jpnn.com - JAKARTA - Deputi Bidang Kerjasama Ekonomi Internasional Kemenko Perekonomian Rizal Afandi Lukman menyebut, Vietnam memang kompetitor utama Indonesia dalam urusan menggaet investor. Ini karena Vietnam memiliki sektor-sektor yang potensial mirip dengan yang dimiliki Indonesia.
''Istilahnya, kita akan rebutan investor dengan Vietnam,'' ucapnya, kemarin.
BACA JUGA: Oh, Rupanya Negara Ini Kompetitor Utama Indonesia
Berdasar data riset terbaru konsultan PricewaterhouseCoopers (PwC), Vietnam memang lebih unggul dibanding Indonesia dalam empat sektor, seperti regulasi buruh, upah minimum pekerja, kemudahan izin kerja untuk ekspatriat, hingga insentif pajak bagi investor.
Misalnya, dari sisi produktifitas pekerja, Vietnam lebih efisien 20 persen karena rata-rata jam kerja per minggu di sana 48 jam, sedangkan di Indonesia 40 jam per minggu. Demikian pula upah buruh pada 2015.
BACA JUGA: Yesss!!! Tarif Listrik Semua Golongan Turun
Dengan mengambil contoh kawasan industri di Jawa Timur, upah minimum tercatat Rp 2.700.000 per bulan atau setara USD 215,6. Sedangkan di Vietnam hanya sebesar USD 145,4. Artinya, biaya upah di Vietnam 32,6 persen lebih murah.
Dari sisi kemudahan izin kerja untuk ekspatriat, Vietnam juga lebih mudah. Misalnya, di Indonesia butuh waktu hingga 2 bulan untuk mengurus izin kerja, sedangkan di Vietnam hanya 2 - 3 minggu. Adapun untuk mendapatkan lisensi, di Indonesia butuh belasan izin dari berbagai instansi, sedangkan di Vietnam cukup 2 izin dari 1 instansi.
BACA JUGA: Anak Tentara Ini Berhasil Raup Rp 500 Juta dari Wismilak DSC 2015
Dari sisi biaya, lisensi ekspatriat di Vietnam juga lebih murah, hanya USD 100 - 400 per dua tahun, sedangkan di Indonesia harus membayar USD 600 per tahun.
Di sektor fiskal, Vietnam juga lebih menarik di mata investor karena menawarkan beragam insentif pajak. Saat ini, pemerintah Indonesia memang telah menawarkan insentif pajak seperti tax allowance hingga tax holiday, namun terbatas untuk sektor dan besaran investasi tertentu.
Sedangkan di Vietnam, insentif pajak diterapkan lebih luas. Misalnya, tax exemption atau pengecualian pajak bebas selama 4 tahun, serta pengurangan pajak sebesar 50 persen selama 9 tahun. Pada 2015, dari sisi pajak penghasilan (PPh) badan, Indonesia dan Vietnam sama-sama mematok angka 25 persen. Namun, pada 2016 ini, Vietnam menurunkan tarif pajak perusahaan tersebut menjadi sebesar 20 persen.
Dengan berbagai keunggulan tersebut, tak mengherankan jika beberapa investor yang sempat melirik Indonesia, akhirnya menjatuhkan pilihan kepada Vietnam. Misalnya, saat raksasa industri Korea Samsung mengkaji pembuatan pabrik di Indonesia dan Vietnam. ''Akhirnya, Samsung pilih Vietnam,'' kata Rizal.
Keunggulan lain di Vietnam yang patut diwaspadai Indonesia adalah kemudahan investor untuk mendapatkan lahan. Dia menyebut, sistem negara Sosialis membuat pemerintah Vietnam lebih mudah membebaskan lahan, termasuk dengan menggusur pemukiman warga. Sementara di Indonesia, pembebasan lahan seringkali terkendala.
Apalagi, kata Rizal, Vietnam juga menjadi basis dari industri padat karya seperti tekstil maupun alas kaki, sama persis dengan Indonesia. Karena itu, ketika sebagian industri di Tiongkok melakukan relokasi, maka Vietnam dan Indonesia ada di daftar pertama tujuan mereka. ''Intinya, butuh banyak perbaikan untuk bisa bersaing dengan Vietnam,'' ucapnya. (owi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Begini Pemerintah Vietnam Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat Desa
Redaktur : Tim Redaksi