jpnn.com, ACEH TAMIANG - Anggota DPRK Aceh Tamiang Jayanti Sari menerima laporan yang perlu segera ditangani.
Pasalnya, laporan yang diterima terkait kondisi sekolah negeri di Aceh Tamiang yang kini mirip kandang ternak.
BACA JUGA: Lho, Jusuf Kalla Kok Malah Menganalogikan NU Seperti Waralaba?
Hal itu terjadi karena banyak sapi maupun kambing milik masyarakat masuk ke dalam kompleks sekolah.
Jayanti menyesalkan kondisi yang terjadi.
BACA JUGA: Menyedihkan, Sejumlah Remaja Terinfeksi HIV AIDS Gegara Perilaku tak Terpuji
"Kami menerima banyak laporan hewan ternak sapi dan kambing milik warga masuk ke lingkungan sekolah."
"Kami menyesalkan kondisi ini karena sekolah sudah menjadi kandang ternak," ujar Jayanti di Aceh Tamiang, Aceh, Kamis (2/12).
BACA JUGA: BIN Bergerak Cepat di 5 Kabupaten di Sumbar
Sebelumnya, Jayanti memanfaatkan waktu reses dengan mendatangi gedung SMP Negeri 3 Seruway, Aceh Tamiang.
Dalam kunjungan tersebut dia melihat kondisi sekolah sudah seperti kandang ternak.
Tidak hanya itu, pengelola sekolah juga mengeluhkan kekurangan murid kepada wakil rakyat tersebut.
Salah satu faktor pemicu maraknya binatang ternak warga berkeliaran di lingkungan sekolah.
Hal itu membuat sekolah yang berdiri 2007 itu tidak lagi diminati siswa.
Dia mengatakan hewan ternak itu masuk ke kompleks sekolah pada sore hari saat tidak ada aktivitas di sekolah.
Selain itu, masuknya hewan ternak disebabkan tidak terlalu banyak aktivitas persekolahan karena kekurangan murid.
"Pihak (pengelola) sekolah mengeluh kepada kami karena kekurangan anak didik, sehingga memicu maraknya hewan ternak masuk kompleks sekolah," kata dia.
Sedangkan masyarakat, kata dia, beralasan tidak berminat menyekolahkan anaknya di sekolah yang banyak ternaknya karena merasa tidak nyaman, terganggu kotoran sapi maupun kambing.
Oleh karena itu, dia meminta perangkat kampung setempat membuat peraturan adat kampung sebagai sanksi kepada pemilik ternak yang masuk fasilitas umum, seperti sekolah.
Kepala SMP Negeri 3 Seruway Kurnia Rahmianum mengatakan lingkungan sekolah yang dipimpinnya tidak nyaman lagi karena tercemar kotoran hewan ternak.
"Masuknya hewan ternak ke pekarangan sekolah membuat program penghijauan tidak bisa dilakukan. Sebab, semua tanaman dimakan hewan ternak," kata dia.
Menurut dia, kondisi itu terjadi karena sekolah tidak memiliki pagar yang utuh untuk mencegah hewan ternak masuk perkarangan.
Mereka mengusulkan pembangunan pagar, tetapi ditolak karena dianggap bukan skala prioritas.
"Kami berharap DPRK Aceh Tamiang memperjuangkan pembangunan pagar sekolah. Kami sudah tidak sanggup lagi menghadapi hewan ternak masuk ke perkarangan sekolah," pungkas Kurnia.(Antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Ken Girsang