jpnn.com - JAKARTA - Mantan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, La Ode Ida menilai peredaran yang berbahaya bagi masyarakat merupakan bukti negara telah lalai dalam melindungi warganya. Menurutnya, kasus beras plastik menjadi bukti mafia impor dan pangan telah menghina negara.
Ida mengatakan, para mafia impor itu paham betul bahwa pemerintah dan rakyat negeri ini gandrung dan sangat percaya pada produk luar negeri. Akibatnya, barang apa saja bisa dengan mudah untuk masuk ke Indonesia untuk dipasarkan.
BACA JUGA: Jokowi Dianggap Cermat Tunjuk Destry Pimpin Pansel KPK
"Para pejabat bisa disogok, rakyatnya bisa ditipu. Kerja sama antar-pejabat yang berwenang di Indonesia dengan pelaku pasar, mafia dan produsen dari negara pemasok. Mereka sudah memiliki jalur yang bisa digunakan sepanjang waktu," kata Ida, Minggu (24/5).
Karenanya dia mendesak pemerintah bertindak tegas terhadap pejabat yang membiarkan beras plastik lolos. "Apakah itu menterinya atau pejabat eselon di bawahnya. Copot saja," pintanya.
BACA JUGA: Agung Ingatkan Ical soal Islah Terbatas
Mantan senator asal Sulawesi Tenggara ini menegaskan, pemerintah harusnya belajar dari Australia, Amerika Serikat maupun negara-nega di Eropa. Sebab, sulit bagi barang dari luar negeri untuk masuk ke negara-negara itu. "Apalagi untuk kepentingan konsumsi rakyatnya termasuk buah-buahan, harus melalui deteksi yang berlapis," ujarnya.
Merujuk pada kasus beras plastik, Ida meminta pemerintah tidak lagi menunjukkan sikap yang mengesankan meminta-minta untuk mendatangkan investasi berikut barang-barang produknya ke Indonesia. Sebab, hal itu hanya akan menjadikan Indonesia sebagai bangsa ini terhina.
BACA JUGA: Ical Bawa Nama JK, Agung Tidak Peduli!
"Harus segera tinjau ulang perjanjian ekspor-impor dengan beberapa negara, dan untuk sementara harus dimoratorium. Jika sudah memastikan asal negara beras sintetis itu, maka harusnya segera menghentikan impor produk barang dari negara itu, agar jadi pelajaran karena telah menghina bangsa kita," harapnya.(fas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Islah Golkar, JK: Lihat Saja, Nanti Diatur
Redaktur : Tim Redaksi