Viagra Perempuan Laku Keras di Mesir

Minggu, 20 Januari 2019 – 02:30 WIB
Ilustrasi obat. Foto: Pixabay

jpnn.com, KAIRO - Mesir jadi negara Arab pertama yang mengizinkan produksi dan penjualan obat untuk meningkatkan libido perempuan. Lalu, apakah ada pasar untuk menjual obat peningkat libido perempuan di negara yang konservatif tersebut?

Seperti dilansir BBC Jumat (18/1), pil peningkat libido perempuan itu bernama 'Female Viagra' yang secara kimia dikenal sebagai filbanserin.

BACA JUGA: WN Mesir Ini Temukan Metode Mudah Menghafal Aksara Jawa

Obat ini pertama kali diizinkan untuk digunakan di AS hampir tiga tahun lalu, dan sekarang diproduksi di Mesir oleh perusahaan farmasi lokal.

Leila, bukan nama sebenarnya, adalah seorang ibu rumah tangga berusia 30-an. Dia lebih suka menyembunyikan identitasnya. Seperti banyak perempuan di Mesir, berbicara tentang masalah seksual dan kebutuhan seksual masih sangat tabu.

BACA JUGA: Good News, Road Show PTPN III di Mesir Jaring Kontrak Besar

Setelah hampir 10 tahun menikah, dia mengatakan dia memutuskan untuk mendapatkan obat itu hanya karena penasaran.

Leila, yang tidak memiliki masalah kesehatan, membeli obat itu tanpa resep. Sebuah praktik yang sangat umum di Mesir.

BACA JUGA: BUMN Perkebunan Makin Serius Garap Pasar Afrika

"Apoteker menyuruh saya minum pil setiap malam selama beberapa minggu. Dia mengatakan tidak akan ada efek samping," katanya.

"Aku dan suamiku ingin melihat apa yang akan terjadi. Aku pernah mencobanya sekali, dan tidak akan pernah melakukannya lagi. Aku merasa mengantuk dan pusing, dan jantungku berdegup kencang," tambah Leila.

Tingkat perceraian sedang meningkat di Mesir, dan beberapa laporan media lokal menghubungkannya dengan masalah seksual yang terus-menerus di antara pasangan.

Produsen flibanserin setempat mengatakan tiga dari setiap 10 wanita di Mesir memiliki gairah seks yang rendah. Tetapi angka-angka ini hanyalah perkiraan kasar. Statistik semacam itu sulit didapat di negara seperti Mesir.

"Perawatan ini sangat dibutuhkan di sini. Ini adalah sebuah revolusi," kata Ashraf Al Maraghy, seorang perwakilan perusahaan.

Maraghy mengatakan obat ini aman dan efektif, dan pusing dan kantuk akan hilang seiring waktu. Akan tetapi, banyak apoteker dan dokter tidak setuju.

Murad Sadiq, yang menjalankan apotek di Kairo utara, mengatakan dia selalu menjelaskan efek samping kepada pelanggan tetapi mereka masih bersikeras membelinya.

"Sekitar 10 orang datang untuk membeli obat itu setiap hari. Sebagian besar dari mereka adalah pria. Perempuan terlalu malu untuk memintanya," ujarnya. (jpc)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jalankan Visi Jokowi, Dorong BUMN Seriusi Potensi Afrika


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler