Waduk Jatigede Beroperasi, Kesulitan Air bagi Petani Teratasi

Senin, 12 Januari 2015 – 09:32 WIB
Waduk Jatigede solusi mengatasi kesulitan air bagi petani di wilayah pantura Kabupaten Indramayu bagian barat. Foto: Istimewa

jpnn.com - LOSARANG – Rencana operasional Waduk Jatigede di tahun 2015 ini, disambut gembira petani di wilayah Pantai Utara (Pantura) Kabupaten Indramayu bagian barat (Inbar).

Dengan beroperasinya waduk terbesar kedua di Indonesia yang terletak di Kabupaten Sumedang, diharapkan dapat mengatasi persoalan ketersediaan air khususnya di areal sawah tadah hujan seperti di Kecamatan Losarang.

BACA JUGA: Pembunuh Santri Ditembak Polisi

“Harapannya kesulitan air untuk areal persawahan bisa teratasi. Tidak hanya saat musim kemarau, tapi seperti dimusim penghujan sekarang ini,” kata Maka, petani Kecamatan Losarang dilansir Radar Cirebon (Grup JPNN.com), Senin (12/1).

Dia mengungkapkan, intensitas hujan rendah dan tidak merata membuat mayoritas petani sawah tadah hujan kesulitan air. Mereka terpaksa menggunakan pompanisasi untuk menyedot air dari sungai maupun sumber-sumber air yang tersedia.

BACA JUGA: Soal Tunjangan Polhut, Bupati: Masih Menuntut, Tempeleng Saja!

Sebelum Waduk Jatigede beroperasi, pihaknya juga berharap pemerintah dapat membangun atau memperbaiki saluran irigasi teknis bagi lahan pertanian sawah tadah hujan.

Harapan senada juga disampaikan Ketua KTNA Kecamatan Kandanghaur, Waryono. Menurut dia, satu-satunya solusi terbaik adalah dengan melakukan perbaikan infratruktur pertanian, sehingga pertanian yang tadinya hanya mengandalkan air hujan menjadi irigasi teknis.

BACA JUGA: Setahun 500 Ton Kodok Hijau Diekspor, Rp 72 Ribu per Kilo

“Butuh keseriusan pemerintah supaya kendala petani yang terus terjadi ini dapat diatasi. Solusinya bangun irigasi teknis,” tegasnya.

Dengan kondisi saat ini, petani di wilayah Kecamatan Kandanghaur kerap mengalami kerugian besar. Selain musim kemarau yang menyebabkan kekeringan, di musim hujan pula petani kerap mengalami gagal tanam.

Ini menyusul semai kering yang ditebar untuk mempercepat musim tanam, justru mati kekeringan akibat kekurangan air. Upaya untuk melakukan semai ulang dirasa percuma. Petani khawatir gagal untuk kedua kalinya lantaran dibayang-bayangi ancaman banjir.

Diperkirakan, para petani sawah tadah hujan akan melakukan semai ulang sekitar bulan depan atau usai banjir melanda. Mundurnya musim tanam berpotensi mempengaruhi turunnya produksi padi khususnya di Kecamatan Kandanghaur. Imbasnya, harga beras naik dan memberatkan masyarakat terutama para petani sendiri lantaran sudah tidak memiliki persediaan gabah.(kho/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Heboh, Jenglot Ditemukan di Kuburan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler