jpnn.com, JAKARTA - Suku bunga Bank Indonesia 7-Day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) diputuskan tetap bertahan di level enam persen.
Sementara itu, suku bunga deposit facility masih 5,25 persen dan suku bunga lending facility 6,75 persen.
BACA JUGA: Kurangi Ketergantungan dari Sektor Energi
Keputusan tersebut dibuat untuk memperkuat stabilitas eksternal. Khususnya untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dalam batas aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik.
CAD tahun lalu tercatat 2,98 persen dari produk domestik bruto (PDB). Tahun ini BI menargetkan CAD dapat ditekan hingga level 2,5 persen PDB.
BACA JUGA: Neraca Pembayaran Surplus USD 5,4 Miliar
Beberapa tantangan ekonomi global masih menjadi perhatian pelaku pasar. Misalnya, AS yang stimulus fiskalnya bakal terbatas, keyakinan pelaku usaha Eropa yang menurun karena isu Brexit, serta pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang melambat akibat menurunnya kinerja ekspor dan permintaan domestik.
Di dalam negeri, permintaan domestik akan menjadi penopang utama dalam mendorong pertumbuhan. Terutama konsumsi rumah tangga dan lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) yang diyakini meningkat tahun ini.
BACA JUGA: BI Waspadai Peningkatan Risiko Kredit Pertambangan
’’Dari sisi eksternal, kita masih akan menghadapi tantangan ekspor akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia,’’ kata Gubernur BI Perry Warjiyo saat paparan hasil rapat dewan gubernur BI, Kamis (21/2).
Namun, BI yakin neraca pembayaran akan terus membaik. Aliran masuk modal asing diperkirakan terus berlanjut dan tetap kuat.
Sepanjang Januari lalu, capital inflow sudah masuk ke Indonesia USD 2,2 miliar. Aliran dana tersebut juga terus berlanjut hingga Februari.
Menurut Perry, kondisi emerging markets seperti Indonesia memang sedang menjadi sasaran aliran dana asing.
Sebab, The Fed memberikan sinyal, meski kenaikan suku bunga acuannya bakal tak terlalu tinggi, normalisasi lewat jalur lain di luar suku bunga akan dilakukan.
BI pun memprediksi, The Fed hanya akan menaikkan suku bunga acuannya sekali tahun ini.
’’Pengurangan neraca keuangan The Fed akan dipercepat. Kalau mereka (The Fed), pengetatannya lebih rendah untuk suku bunga, tetapi lebih cepat melalui balance sheet reduction. Itu yang membuat dana asing banyak dialihkan ke negara-negara emerging, termasuk Indonesia,’’ lanjut Perry.
Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengatakan, BI memang sebaiknya fokus pada stabilitas lebih dulu.
Toh, pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,17 persen tahun lalu masih cukup baik di tengah kondisi makroekonomi global yang penuh tantangan.
BI juga perlu mempertimbangkan sentimen Brexit serta perkembangan negosiasi AS dan Tiongkok terkait dengan perang dagang.
Dengan begitu, BI harus hati-hati dalam menentukan prioritas karena sentimen tersebut masih dapat memengaruhi pasar keuangan dan perdagangan barang.
’’Sinyal yang diungkapkan pemerintah juga masih mengenai stability over growth,’’ ujar Ryan. (rin/c22/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Misbakhun Ajak BI Blusukan ke Sekolah agar Pelajar Cinta Rupiah
Redaktur : Tim Redaksi