Wahai Negara-Negara Arab, Kalian kok Diam Saja!

Rabu, 09 September 2015 – 08:43 WIB
Imigran Syria yang mencari suaka ke negara di Eropa. FOTO: AFP

jpnn.com - DI saat negara-negara Eropa kewalahan mengatasi derasnya arus pengungsi dan pencari suaka dari kawasan Timur Tengah, khususnya Syria, negara-negara di kawasan Teluk Persia malah adem ayem. 

Padahal, dari segi ekonomi, negara-negara Teluk justru lebih kaya dan sejahtera. Dari segi jarak pun, negara-negara Teluk jauh lebih mudah diakses. 

BACA JUGA: Pindah Agama Menjadi Kristen demi Suaka

Tetapi, para imigran memilih Eropa sebagai negara tujuan dan berani mengambil risiko kehilangan nyawa. 

Akhir pekan lalu, USA Today melaporkan bahwa negara-negara Teluk tidak mau menampung para pengungsi dan pencari suaka dari Syria. Alasannya sederhana, mereka tidak mau repot. 

BACA JUGA: Menolak Sajikan Minuman Alkohol, Pramugari Dipecat Expressjet

Menurut mereka, para pengungsi dan pencari suaka itu biasanya bermasalah dengan dokumen. Selanjutnya, mereka juga akan melahirkan berbagai masalah sosial dan ekonomi yang berdampak luas bagi masyarakat negara inang (penampung).

Sebagai ganti penolakan mereka terhadap para pengungsi dan pencari suaka, negara-negara Teluk menjanjikan bantuan dana yang tidak sedikit. 

BACA JUGA: Turki Lancarkan Serangan Hebat ke Sarang Milisi Kurdi

Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Qatar, dan Kuwait mengaku siap kucurkan dana USD ratusan juta untuk mengatasi krisis pengungsi dan pencari suaka asal Syria tersebut. Tetapi, mereka tidak akan memberikan sedikit pun bagian dari wilayahnya sebagai penampungan.

(Baca: Pindah Agama Menjadi Kristen demi Suaka)

''Saat ini sudah hampir separo penduduk Syria yang telantar akibat kekerasan. Tidak hanya telantar di luar negeri, mereka juga tersia-siakan di dalam negeri,'' terang PBB dalam laporan terbarunya tentang pengungsi. 

Jumlah penduduk Syria yang telantar itu mencapai lebih dari 20 juta jiwa. Angka tersebut sebanding dengan jumlah separo populasi Syria sebelum terjerumus dalam perang sipil empat tahun lalu.

Mereka rata-rata mengungsi ke Turki, Lebanon, Jordania, Mesir, dan Iraq. Saat ini jumlah yang ditampung di lima negara itu sudah lebih dari 3,5 juta orang. Kendati bisa diterobos lewat jalur darat, para pengungsi dan pencari suaka asal Syria tersebut tidak bisa melanjutkan pelariannya ke Saudi yang berbatasan langsung dengan Iraq dan Jordania.  

''Masalah utamanya ada pada penampungan. Negara-negara Teluk benar-benar tidak mau membuka diri mereka kepada para pengungsi dan pencari suaka,'' kata Geoffrey Mock, pakar tentang Syria pada Amnesti Internasional (AI) Amerika Serikat (AS). Sikap tersebut, menurut dia, sangat memalukan. Sebagai tetangga, negara-negara Teluk seharusnya justru menjadi yang pertama mengulurkan tangan.

Dalam laporan tahunannya, AI mengkritik Qatar, UEA, Saudi, Kuwait, Oman, dan Bahrain yang diam saja melihat krisis kemanusiaan di Syria. 

Apalagi, selama ini negara-negara itu selalu menerima kedatangan kaum pekerja dari negara-negara Arab lainnya. Termasuk Syria. Saat ini ada sekitar 500.000 warga Syria yang bekerja di Saudi. Sementara itu, Kuwait mempekerjakan sekitar 12.000 warga Syria.

''Mereka khawatir jika kehadiran pengungsi atau pencari suaka akan mengguncang stabilitas sosial-ekonomi penduduknya,'' ungkap Luay Al Khatteeb dari Brookings Institution. Selain itu, sistem politik yang berlaku di negara-negara Teluk memang tidak memberi celah bagi mereka untuk menampung pengungsi dan pencari suaka. 

Michael Stephens, pengamat politik internasional, menyatakan bahwa negara-negara Teluk sengaja menutup pintu mereka rapat-rapat karena waswas dengan ancaman massa Presiden Bashar al-Assad. 

''Negara-negara Teluk khawatir ada pendukung Assad yang masuk wilayahnya dan melakukan balas dendam atas serangan koalisi terhadap Syria,'' ujarnya. (BBC/usatoday/hep/c20/ami)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gara-Gara Selfie di Lokasi Kecelakaan Pesawat, Dua Polisi Ini Terancam Dipecat


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler