Virus Tenun Rangrang

Rabu, 24 September 2014 – 01:16 WIB
AWALNYA HOBI: Yuana Tanaya mengenakan pencil skirt dan cropped top dari tenun rangrang yang didesain sendiri. (Dimas Alif/Jawa Pos)

jpnn.com - SURABAYA – Pencinta kain tradisional pasti tidak akan melewatkan jenis kain tenun rangrang. Sekilas, kain itu tidak seperti kain tradisional pada umumnya karena bermotif tribal. Namun siapa kira, kain tersebut murni ciptaan perajin dari Pulau Bali dan Lombok.

’’Justru karena motifnya tidak seperti kain tradisional yang membuat kain tenun ini berbeda,’’ ucap Yuana Tanaya, desainer Sephora Batik. Perempuan yang belajar desain secara otodidak itu mulai menggemari tenun rangrang awal tahun ini.

BACA JUGA: Makan Buah Kurangi Risiko Kardiovaskular

Awalnya, dia membeli beberapa kain untuk didesain dan dikenakan sendiri. Namun, ternyata costumer butiknya tertarik dan memesan. Jadilah, alumnus Jurusan Finance and Logistics Ohio State University, Amerika Serikat, tersebut mulai membuat baju dari tenun rangrang.

Yuana mendapatkan tenun rangrang dari Bali. Dia lebih senang mengaplikasikan tenun rangrang ke dalam desain yang membuat orang terlihat lebih muda. Misalnya, pencil skirt, cropped top, dress, bolero, blazer, dan peplum blouse.

BACA JUGA: Cegah Perut Cepat Lapar

Ada dua ukuran tenun rangrang. Yakni, 60x200 sentimeter, dan 100x200 sentimeter. Ukuran yang kecil, 60x600 sentimeter, hanya cukup menjadi satu pencil skirt ukuran kecil atau sedang. Padahal, harga kainnya cukup mahal. Satu helai kain sekitar Rp 400 ribu–Rp 600 ribu. ’’Yang tidak tahu pasti menganggap mahal sekali, tapi harganya memang segini karenahandmade,’’ ucap perempuan 33 tahun tersebut.

Karena itu, Yuana sering mengombinasikan tenun rangrang dengan kain lainnya. Misalnya, kain silk, katun, taffeta, hingga duchess. ’’Untungnya, kain ini juga bagus dikombinasikan dengan kain apa saja,’’ imbuhnya.

BACA JUGA: Anak Tidak Sarapan Berisiko Diabetes

Karena itulah, permintaan busana dengan kain tersebut terus meningkat. Dalam seminggu, Yuana bisa menerima 10–15 busana dari tenun rangrang. Padahal, harga baju itu juga tidak murah. Cuttingterbanyak yang dipesan costumer-nya adalah pencil skirt yang dipadukan dengan cropped top. ’’Paling sold out ya yang itu karena modelnyangenomi,’’ terangnya.

Yuana juga menggunakan model tersebut saat berlibur ke Eropa pada Agustus. Tapi, untuk yang berbadan tambun, Yuana tentu tidak menganjurkan untuk menggunakan padu padan tersebut. Lebih baik menggunakan tenun rangrang dalam model peplum blouse atau bolero saja.

Seiring dengan meningkatnya permintaan tenun rangrang, motif yang ditawarkan perajin semakin bervariasi. Bila dahulu motifnya sebatas mirip dengan motif tribal, sekarang ada motif halilintar, kupu-kupu, bianglala, dan papan catur. Namun, Yuana tidak mengambil kain dengan motif papan catur karena tidak menyerupai motif aslinya yang bernuansa tribal. (ina/c6/mas/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ketika Lari Jadi Gaya Hidup


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler