Venezuela Dilanda Kegilaan Gara-Gara Listrik Mati

Rabu, 27 Maret 2019 – 09:38 WIB
Demonstrasi di Venezuela. Foto: AFP

jpnn.com, KARAKAS - Jalanan Karakas, ibu kota Venezuela, dipenuhi ribuan orang Senin (25/3) siang. Orang-orang itu adalah pegawai yang dipulangkan lebih cepat karena kantor mereka tak bisa beroperasi.

''Lampunya tiba-tiba menggila. Seakan-akan ada yang akan meledak,'' ujar Denis Mendoza, pekerja call center di pusat kota Karakas, kepada The Guardian.

BACA JUGA: Waduh, Tentara Rusia Sudah Masuk ke Venezuela

Langkah pria 28 tahun itu berat. Dia harus berjalan 90 menit menuju rumahnya di Petare, wilayah pinggiran Karakas. ''Saya hanya berharap (mati listrik tak berlangsung lama, Red). Tapi, mungkin harapan saya salah,'' ujar Mendoza.

Saat listrik tak tersedia, kota-kota Venezuela serasa pasien koma. Metro, kereta dalam kota, yang biasanya mengangkut ribuan pekerja tak bisa beroperasi. Warga pun hanya berharap bisa berjejalan di dalam bus.

BACA JUGA: Listrik Venezuela Padam Total, Tiongkok Siap Jadi Pahlawan

''Saya tidak tahu bagaimana pulang ke rumah. Kalau berjalan, saya butuh 2 jam,'' ujar Ana Gonzalez, penjaga toko produk kebersihan, kepada AFP. Perempuan 64 tahun itu mengaku tak sanggup memaksakan diri masuk ke bus. Namun, dia juga tak kuat berjalan lama.

BACA JUGA: Waduh, Tentara Rusia Sudah Masuk ke Venezuela

BACA JUGA: Berita Terbaru Krisis Venezuela: BBM Berlimpah, SPBU Langka

Untung, lampu yang mati pada pukul 13.20 waktu setempat kembali menyala saat malam. Menteri Komunikasi Venezuela Jorge Rodriguez langsung membusungkan dada. Tentu, dia tetap menyebut Amerika Serikat sebagai pelaku sabotase.

Namun, rakyat tak begitu saja percaya. Mereka tak lagi menelan omongan politisi begitu saja. ''Semua politisi hanyalah pembohong. Baik Maduro maupun oposisi,'' ujar Jose Jaramillo, 32, pekerja konstruksi.

Mereka sadar betul bahwa pemerintah tak bisa diandalkan. Apalagi, masalah yang berhasil diatasi hanya listrik di Karakas. Menurut media lokal, listrik 14-16 negara bagian belum sembuh hingga kemarin, Selasa (26/3).

Maria Vilallobos, jurnalis lokal, menangis sejadinya mengingat La Locura yang terjadi di Maracaibo. La Locura berarti kegilaan. Itu adalah sebutan tentang momen ketika penduduk kota terbesar kedua di Venezuela tersebut mengalami mati listrik masal. Selama tiga hari, mereka berada di neraka dunia. Gelap. Gulita. Ricuh.

''Saya pikir, semua ini akan menjadi awal perang sipil. Di mana-mana, saya melihat kengerian, ketakutan, dan keputusasaan,'' ungkapnya.

Banyak juga yang menduga bahwa bencana itu adalah tanda-tanda kiamat yang diciptakan para iblis. ''El demonio (para setan, Red),'' ujar Betty Mendez, penjaga toko lokal, saat ditanya penyebab kericuhan itu.

Saat listrik lumpuh 7 Maret lalu, sebanyak 1,9 jiwa penduduk Macaraibo mulai mendidih. Setelah tiga hari, kemarahan mereka langsung meledak. Mereka bagaikan kerasukan dan langsung menjarah apa pun yang tersimpan di toko.

Juan Carlos Koch menyebutkan, 106 dari 270 toko di pusat perbelanjaan yang dikelolanya hancur lebur. Hotel Birsas del Norte dibuat berantakan oleh massa yang mencapai 100 orang.

''Seperti gelombang tsunami yang menyapu gedung,'' ujar Simaray Cardozo, manajer Hotel Virgin of Carmen.

Para pengusaha dan pekerjanya tidak hanya takut menjadi korban penjarahan. Justru, mereka lebih takut kalau ke depan mereka menjadi penjarah. Sebab, keluarga mereka juga kelaparan.

''Yang paling menyedihkan, insiden ini bukan yang terakhir. Setiap kali mati listrik terjadi, keributan yang lebih besar bisa terjadi,'' kata Maria Villalobos, istri pebisnis yang mengaku ikut menjarah. (bil/c5/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Listrik Venezuela Padam Total, Maduro Salahkan Penyusup


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler