jpnn.com, JAKARTA - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS membuat cadangan devisa sempat tergerus. Cadangan devisa terus menurun sejak awal tahun. Mei lalu cadangan devisa tersisa USD 122,9 miliar.
Cadangan tersebut berkurang terutama karena devisa digunakan untuk intervensi pasar oleh BI di pasar valuta asing (valas) dan surat berharga negara (SBN) untuk stabilisasi nilai tukar. Selain itu, devisa digunakan untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah.
BACA JUGA: Nilai Tukar Rupiah Kembali Melemah
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman menuturkan, kondisi utang luar negeri Indonesia masih dalam struktur yang sehat. Utang luar negeri Indonesia pada akhir April 2018 tumbuh melambat menjadi USD 356,9 miliar.
Utang luar negeri tercatat tumbuh 7,6 persen secara year-on-year (yoy). Melambat bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 8,8 persen. Perlambatan itu terjadi baik pada utang pemerintah maupun swasta.
BACA JUGA: Jordania Dicekik Utang Rp 558 Triliun
Rasio utang luar negeri Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) pada akhir April 2018 stabil di kisaran 34 persen. Berdasar jangka waktu, struktur utang luar negeri Indonesia tetap didominasi utang jangka panjang, yakni 86,7 persen, dari total utang luar negeri.
”BI berkoordinasi dengan pemerintah terus memantau perkembangan utang luar negeri dari waktu ke waktu untuk mengoptimalkan peran utang luar negeri dalam mendukung pembiayaan pembangunan,” ujar Agusman.
BACA JUGA: Rupiah Terus Melemah, Cadangan Devisa Makin Menyusut
Itu dilakukan agar utang tetap terkendali tanpa menimbulkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian. (rin/c10/fal)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dilema Pengusaha Pada Rupiah dan Harga Pangan
Redaktur & Reporter : Soetomo