jpnn.com, JAKARTA - VIRUS Covid-19 dengan dua variannya yang menular lebih cepat seperti Delta dan Omicron kini telah menginfeksi ratusan juta orang di dunia.
Ada beberapa orang yang lebih berisiko terinfeksi Covid-19.
BACA JUGA: Cegah Kelainan Jantung Anak
Para peneliti menemukan bahwa di antara mereka yang memiliki risiko tertinggi untuk penyakit COVID-19 yang paling parah adalah pasien yang memiliki kelainan jantung dan kondisi kesehatan lain, berusia 50 tahun ke atas, atau laki-laki.
Ada lebih dari selusin jenis kelainan jantung bawaan, yang terjadi ketika jantung, atau pembuluh darah di dekat jantung tidak berkembang secara normal sebelum lahir.
BACA JUGA: Peran Perempuan Sangat Terasa Dalam Upaya Pemulihan Covid-19
" Data yang membandingkan hasil COVID-19 di antara individu dengan dan tanpa cacat jantung bawaan masih terbatas," kata penulis utama studi Karrie Downing dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, seperti dikutip laman Hindustantimes.
Para peneliti memeriksa data pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit dari Maret 2020 hingga Januari 2021, yang dikumpulkan di Premier Healthcare Database Special COVID-19 Release, sebuah database yang mewakili sekitar 20 persen dari semua rawat inap di AS.
BACA JUGA: Ingin Jantung Kuat dan Sehat, Jangan Lupa Lakukan 7 Trik Ini
Selama periode ini, database memiliki lebih dari 235.000 pasien, berusia 1 hingga 64 tahun, yang dirawat di rumah sakit karena COVID-19.
Pasien dibagi menjadi dua kelompok, mereka yang memiliki kelainan jantung bawaan dan mereka yang tidak.
Para peneliti kemudian menentukan berapa banyak yang membutuhkan masuk ke ICU, membutuhkan ventilator untuk membantu pernapasan atau meninggal.
Peneliti juga meninjau karakteristik lain termasuk kondisi kesehatan lainnya.
Orang dengan cacat jantung bawaan secara konsisten tetap berisiko tinggi untuk penyakit COVID-19 yang parah.
Bahkan ketika dibagi ke dalam kategori berdasarkan usia atau kondisi kesehatan lain yang dicatat dalam penelitian ini, menurut para peneliti.
Temuan ini memiliki relevansi langsung dan praktis bagi para profesional perawatan kesehatan karena pandemi COVID-19 terus berkembang, kata para peneliti.
" Orang dengan kelainan jantung harus didorong untuk menerima vaksin dan booster COVID-19 dan terus mempraktikkan tindakan pencegahan tambahan untuk COVID-19, seperti pemakaian masker dan jarak fisik," kata Downing.
" Orang dengan kelainan jantung juga harus berkonsultasi dengan tim perawatan kesehatan mereka tentang langkah-langkah tambahan untuk mengelola risiko pribadi terkait COVID-19, mengingat peningkatan risiko infeksi parah dan komplikasi serius secara signifikan,” tambahnya.
Downing mencatat bahwa tidak semua pasien dengan kelainan jantung yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 memiliki hasil yang buruk.
Para penulis menunjukkan beberapa keterbatasan penelitian mereka.
Hanya orang-orang yang sudah dirawat di rumah sakit dengan COVID-19 yang disertakan, rincian klinis tentang kelainan jantung yang mendasarinya tidak tersedia, dan pengujian laboratorium untuk mengidentifikasi atau mengonfirmasi diagnosis COVID-19 dapat berbeda di setiap rumah sakit.(fny/jpnn)
Redaktur & Reporter : Fany