Wakil Rakyat Ingatkan Pak Jokowi, Hati-hati Merumuskan Kebijakan Luar Negeri

Kamis, 12 November 2015 – 18:02 WIB
Mahfudz Siddiq. FOTO: DOK.JPNN.com

jpnn.com - JAKARTA – Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq mengingatkan pemerintahan Presiden Joko Widodo harus lebih berhati-hati dalam merumuskan kebijakan luar negeri. Kalau tidak hati-hati, Indonesia bisa terjebak dalam posisi sebagai pelaksana agenda politik negara asing.

“Karena tingginya konstelasi peta politik dan konflik di sejumlah kawasan regional seperti di Timur Tengah, menuntut Indonesia harus lebih hati-hati dalam merumuskan kebijakan luar. Sikap kehati-hatian itu untuk mengantisipasi agar Indonesia tidak terjebak dalam posisi sebagai pelaksana agenda politik atau konflik negara asing,” kata Mahfudz Siddiq, di Jakarta, Kamis (12/11).

BACA JUGA: Prasetyo Tantang Evy Buktikan Tudingan

Melihat realita posisi politik Indonesia saat ini lanjut politikus PKS ini, ini ibarat botol kosong di tengah lautan luas.

“Terombang-ambing, bergerak hanya mengikuti arus. Mestinya, sebagai negara terbesar di Asean, Indonesia mampu mengapitalisasi kekuatan politik regional ASEAN," sarannya.

BACA JUGA: Jokowi-Turnbull Mesra, Australia Mau Buka Konsulat di Makassar

Kegagalan Indonesia mengapitalisasi kekuatan politik Asean untuk memperbaiki posisi tawar Indonesia di percaturan politik internasional menurut Mahfuz, karena faktor ekonomi yang tidak kunjung membaik.

“Indonesia tidak leading di ASEAN karena sebentar lagi kita juga akan kalah dari pertumbuhan ekonomi Vietnam. Artinya ASEAN semakin sulit dijadikan kekuatan regional oleh Indonesia,” ujarnya.

BACA JUGA: Audit Petral-PES Dinilai Buat Menutupi Lemahnya Kinerja Sudirman Said

Kalau sendiri, kata dia, Indonesia tidak kuat sebab nilai tukar rupiah tergantung mata uang Yuan dan dolar.

“Yang sangat mungkin dilakukan adalah membuat kebijakan politik luar negeri yang baru. Ini yang belum tampak sampai sekarang. Kalau kebijakan luar negeri Indonesia tidak clear, Indonesia hanya akan jadi bancakan. Ibaratnya rumah tangga, kalau sama anak, istri dan tetangga ribut, bagaimana kepala keluarga bisa jadi Ketua RT atau RW apalagi Lurah,” ungkapnya.

Mahfudz menegaskan kemampuan konsolidasi politik itu prasyarat utama yang harus dipenuhi agar Bangsa Indonesia jadi terpandang. Indonesia ujarnya, harus membangun kemitraan strategis dengan kekuatan dunia yang secara ril.

“Jangan tiru Susilo Bambang Yudhoyono yang selalu mencari posisi aman, ke sini tidak ke sana tidak. Betul lepas dari konflik, tapi tidak dapat apa-apa? Kebimbangan Indonesia di tengah percaturan politik internasional karena memang Indonesia tidak pernah merumuskan kebijakan politik luar negerinya secara kontekstual,” katanya.(fas/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Wabup Cirebon Divonis Bebas, Prasetyo: Tanya Hakimnya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler