USBN di SD 8 Mata Pelajaran, Jangan Dipaksakan 2018

Minggu, 24 Desember 2017 – 05:08 WIB
Siswa SD. Ilustrasi Foto: Doni K/dok.JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Kebijakan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang akan mengganti ujian sekolah (US) SD menjadi ujian sekolah berstandar nasional (USBN), mendapat sorotan.

Pemerintah diminta tidak tergesa-gesa menerapkan USBN jenjang SD mulai tahun depan. Persiapan matang harus terlebih dahulu dilakukan.

BACA JUGA: Kebijakan Baru: USBN Berlaku di SD, 8 Mata Pelajaran

Apalagi mata pelajaran (mapel) yang diujikan berjumlah delapan mapel. Jika persiapan belum matang, tidak perlu dipaksa diberlakukan tahun depan.

Sebagaimana diketahui ujian akhir untuk siswa SD yang berlaku saat ini bernama ujian sekolah (US). Terdiri dari tiga mapel; bahasa Indonesia, matematika, dan IPA.

BACA JUGA: Lihat, hanya Satu Murid Mengikuti Ujian Sekolah

Tahun depan US di SD diganti menjadi USBN. Dan ditambah lima mapel; IPS, PKN, seni budaya dan prakarya (SBDP), pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (PJOK), serta agama.

Konsekuensi dengan status berstandar nasional, maka 25 persen butir soal ujiannya dibuat oleh Kemendikbud. Sisanya 75 persen butir soal ujian dibuat oleh guru.

BACA JUGA: Aturan Aneh..Tak Lulus UAS, Siswa Didenda Beli Keramik

Pengamat pendidikan Jejen Musfah mengatakan dengan penambahan mapel yang diujikan dengan berstandar nasional otomatis butuh persiapan.

Khususnya terkait pembuatan soal oleh tim di Kemendikbud. Dengan persiapan yang kurang dari enam buoan, harus ada jaminan USBN delapan mapel di SD harus tepat soalnya dan tepat waktu pelaksanaan ujiannya.

"Jika dirasa belum matang (persiapannya, red) dieksekusi 2019 saja," kata Jejen, dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu, Sabtu (23/12).

Menurut dia meskipun porsi soal ujian dari Kemendikbud hanya 25 persen, harus dibuat secara tepat. Jangan sampai ada siswa yang merasa materi soal tersebut belum diajarkan di sekolah.

Terkait tingkat kesulitan, Jejen memperkirakan Kemendikbud tidak akan membuat soal yang sulit-sulit. "Pemilihan soal yang medium," jelasnya.

Dia berharap kisi-kisi USBN jenjang SD untuk delapan mapel bisa segera dikeluarkan. Sehingga secepatnya bisa dipelajari oleh guru atau murid untuk persiapan USBN.

Jejen mengatakan selama proses pembelajaran tuntas, tidak perlu takut berlebihan menghadapi USBN.

"Mau ujian berstandar nasional atau ujian sekolah itu biasa," tuturnya. Ujian adalah kelaziman di dunia pendidikan sebagai tolak ukur keberhasilan.

Psikolog yang berfokus pada bidang pendidikan anak Najeela Shihab mengatakan penilaian begitu banyak mapel di USBN, tidak sesuai dengan kompetensi murid yang akan dikembangkan.

Sebaiknya pemerintah fokus dalam pengembangan kompetensi guru-guru SD. Sehingga guru bisa membuat evaluasi siswa yang baik di dalam kelas.

Sehingga ujian bukan sekedar nilai yang didapat siswa. Tapi betul-betul ada aksi nyata dalam memperbaiki pegajaran oleh guru dan cara belajar siswa.

Najeela juga mengkritisi penyiapan soal USBN di SD. Dia mengatakan monitoring evaluasi dan kualitas soal tidak pernah transparan. "Seharusnya jelas dan terbuka," katanya.

Kepala Badan Standar Nasional Pendidikan Bambang Supriadi mengatakan ada dua alasan memperbanyak mapel USBN dari tiga jadi delapan. Yaitu sebagai instrumen mengukur standar kompetensi lulusan.

Kemudian mendorong siswa untuk belajar secara tuntas. Serta menguatkan penilaian di tingkat satuan pendidikan. Terkait kisi-kisi USBN jenjang SD, masih dalam proses pengerjaan.

Sementara itu Kepala Balitbang Kemendikbud Totok Suprayitno mengatakan sedang proses pembuatan soal untuk USBN SD.

Dia menegaskan tingkat kesulitan soal USBN yang dibuat kemendikbud standar alias tidak sulit. "Ujian adalah bagian alami dalam proses belajar," pungkasnya. (wan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Disdik Provinsi jadi Penyebar CD Soal USBN


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler