jpnn.com, SURABAYA - Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekuler Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Chairul Anwar Nidom menyampaikan bahwa vaksin Nusantara bersifat autologus.
Autologus merupakan transplantasi sel punca menggunakan sel diri sendiri kemudian dikembangbiakkan atau diangkat sebelum menerima terapi radiasi dosis tinggi.
BACA JUGA: Konon Vaksin Nusantara Dipesan Turki, Cek Faktanya
Nidom menilai vaksin Nusantara dinilai baik bagi penerimanya karena berasal dari sel tubuh orang itu sendiri.
Misalnya, untuk tentara yang ditugaskan ke suatu daerah dengan ancaman khusus.
BACA JUGA: Muhammad Kece & Yahya Waloni Ditangkap, Ruhut Sitompul Ingat UAS
"Tentara itu bisa divaksin khusus tidak seperti general yang ada di seluruh dunia ini," kata dia, Jumat (27/8).
Prof Nidom mengakui tertarik dengan vaksin Nusantara, karena yang dimainkan dari vaksin itu adalah pabriknya antibodi di dalam tubuh, memasukkan virus yang sudah disterilkan.
BACA JUGA: Peserta Tes CPNS & PPPK Dapat Fasilitas Swab Antigen, tetapi Bayar Sebegini, Alamak
"Jadi, kalau sekarang bayangannya, vaksin yang sudah diproduksi campuran vaksin disuntikkan ke tubuh seseorang, kemudian sel sendiri dendritik-nya," ujar Chairul Anwar Nidom.
Ahli virologi itu mengeklaim vaksin buatan dr Terawan yang di-bypass dengan mencari sel dendritik yang kemudian diaktivasi dengan antivirus, maka dengan cepat akan teraktivasi antibodinya.
"Termasuk natural, cuma aktivasinya dilakukan di luar. Jad,i terkontrol banget. Sistem dendritik kalau masuk ke dalam tubuh menghasilkan antibodi dan memori," beber dia.
Prof Nidom mencontohkan seperti vaksin Sinovac yang sudah disuntikkan membutuhkan waktu sekitar 30 hari untuk memunculkan antibodi, sedangkan vaksin Nusantara hanya sepuluh sampai 17 hari.
"Itu lebih singkat prosesnya. Bahkan, sesuai dengan risiko virus yang ada di lapangan. Kandungannya juga direncanakan untuk varian Lambda," jelas Nidom. (mcr12/jpnn)
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Arry Saputra