jpnn.com - JAKARTA - Kritik Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengenai petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) ditanggapi oleh Direktur LIMA Ray Rangkuti. Menurutnya, pernyataan Djarot bahwa keberadaan petugas PPSU menghilangkan budaya gotong royong terlalu berlebihan dan tidak berdasar sama sekali.
"Budaya gotong royong bisa di mana-mana. Budaya gotong royong bisa pengajian, gak tepat juga dihilangkan. Itu terlalu didramatisasi bahwa tidak ada budaya gotong royong," kata Ray di Jakarta, Minggu (17/4).
BACA JUGA: Ahok Masih Berprasangka Baik ke Djarot
Dia bahkan menuding Djarot memanfaatkan budaya gotong royong sebagai pembenaran bagi pemerintah untuk tidak terlibat dalam perawatan dan pelestarian lingkungan. Ray mengingatkan bahwa manipulasi semacam ini pernah juga digunakan oleh rezim Orde Baru.
"Ini seperti mengingatkan kita jargon orde baru agar masyarakat gotong royong padahal itu cara mereka lepas tanggung jawab. Padahal perangkat sudah ada dan dana sudah ada," ujarnya.
BACA JUGA: Ahok Ikuti Saran Yusril Soal Sumber Waras
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, keberadaan petugas PPSU yang beken dengan sebutan pasukan oranye ini cenderung menyebabkan warga menjadi manja. Dia menilai warga Jakarta cenderung malas melakukan kerja bakti, lantaran semua sudah dibersihkan PPSU.
"Budaya gotong royong jangan sampai hilang. PPSU itu bisa mematikan gotong royong loh. Warga jadi tergantung pada PPSU. Warga jadi manja. Terus ketika menemukan ketidakberasa, apa-apa langsung lapor. Kemudian lurahnya yang kena dan gaji dipotong. Kan kasiha kalau begitu," jelasnya di Jakarta, Sabtu (16/4).
BACA JUGA: JK Minta Hentikan Proses Reklamasi, Ahok Ngomong Begini
Seharusnya, Djarot menilai, keberadaan PPSU hanya membantu warga dalam merawat prasarana dan saran umum. Bukan sebaliknya, di mana PPSU memegang peranan utama dalam menjaga itu semua. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ahok Tak Percaya Ada Nelayan di Teluk Jakarta
Redaktur : Tim Redaksi