jpnn.com, JAKARTA - Pada musim hujan, ancaman demam berdarah dengue (DBD) makin nyata. Meskipun penyebaran virus dengue terjadi sepanjang tahun di daerah tropis seperti Indonesia, tingginya curah hujan memengaruhi siklus hidup nyamuk dan meningkatkan tingkat replikasi virus.
Menurut data Kementerian Kesehatan RI, hingga minggu ke-46 tahun 2024 tercatat 218.356 kasus DBD dengan 1.259 kematian di Indonesia. Provinsi Sumatera Utara termasuk dalam 10 besar provinsi dengan kasus tertinggi, mencatat 7.761 kasus dan 52 kematian, setelah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
BACA JUGA: Antisipasi Kenaikan Kasus DBD, Dinkes Sumsel Akan Sebar Larvasida ke Kabupaten Kota
Untuk mengantisipasi peningkatan kasus di musim hujan, PT Takeda Innovative Medicines bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI serta pemerintah daerah menggelar program "Langkah Bersama Cegah DBD" pada 29 November - 1 Desember 2024 di Kota Medan.
"Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pencegahan dengue melalui pendekatan holistik, termasuk edukasi penerapan 3M Plus dan vaksinasi," kata Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht, Minggu (1/12).
BACA JUGA: Takeda Global Apresiasi Kepemimpinan Indonesia dalam Pencegahan-Penanggulangan DBD
Dia menekankan bahwa upaya kolektif sangat diperlukan untuk mengurangi beban dengue di Indonesia. Hal itu karena setiap jiwa yang hilang akibat dengue adalah tragedi yang seharusnya dapat dicegah.
"Melalui program Langkah Bersama Cegah DBD, kami ingin mendorong tindakan nyata dalam pengendalian nyamuk dan pencegahan inovatif seperti vaksinasi," ujarnya.
BACA JUGA: Jadi Ancaman Global, Aksi SIAP Lawan Dengue Diluncurkan
Dengan sinergi antara pemerintah, sektor swasta, tenaga kesehatan, dan masyarakat, Andreas optimistis Indonesia dapat mencapai masa depan yang lebih aman dari ancaman dengue.
"Tindakan hari ini akan menentukan masa depan yang lebih sehat bagi seluruh masyarakat Indonesia," ujar dia.
Melalui pendekatan komprehensif, upaya bersama ini diharapkan dapat menekan angka kasus DBD di Sumatera Utara dan seluruh Indonesia. Dia mengajak semua pihak untuk bersama-sama melindungi keluarga dan komunitas dari ancaman dengue dengan langkah nyata.
"Hal ini bisa dimulai dari diri kita sendiri," imbuhnya.
Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, dr. Ina Agustina Isturini, MKM., menegaskan pentingnya kolaborasi dalam memberantas dengue. Hal ini karena Dengue masih menjadi tantangan besar di Indonesia.
"Kita memiliki target nol kematian akibat dengue pada 2030 sesuai dengan strategi WHO, namun, keberhasilan ini membutuhkan keterlibatan aktif masyarakat," kata Ina.
Pendekatan 3M Plus, seperti menguras tempat air, menutup tempat penyimpanan air, dan mendaur ulang barang bekas, harus diterapkan secara konsisten. Dia juga menyoroti pentingnya vaksinasi sebagai perlindungan tambahan, terutama di musim hujan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, H. Muhammad Faisal Hasrimy menyampaikan bahwa kasus DBD di Sumatera Utara menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun 2023. Pihaknya mencatat 7.994 kasus dengan 52 kematian hingga 28 November 2024.
"Diperlukan kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, sektor swasta, dan masyarakat sangat penting untuk menekan angka kasus ini," ungkapnya.
Spesialis Anak dr. Dewi Sari, SpA, turut mengingatkan, kelompok usia 5-14 tahun menjadi yang paling rentan terhadap kematian akibat DBD. Infeksi dengue juga dapat terjadi lebih dari satu kali, dan infeksi berikutnya berisiko lebih berat.
"Oleh karena itu, penting untuk melindungi keluarga dengan pendekatan komprehensif, termasuk vaksinasi," jelasnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pejabat Kemenkes Usul Program Introduksi Vaksin Dengue Dimulai Paling Lambat 2025
Redaktur : Elfany Kurniawan
Reporter : Mesyia Muhammad