jpnn.com, JAKARTA - Guru Besar Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF-ITB), Prof. Dr. rer. nat. Rahmana Emran Kartasasmita menjelaskan produk tembakau alternatif, khususnya produk tembakau yang dipanaskan, memiliki zat berbahaya dan berpotensi berbahaya (harmful and potentially harmful constituents) yang lebih rendah daripada rokok.
Hal ini dibuktikan melalui kajian literatur ilmiah berjudul Kajian Risiko (Risk Assessment) Produk Tobacco Heated System (THS) Berdasarkan Data dan Kajian Literatur pada 2022.
BACA JUGA: Praktisi Kesehatan Nilai Pemerintah Harus Mengatur Akses Vape
Oleh karena itu, pemanfaatan produk tembakau alternatif merupakan solusi bagi perokok dewasa yang merasa kesulitan untuk berhenti dari kebiasaan merokok.
“Faktanya, berhenti merokok total sulit dilakukan perokok dewasa. Untuk itu, mereka disarankan beralih ke produk tembakau yang dipanaskan karena lebih rendah tingkat risiko kesehatannya. Namun perlu ditegaskan, produk tersebut bukan untuk non-perokok yang mulai mengonsumsi produk tembakau,” terangnya.
BACA JUGA: Gandeng Kemenkop UKM, KoinWorks Fokus pada Sektor Agrikultur & Peternakan
Selain keefektifannya untuk beralih merokok, pemanfaatan produk tembakau alternatif ternyata juga berdampak positif dalam mengurangi dampak kesehatan akibat merokok.
National Cancer Institute Amerika Serikat mengungkapkan bahwa TAR mengandung berbagai senyawa karsinogenik pemicu kanker.
BACA JUGA: Pemerintah Diminta Mengevaluasi Kebijakan HGBT
Dari sekitar 7.000-an bahan kimia yang ada di dalam asap rokok, 2.000 di antaranya terdapat pada TAR.
Adapun, organisasi penelitian kanker independen dari Inggris, Cancer Research UK, menyebutkan nikotin bukan pemicu utama atas penyakit yang berkaitan dengan merokok, serta bukan penyebab utama kanker.(chi/jpnn)
Redaktur & Reporter : Yessy Artada