jpnn.com - SANAA – Sebanyak 155 orang dilaporkan tewas saat menghadiri upacara pemakaman di Sanaa, Yaman, Sabtu lalu.
Pasalnya, sebuah bom dari udara diluncurkan ke balai pertemuan tempat upacara diadakan.
BACA JUGA: Kasihan..Anak 18 Tahun Ini Punya Ekor Sepanjang 20 Cm
Padahal, di tempat tersebut, ada ratusan penduduk. Ata peristiwa itu setidaknya 525 orang lainnya menderita luka-luka.
Sebanyak 20 korban luka cacat seumur hidup karena kehilangan sebagian anggota tubuhnya.
BACA JUGA: Heboh Rekaman Omongan Donald Trump soal Perempuan
Jumlah korban jiwa bisa terus bertambah lantaran banyak yang mengalami kritis.
''Serangan itu dilakukan jet-jet pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi,'' ungkap Wakil Menteri Kesehatan Yaman Abdul Salam Al Madani.
Saat kejadian, penduduk menghadiri pemakaman ayah Galal Al Rawishan. Dia adalah menteri dalam negeri pemberontak Houthi.
BACA JUGA: Debat Kedua Clinton vs Trump: Seperti Kencan Pertama...
Tidak diketahui apakah dia atau para petinggi pemberontak Houthi lainnya ikut menjadi korban.
Yang jelas, Wali Kota Sanaa Abdel Qader Hilal masuk dalam daftar korban tewas.
Pemerintah Arab Saudi menolak bertanggung jawab terhadap serangan tersebut.
Namun, mereka berjanji melakukan penyelidikan bersama Tim Gabungan Penilai Insiden di Yaman dan pakar dari Amerika Serikat (AS).
''Pasukan koalisi mengonfirmasi bahwa pasukan kami diinstruksikan dengan jelas untuk tidak menyerang area permukiman penduduk dan menghindari penduduk sipil,'' ujar pernyataan pasukan koalisi.
Serangan membabi buta tersebut langsung memantik reaksi berbagai pihak.
Sekjen PBB Ban Ki-moon meminta ada penyelidikan independen atas serangan tersebut.
Dia ingin pihak yang bersalah diadili di meja hijau. Penyelidikan harus cepat dilakukan dan tidak memihak.
''Semua serangan yang disengaja terhadap warga sipil tidak bisa diterima,'' tutur Ban Ki-moon.
Dia menyatakan bahwa serangan di atas sangat disayangkan dan menyakitkan.
Kecaman juga datang dari pemerintah AS. Paman Sam bakal meninjau kembali dukungan terhadap kampanye Saudi untuk mengalahkan pasukan Houthi di Yaman.
Pasukan Houthi mendukung mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh untuk berkuasa. Mereka didukung Iran.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS Ned Price menegaskan, dukungan terhadap Saudi bukan tanpa syarat.
''Dalam kasus ini dan insiden-insiden lain baru-baru ini, kami harus secepatnya meninjau dukungan kami yang sebelum ini dikurangi secara signifikan terhadap koalisi pimpinan Arab Saudi. Kami bersiap menyesuaikan dukungan kami sehingga lebih selaras dengan prinsip, nilai-nilai, dan tujuan yang dimiliki AS. Termasuk agar konflik tragis di Yaman segera diakhiri,'' tegas Price.
Pada Agustus lalu, pemerintah AS memang mengurangi jumlah anggotanya yang ditugaskan sebagai penasihat intelijen di pasukan koalisi pimpinan Saudi.
Penyebabnya adalah serangan salah sasaran yang kerap dilakukan Saudi di Yaman.(Reuters/AFP/CNN/BBC/sha/c14/sof/flo/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Debat II Clinton vs Trump: Tak Sekadar Kebijakan, tapi Kepribadian
Redaktur : Tim Redaksi