Usai Pawang Ucap Mantra, 3 Ekor Buaya Bawa Jasad Korban ke Pinggir Sungai

Senin, 01 Juli 2019 – 08:45 WIB
Ilustrasi buaya. Foto: AFP

jpnn.com - Tercatat, sudah delapan kali kasus buaya menerkam manusia di Kampung Biatan Lempake, Kecamatan Biatan, Berau, Kaltim. Dari jumlah itu, hanya dua korban saja yang tidak selamat. Enam korban lainnya, salah satunya Arsyad (67), berhasil lolos dari maut.

Arsyad yang selamat dari maut kala itu, bercerita panjang lebar saat ditemui Berau Post di kediamannya, pekan lalu. Kejadiannya pada Mei 2009 silam.

BACA JUGA: Hendra dan Kadir Ditangkap Polisi

Arsyad bercerita, saat itu dia bersama istrinya Siti Maryam (60), pergi ke sungai yang berjarak sekitar 150 meter dari rumahnya di Jalan Hasanuddin RT 06, Kampung Biatan Lempake, Kecamatan Biatan, untuk mandi sore. Waktu itu, ujar dia, sudah menunjukkan pukul 17.45 Wita.

“Setelah mandi, saat naik ke atas batang kayu yang ada di dekat sungai, tiba-tiba buaya langsung menerkam paha kanan saya,” katanya mengenang kejadian tragis yang dialaminya 10 tahun silam.

BACA JUGA: Pawang Didatangkan untuk Cari Warga Hilang di Sungai, Oh Ternyata

Arsyad yang diterkam buaya, melawan dengan memaksa melepaskan tancapan taring buaya di paha kanannya dengan tangan kosong. Perlawanannya berhasil. Namun luka sobek di paha kanannya sangat dalam. Sang istri yang melihat kejadian itu, langsung histeris yang akhirnya menarik perhatian warga setempat.

BACA JUGA: Retno Ingin Selalu Ditemani Tuhan, Siap Bayar Rp 5 Miliar

BACA JUGA: Mengintip Persiapan Tim Panahan Kaltim Sambut PON 2020

Arsyad yang terluka, langsung dilarikan warga ke puskesmas untuk menjalani perawatan dengan mendapat 35 jahitan.

“Alhamdulillah, saat itu saya masih diberi kesempatan oleh Tuhan untuk hidup. Saya bersyukur, yang diterkam bukan istri saya. Saya juga sempat melihat buaya tersebut berenang menjauh setelah gigitannya terlepas. Besar, mungkin sekitar 4 meter,” ungkapnya.

Siti Maryam yang mendampingi suaminya saat berbincang dengan Berau Post menambahkan, saat kejadian dirinya memang melihat benda seperti batang kayu yang hanyut mendekat ke arah suaminya. Ternyata benda yang dikiranya batang kayu itu adalah buaya yang mengincar suaminya.

“Saya liat itu (buaya) dari jauh. Saya kira batang hanyut,” katanya. Sejak kejadian tersebut, Arsyad sangat trauma. Selama tiga bulan Arsyad tidak pernah beraktivitas lagi di sungai.

Arsyad merupakan warga pendatang dari Sulawesi Selatan. Pada tahun 1967, saat usianya masih 15 tahun, Arsyad datang ke Kampung Biatan Lempake untuk bekerja sebagai tukang kayu.

Sejak menjadi warga kampung tersebut, Arsyad dan warga lainnya memang mengandalkan sungai untuk memenuhi kebutuhan air bersih, baik untuk mandi, cuci, dan kakus (MCK), maupun untuk dikonsumsi.

Menurutnya, sejak puluhan tahun beraktivitas di sungai, tidak pernah melihat penampakan buaya, apalagi kejadian warga menjadi korban terkaman buaya. Baru pada tahun 2000, dirinya dan warga lainnya, kerap melihat sosok buaya berenang maupun berjemur di tepi sungai.

Sejak adanya penampakan buaya tersebut, warga setempat berkeyakinan agar tidak beraktivitas di sungai kala senja, agar tidak mengganggu dan menjadi santapan buaya penghuni sungai.

Termasuk pantangan untuk mencuci selimut dan kelambu di sungai, serta tidak menggunakan panci sebagai gayung, seperti yang diyakini warga Kampung Tabalar Muara. “Kalau itu dilanggar, akan menimbulkan kemarahan penghuni sungai,” terang Arsyad.

Menurut Arsyad, kepercayaan masyarakat Biatan Lempake masih kental terhadap hal-hal tersebut. Pasalnya, dirinya sendiri pernah melihat buaya berwarna putih, memiliki lima jari, dan berukuran sangat besar, sekitar 20 meter.

Kemudian, sekitar beberapa tahun silam, saat dirinya hendak menjala ikan, kembali melihat penampakan buaya berwarna hitam dengan ukuran yang besar pula.

“Setelah kejadian saya disambar buaya itu, saya kemudian melarung (membuang atau menghanyutkan, red) telur ayam kampung ke sungai. Dan setiap ingin ke sungai, saya selalu permisi, dan berdoa kepada Tuhan,” tuturnya.

Sementara itu, Kepala Kampung Biatan Lempake Andi Mulayadi yang ditemui di kediamannya menuturkan, kejadian terakhir adanya warga diterkam buaya, terjadi pada Selasa, 18 Juli 2017 silam.

Kala itu, sekitar pukul pukul 18.00 Wita, Syarifuddin (41), masih asyik mandi di sungai bersama rekannya hingga jelang Magrib. Syarifuddin sendiri, merupakan warga pendatang yang belum lama tinggal di kampung tersebut.

“Posisi Syarifuddin saat itu hendak naik ke atas, namun buaya muara sekitar 2 meter, tiba-tiba menerkam dan menyeretnya ke sungai. Kami sudah beri peringatan kepada seluruh warga agar tidak beraktivitas di sungai setelah lewat pukul 17.00 Wita. Namun namanya pendatang, mungkin menganggap hal tersebut hanya mitos saja,” katanya.

BACA JUGA: Tengah Malam Bocah 7 Tahun Gedor Rumah Tetangga, ya Ampuuun

Warga bersama pihak kepolisian pun beramai-ramai mencari keberadaan korban, hingga ke wilayah Kecamatan Tabalar. Tapi hingga malam semakin larut, korban tak juga ditemukan. Keesokan harinya, salah satu rekan korban meminta bantuan pawang buaya untuk melakukan pencarian.

Pawang buaya yang didatangkan dari Kecamatan Sambaliung tersebut, langsung beraksi dengan melakukan ritual dan membaca mantra, ditutup dengan tiga kali menepukkan telapak tangannya ke permukaan air.

Itu adalah isyarat untuk memanggil buaya yang memangsa korban, sekaligus mengembalikan jasadnya. Tak berselang lama, muncul tiga ekor buaya membawa jasad korban ke pinggir sungai.

Warga yang melihat kedatangan buaya tersebut, ada yang berteriak agar buaya tersebut melepaskan jasad korban. Seakan mengerti, buaya yang membawa jasad korban lantas melepaskan dan langsung masuk ke dalam sungai.

“Ada warga yang usul untuk memburu buaya tersebut, namun hingga kini buaya-buaya tersebut tidak pernah muncul lagi,” lanjutnya.

Terpisah, Kapolsek Talisayan Iptu Faisal Hamid, mengaku rutin memberikan imbauan kepada warga di wilayah hukumnya, agar tidak lagi beraktivitas di sungai, terutama menjelang Magrib.

“Warga di Biatan Lempake saat ini sudah jarang berada di sungai. Rata-rata setiap rumah sudah memiliki sumur bor sendiri, karena tak mau lagi ada warga yang menjadi korban terkaman buaya,” singkat kapolsek yang membawahi wilayah hukum Kecamatan Talisayan dan Biatan tersebut.

Senada dengan Kapolsek Talisayan, Kapolsek Tabalar Ipda Nur Hadi juga rutin memberikan imbauan kepada warga di wilayah hukumnya. Termasuk memasang spanduk agar warga selalu waspada dan berhati-hati saat beraktivitas di sungai. Karena air sungai memang menjadi satu-satunya sumber air bersih yang bisa didapatkan warga Tabalar Muara hingga saat ini.

“Saya kerap meminta warga untuk tidak pergi ke sungai, namun mereka tidak memiliki sarana air bersih. Mau tidak mau, mereka harus turun ke sungai. Tapi saya minta mereka agar tidak berada di sungai menjelang pukul 18.00 Wita, karena itu untuk keselamatan mereka juga,” katanya. (*/yat/udi)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Suriadi Dijebloskan ke Sel Tahanan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler