Selasa lalu (23/07) bukan hari yang biasa untuk murid-murid di SDN 02 dan SDN 03 Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 

Mereka menjadi bagian dari uji coba makan bergizi gratis yang sedang dipersiapkan pemerintah.

BACA JUGA: Zulhas Bilang Pemerintah Sediakan Rp 71 Triliun untuk Program Makan Bergizi Gratis

Yang membagikan makanannya pun istimewa: wakil presiden terpilih yang juga putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka.

Paket tersebut berisi nasi, ayam, sayur, buah, dan susu kemasan, dengan harga satuan Rp14.900 per porsi.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Topan Kuat Gaemi Menerjang Taiwan, Diperkirakan Akan Menuju Tiongkok

"Kok sayurnya enggak dimakan?" tanya Gibran ke seorang anak di dalam kelas, seperti dikutip dari laporan Kompas.com.

Gibran mengatakan uji coba makan gratis akan terus berjalan hingga bulan Oktober mendatang.

BACA JUGA: Dunia Hari Ini: Upaya Memecahkan Rekor Dunia untuk Mengetik Tercepat dengan Hidung

Selama uji coba yang dilangsungkan di Solo, Surabaya, dan Bogor, Gibran mengatakan pemerintah akan menjajal semua skema, termasuk mencoba menu yang berbeda dengan melibatkan pemilik rumah makan, usaha kecil menengah (UKM), serta orangtua.

"Kita ingin mendengarkan masukan dari anak-anaknya, murid-murid, orangtua murid, guru-guru, komite, dan kalau ada masukan dari ahli gizi, silakan," kata Gibran kepada wartawan.Janji pemilu yang paling populer

Program makan siang dan susu gratis mungkin menjadi janji yang paling diingat dari janji-janji semua calon presiden di Pilpres 2024.

Survei Litbang Kompas pada Maret lalu mencatat 48,6 persen responden menyebut makan siang gratis menjadi program ekonomi capres yang paling diingat, meskipun hanya 12,3 persen responden yang menganggap program tersebut perlu diprioritaskan.

Setelah terpilih sebagai presiden, Prabowo Subianto dilaporkan konsisten untuk bisa merealisasikan program makan siang dan susu gratis.

Salah satu bukti keseriusannya adalah dengan mendatangi sebuah sekolah di Beijing yang telah menerapkan program makan siang gratis sejak 2011, di tengah-tengah lawatannya ke Tiongkok untuk memenuhi undangan Presiden Xi Jinping pada awal April lalu.

Keseriusan lainnya juga bisa dilihat dari dilantiknya Wakil Menteri Keuangan yang baru, Thomas Djiwandono, dan Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono.  

Head of Research Group Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara menilai penunjukan Wamenkeu dan Wamentan sebagai cara mengamankan anggaran dan teknis program makan gratis ini.

Thomas Djiwandono adalah keponakan Prabowo, yang juga menjabat sebagai Bendahara Partai Gerindra. Sementara Sudaryono adalah ketua DPD Partai Gerindra Jawa Tengah.Jadi, Rp15.000 atau Rp7.500?  

Perdebatan dan kesimpangsiuran mengenai harga satuan yang dialokasikan untuk program makan gratis menjadi kontroversi setelah ekonom Verdhana Sekuritas, Heriyanto Irawan, dalam acara Market Outlook 2024, mengaku diajak tim sinkronisasi Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk mendiskusikan program makan bergizi gratis untuk anak-anak.

Heriyanto mengatakan salah satu isi pembicaraannya adalah niat Prabowo untuk menggunakan anggaran makan gratis sebesar Rp71 secara maksimal, dengan menjangkau sebanyak mungkin anak-anak.

Dari situ, Heriyanto melihat ada keinginan dari pihak Prabowo untuk bisa menjalankan program tanpa perlu menambahkan atau mengurangi anggaran.

"Yang menarik buat saya, bapak ibu sekalian adalah, setelah dikomunikasikan angka itu 71 triliun, kemudian tugasnya Pak Presiden terpilih ke tim ekonomi ini adalah untuk memikirkan, apakah biaya makanan per hari itu bisa enggak diturunin, lebih hemat dari Rp 15.000," ungkap Heriyanto.

"Mungkin ke Rp 9.000, ke Rp 7.500 kira-kira begitu. Dan kita bisa pahami kalau sebagai politisi, tentunya beliau mau program-nya itu menyentuh sebanyak mungkin rakyat," sambungnya.

Hal ini tidak dibenarkan atau dibantah oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, yang  menyebut, besaran anggaran makan siang gratis untuk tiap anak akan berbeda-beda di tiap daerah.   

"Tentu di setiap daerah akan berbeda. Tapi teknis akan dibahas ke depan," kata Airlangga kepada wartawan di Jakarta (18/07).

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy menilai anggaran Rp 7.500 per porsi untuk makanan bergizi gratis sangat besar untuk daerah tertentu.

"Saya kira untuk daerah tertentu, Rp7.500 sudah sangat besar itu," kata Muhadjir Effendy kepada wartawan di Jakarta (19/07).

Anggota Gugus Tugas Sinkronisasi Prabowo-Gibran Bidang Komunikasi, Hasan Nasbi, membantah sudah ada angka yang pasti untuk satuan harga makan bergizi gratis.

"Satu-satunya yang sudah bisa kita ambil kesimpulan itu baru alokasi anggaran untuk makan bergizi gratis tahun 2025, ... besarannya adalah Rp71 triliun, ... yang lainnya masih dalam proses," tuturnya kepada wartawan (22/07).

Hasan menambahkan Prabowo berpesan agar program makan siang gratis "memenuhi standar ketercukupan gizi" dan "harus dioptimalkan jumlah penerima manfaatnya."Bukan hanya soal anggaran

Head of Research Group Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, untuk menjalankan program makan bergizi gratis ini,  harus ada trade-off dengan program lain dalam sisi anggaran. 

"Tahun depan kan utang jatuh tempo kita Rp800 triliun belum termasuk bunganya, berarti sekitar Rp1.300-an triliun yang harus dibayar pemerintah ... sehingga harus banyak program-program warisan Jokowi yang terancam mangkrak memang, karena akan dikalahkan untuk makan gratis ini," kata Bhima.

"Anggaran Rp71 triliun menurut saya itu kalau dilakukan secara rasional tetap enggak cukup ... biaya birokrasi, distribusi, untuk teknisnya saja bisa 40 persen sendiri dari total budget," ujarnya.

"Makanya ada kekhawatiran kalau yang dikorbankan adalah unit price dari makan bergizi itu jadi Rp7.500, dan itu masuk akal [dari sisi anggaran]."

Apalagi, menurut Bhima, jika melihat lokasi uji coba yang tengah berjalan, target penerima program makan gratis nampaknya akan mencakup semua murid SD, setidaknya sebanyak 70 juta orang, tidak menyasar siswa di daerah terluar dan tertinggal seperti rencana semula.

"Makan gratis ini kan jadi daya tarik utama pemilih pemilu, terutama di Jawa, jadi mungkin ini janji kampanye yang akan pertama kali dijawab dulu, dan mengapa sekarang mengikutsertakan pulau Jawa, karena pemilih terbanyak memang di Jawa," tambah Bhima.

Namun, menurutnya ada potensi masalah lain juga yang masih tidak jelas indikatornya sampai sekarang.

"Sejak awal kan konsepnya sudah dipertanyakan, karena kalau mau menjawab masalah stunting, ini enggak nyambung karena stunting kan soal asupan gizi 1.000 hari pertama [bayi dan anak]," jelasnya.

"Sementara ini yang dikasih anak SD, ... kemudian sekarang argumennya untuk mengejar angka PISA, tapi kan harus didalami juga, angka PISA rendah itu karena kontribusi gizi yang kurang atau kualitas pendidikan kita?"

PISA atau Programme for International Student Assessment adalah suatu studi untuk mengevaluasi sistem pendidikan yang diikuti oleh lebih dari 70 negara di seluruh dunia  yang diinisiasi oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Menurut Bhima, diperlukan  pilot project yang tidak terlalu besar tetapi fokus supaya tidak memicu inflasi karena tambahan permintaan di berbagai tempat. 

"Jadi lebih baik memang prioritasnya di daerah tertentu, jumlah anak SD-nya jangan terlalu banyak, tapi kualitas gizi per unit-nya bagus, ya Rp15.000 sampai Rp25.000 misalnya ... itu pun di Papua Rp15.000 dapet apa sih?"

Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), yang melihat menu makan bergizi dan susu gratis yang dibagikan Gibran, juga mengingatkan potensi pangan yang tidak sehat.

"Hai Mas Gibran, kemarin sempat lihat-lihat foto-foto program ini dan ada produk susu berpemanis rasa strawberry. Itu termasuk tinggi gula [25 gram] padahal batas harian konsumsi gula anak-anak 25 gram," unggah akun CISDI di X.

CISDI meminta pemerintah untuk memastikan program makan bergizi gratis ini tidak bertentangan dengan target atau program kesehatan yang sedang berjalan, seperti menurunkan obesitas serta diabetes melitus, yang salah satunya dipengaruhi tingginya konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan.

BACA ARTIKEL LAINNYA... Seorang Pria Didakwa dengan Tuduhan Memperdagangkan Remaja Indonesia ke Sydney

Berita Terkait