Hari Minggu kemarin (25/09), pemilik akun Twitter @Gandhoyy mengunggah permohonan maaf kepada Es Teh.
Ia melampirkan juga surat somasi dari Es Teh Indonesia yang mendesak agar segera menghapus dan mengklarifikasi unggahan sebelumnya, yang mengatakan minuman Chizu Red Velvet dari Es Teh terlalu manis dengan menganalogikan seolah-olah mengandung 3 kilogram gula.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Snowden Jadi Warga Rusia, Kuba Dukung Pernikahan Sesama Pria
Unggahan permohonan maaf @Gandhoyy sontak menjadi viral.
Banyak pengguna Twitter mengecam surat somasi yang dikeluarkan Es Teh Indonesia, sementara yang lain meminta agar informasi kandungan gula dalam minuman tersedia bagi publik.
BACA JUGA: Penelitian Menunjukkan Australia Lebih Memerhatikan Hewan Ketimbang Anak-anak Saat Situasi Darurat
Kandungan gula dalam makanan dan minuman juga selalu menjadi pembahasan di Australia. Sejumlah upaya telah dilakukan untuk mengatur dan mengurangi konsumsi gula. Komitmen mengurangi kadar gula
Setelah garam, lemak, giliran gula yang dianggap musuh karena konsumsi gula berlebihan dapat menyebabkan obesitas dan meningkatkan risiko tipe 2 diabetes, penyakit jantung, juga beberapa kasus kanker.
BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Badai Topan Noru di Filipina, Ribuan Warga Mengungsi
Warga Australia termasuk yang mengonsumsi terlalu banyak gula, dengan 35 persen dari total kalori harian mereka berasal dari "discretionary foods" atau makanan yang sebenarnya tidak terlalu penting bagi kesehatan, seperti biskuit, permen, atau minuman ringan.
Pada tahun 2018, lembaga Australian Beverages Council, yang membawahi industri minuman non-alkohol, mengumumkan komitmen mereka untuk mengurangi kandungan gula hingga 20 persen pada tahun 2025.
Komitmen tersebut didukung oleh pemerintah Australia yang saat itu di bawah koalisi pimpinan Scott Morrison.
Tapi sejumlah dokter yang tergabung dalam Australian Medical Association (AMA) tidak sepakat dengan komitmen tersebut, karena menurut mereka langkah tersebut hanyalah pengalihan dari masalah sebenarnya.
"Kita mengonsumsi terlalu banyak gula dalam minuman ringan dan kita terlalu banyak mengonsumsi minuman ringan," ujar Tony Bartone yang saat itu menjabat presiden AMA.Apakah pajak gula jadi pilihan?
Menurut AMA, penerapan pajak gula atau 'sugar tax' akan lebih solutif dalam upaya mengurangi konsumsi gula ketimbang komitmen produsen mengurangi kandungan gula.
Pajak gula saat ini sudah diterapkan di Inggris, yang intinya memberlakukan pajak tambahan bagi produsen minuman ringan yang mengandung gula.
Minuman dengan lebih dari 8 gram gula per 100 mL akan terkena pajak senilai 24 sen poundsterling, atau hampir Rp4.000, per liter.
Sementara untuk minuman dengan kandungan gula 5-8 gram per 100 mL akan dikenai 18 sen poundsterling, atau kurang dari Rp3.000 per liter.
Tapi di Australia, hingga kini penerapan 'sugar tax' masih belum menjadi pilihan dan belum didukung sepenuhnya secara politis.
Bahkan industri minuman ringan memperingatkan akan adanya kenaikan harga jika pajak ini diterapkan.Ada 'rating' kesehatan untuk minuman, termasuk jus
Tahun lalu, regulator minuman di Australia telah menklasifikasikan jus buah dalam kemasan botol kurang sehat dibanding minuman 'diet cola'.
Pedoman yang digunakan adalah 'Health Rating Star' (HSR) yang fokus utamanya adalah kandungan gula.
Di Australia, banyak produsen telah mencantumkan HSR, selain juga kewajiban untuk memberikan kandungan nutrisi, dalam kemasan produk mereka.
Keputusan untuk memberikan 'rating' hanya dua bintang dalam minuman jus diambil dalam forum kementerian Australia dan Selandia Baru bulan Februari 2021.
Tapi bagaimana mungkin minuman jus dianggap tidak lebih sehat dari minuman ringan bersoda?
Leanne Elliston, ahli gizi dari Nutrition Australia, pernah mengatakan minuman jus punya banyak varian dengan perbedaan yang sedikit.
Menurutnya beberapa jus yang disebut 'cold pressed' atau mengandung 'pulp', atau ampas, mengandung lebih sedikit gula dibandingkan jus dalam kemasan lainnya, meski masih berbentuk 'concentrated fruit sugar' atau gula buah pekat.
Tapi ia mengatakan bukan berarti 'rating' yang diberikan untuk jus lebih rendah daripada minuman ringan.
"Mereka perlu mempertimbangkan nilai gizi, dan jus buah memang mengandung beberapa nilai gizi, mengandung vitamin C," katanya.
"Jus yang setidaknya mengandung ampas memiliki lebih banyak serat, oleh karena itu punya nilai gizi yang lebih baik daripada jus yang dilarutkan," ujar Leanne.
"Tetapi kita harus benar-benar minum air dan buah paling baik dikonsumsi sebagai buah utuh."Larangan dijual di rumah sakit
Negara bagian Australia Barat membuat terobosan dengan melarang penjualan minuman berkadar gula di seluruh rumah sakit umum.
Langkah ini diambil sebagai salah satu upaya untuk mengurangi tingkat obesitas, meski tetap dikritik oleh industri minuman ringan.
Mulai Juni lalu, semua mesin penjual minuman, kafe, restoran, dilarang untuk menjual minuman manis yang dianggap memiliki nilai nutrisi yang rendah atau sama sekali tak bermanfaat bagi kesehatan.
Yang dilarang termasuk minuman ringan, 'iced tea', minuman energi, beberapa jenis jus, air dengan perasa, dan susu.
Tapi minuman bebas gula, termasuk 'soft drink diet' masih boleh dijual, asalkan tidak melebihi 600 ml.
"Saat ini, sekitar 70 persen orang dewasa dan 25 persen anak-anak kelebihan berat badan atau obesitas," ujar Denise Sullivan dari Departemen Kesehatan.
"Jadi benar-benar menjadi tanggung jawab kami untuk memastikan kami juga mencerminkan pesan kesehatan yang dipromosikan di masyarakat, yaitu ada pilihan sehat yang tersedia," katanya.
Dewan Kanker di Australia menyambut langkah ini, tapi berharap kebijakan yang sama diperluas di tempat-tempat lainnya.
"Mengingat minuman manis membuat kita sakit, meningkatkan peluang kenaikan berat badan dan sejumlah penyakit, ini adalah langkah hebat dari rumah sakit kita," kata Melissa Ledger dari Cancer Council di Perth.
"Sebagian besar dari kita ingin sehat, [tetapi] sulit untuk menjadi sehat ketika kita dikelilingi oleh promosi dan pemasaran minuman manis sehingga kebijakan opsi sehat ini semakin memudahkan kita untuk menjadi sehat," katanya. .
Tapi industri minuman mengatakan langkah tersebut hanya menghentikan warga membeli minuman ringan di rumah sakit tapi tidak di tempat lain.
"Saya pikir kita cukup pintar dan tahu apa yang perlu dilakukan dan tahu pilihan apa yang harus diambil," ujar Cathy Cook dari Australian Beverages Council.
"Kami melihat orang Australia mengambil pilihan yang baik, kami mendukung semua upaya untuk membuat produk sehat lebih tersedia untuk semua orang Australia, [tapi] tampaknya ini sedikit berlebihan."
Di saat berbagai upaya dan kebijakan terus dilakukan untuk mengurangi konsumsi gula, setidaknya hingga saat ini hanya pilihan warga yang akan menentukan kesehatannya sendiri dan masa depan mereka.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Viral PT Es Teh Indonesia Menyomasi Pelanggan, Praktisi Hukum Angkat Bicara