Waduhhh! Trump Pancing Amarah Beijing

Selasa, 06 Desember 2016 – 23:47 WIB
Donald Trump. Foto: AFP

jpnn.com - WASHINGTON - Presiden baru Amerika Donald Trump kembali membuat sensasi.

Di tengah kesibukan menyusun kabinetnya, Trump kembali memancing emosi Beijing.

BACA JUGA: Nenek 96 Tahun Berhasil Melihat Enam Generasinya

Minggu waktu setempat (4/12) presiden terpilih Amerika Serikat (AS) itu mengkritik kebijakan finansial dan luar negeri Negeri Panda tersebut.

Seperti yang sudah-sudah, taipan 70 tahun itu mengkritik lewat Twitter.

BACA JUGA: Hampir Seluruh Dunia Mencari Bana, Gadis Kecil dari Syria

Trump menuduh Tiongkok sengaja mengoyak stabilitas perekonomian lewat devaluasi yuan beberapa waktu lalu.

Kebijakan itu jelas menguntungkan para eksporter Tiongkok dan membuat eksporter dari negara lain menjerit.

BACA JUGA: Perdana Menteri Selandia Baru Mundur, PM Italia Juga!

Meski kebijakan tersebut sempat memantik protes dari banyak pihak, Beijing tidak peduli.

Menurut Trump, itu disebabkan Tiongkok haus ekspansi. Baik di bidang ekonomi maupun geografi.

''Apakah Tiongkok bertanya kepada kita saat hendak mendevaluasi nilai mata uang mereka, menetapkan pajak yang mahal untuk produk kita yang masuk ke wilayahnya, atau membangun kompleks militer di Laut China Selatan? Saya rasa tidak,'' protes pemilik Trump Tower tersebut.

Terkait dengan konflik Laut China Selatan yang melibatkan sekutu AS di Asia, Washington menyiagakan beberapa kapal milik Angkatan Laut (AL) di sana.

Sejak menjadi presiden terpilih, Trump dua kali ini menyinggung Beijing.

Sebelum kritik via Twitter Minggu, dia nekat melakukan perbincangan telepon dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pekan lalu.

Padahal, sejak era Presiden Jimmy Carter pada 1979, AS tak lagi punya hubungan diplomatik dengan Taiwan.

Segala hal yang berkaitan dengan urusan diplomatik selalu dibicarakan dengan Tiongkok.

Kesepakatan diplomatik yang sudah berlaku selama empat dekade terakhir itu gugur oleh Trump.

Maka, tidak heran Beijing protes begitu mendengar percakapan jarak jauh antara Trump dan Tsai.

Selain Beijing, percakapan itu membuat Gedung Putih geram.

''Meskipun Trump mengaku hanya menerima telepon Tsai, pasti ada kesepakatan dua pihak sebelum perbincangan telepon itu terjadi,'' kata seorang pejabat Gedung Putih.

Untung, protes Tiongkok itu tidak diikuti dengan pemutusan hubungan diplomatik.

Hingga kemarin, hubungan diplomatik dua negara tetap baik. Gedung Putih menegaskan bahwa pemerintahan Presiden Barack Obama tetap menganut prinsip Satu Tiongkok.

Lewat prinsip itu, Washington menganggap Taiwan sebagai satu bagian utuh dari Tiongkok.

Trump, tampaknya, sudah semakin siap menjadi presiden. Januari nanti dia resmi menggantikan Obama sebagai commander in chief.

Namun, setelah pelantikan pada 20 Januari nanti, sudah ada sejumlah besar perempuan yang menantikannya.

Mereka adalah kelompok antiTrump yang menolak kepresidenan sekaligus pemerintahan mantan host The Apprentice tersebut.

Yang menggagas unjuk rasa tersebut adalah Teresa Shook, perempuan asal Hawaii.

''Saya tinggal di pulau yang terpencil. Maka, saat Trump menang dan dunia bereaksi, saya hanya bisa menuangkan protes saya lewat Facebook. Dan, yang terlintas di kepala saya hanyalah bahwa kita harus turun ke jalan untuk menentang pria sentimen seperti dia,'' ujar nenek yang masih terlihat menarik di usia tuanya tersebut.

Empat pekan setelah ajakan Shook turun ke jalan, lebih dari 125.000 orang dari seluruh penjuru AS menyatakan kesanggupan untuk berunjuk rasa.

''Saya tidak punya rencana apa-apa saat itu. Yang saya tahu, kita harus turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi bersama,'' paparnya. (AFP/Reuters/BBC/hep/c19/any/flo/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Unggah Berita di Facebook, Aktivis Disikat Polisi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler