi energi dan memiliki sejarah panjang sejak awal dilaksanakan di Prancis pada 1985. Partisipasi Indonesia dalam kompetisi bergengsi ini telah memasuki usia yang ke-11 sejak SEM diadakan di Asia pada 2010.
Secara global, ada total 154 tim dari 137 universitas di 37 negara yang berpartisipasi sampai tahap akhir, dengan 27 tim dari Indonesia. Para peserta tersebut bersaing menyajikan inovasi kendaraan hemat energi mereka di hadapan panel juri yang terdiri dari para eksekutif dari Shell, Nissan, SwRI, Altair, dan Schmid Elektronik. Para juara pertama dari setiap kategori berhak mendapatkan hadiah uang sebesar USD1.500 dan runner-up sebesar USD750. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad