Waktu Kecil, Si Ngeri-Ngeri Sedap Jarang Bergaul tapi Pintar Melukis

Rabu, 04 Februari 2015 – 05:12 WIB
Sutan Bathoegana. Foto: dok/JPNN.com

jpnn.com - SIANTAR - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) resmi menahan sosok fenomenal ini, Senin (2/2). Sutan Bathoegana, Si Ngeri-Ngeri Sedap itu terjerat kasus suap penetapan APBNP 2013 di Kementerian ESDM oleh Komisi VII DPR. Seperti apa rasa yang kini menjalar di keluarga SBG, inisial yang disematkan KPK kepada anak buah SBY ini?

Keluarga Sutan mengaku sangat kecewa atas penahanan oleh KPK. Baginda Siregar, salah seorang saudara sepupu Sutan yang masih tinggal di Siantar mengaku sudah bicara hati ke hati dengan Sutan terkait kasus itu, dan saat itu Sutan mengaku semua yang dituduhkan itu tidak benar.

BACA JUGA: BW Tegaskan Kasus Budi Gunawan Bukan Masalah Institusi

Baginda Siregar yang ditemui Metro Siantar (Grup JPNN) di rumahnya di Gang Gajah Mada, Jalan Ade Irma Suryani, Kelurahan Martoba, Siantar Utara, Pematangsiantar mengatakan, bahwa Sutan Bathoegana adalah orang yang taat beragama sejak masih kecil. "Tak percaya kami dia melakukan itu. Dia itu orang yang taat beragama," kata Baginda, Selasa (3/2).
 
Baginda kemudian mengisahkan masa kecil Sutan Bathoegana. Sutan merupakan orang yang pintar melukis dan suka membaca buku (kutu buku) sejak kecil. 

"Mulai SD, Sutan itu jarang bergaul di sini, karena terus belajar di rumah. Kalau keluar dia selalu membawa buku untuk dibaca," kata Baginda Siregar.

BACA JUGA: KAI Tunggu Kerja Kemenhub Tuntaskan Sengketa Jalur Tanjung Priok

Baginda yang mengaku kerap bermain di rumah Sutan saat tinggal bersama pamannya di Jalan Ade Irma Suryani mengatakan, selain suka membaca buku, Sutan juga suka melukis dan hasil lukisan Sutan dianggapnya cukup baik.

"Itulah kegiatannya di rumah. Kalau tidak belajar, dia melukis. Makanya jarang bergaul, terkecuali samaku teman dekatnya," katanya.

BACA JUGA: BW Yakin Ada Rekayasa Dalam Kasusnya

Dia menceritakan, Sutan berada di Kota Siantar hingga SMP, yaitu SMP khusus bidang teknik yang sekarang menjadi SMP 12 di Jalan Pane. "Begitu tamat dari SMP, Sutan pindah ke Kota Medan, dan rumahnya di Jalan Ade Irma dijual pada tahun 70-an," kisahnya. Selanjutnya, Sutan pindah ke Yogyakarta bersama orangtuanya.

Sejak Sutan besar, meski tidak tinggal di Siantar lagi, karena keluarga masih cukup banyak di Siantar, sesekali saat ada acara keluarga, baik pesta maupun arisan, Sutan kerap datang mengikuti acara itu.

"Setiap ke Siantar, dia selalu datang ke warung kopiku ini," ujar pemilik Warung Kopi Panjang di Gang Gaja Mada itu. 
Lebih jauh dikatakan, meski telah menjadi orang yang terkenal, Sutan tetap menjadi orang yang keras, tidak mau memanjakan keluarga, seperti mencarikan pekerjaan untuk keluarga, melainkan meminta keluarga itu berjuang sendiri mencari pekerjaannya.

"Mungkin karena dia menjadi orang hebat dengan kerja kerasnya mulai tamat SMA itu," katanya sembari mengatakan bahwa Sutan hanya akan membantu ketika keluarga kesulitan ekonomi. (mag-01/bsl/ara/adk/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kasus Lahan KAI, Kejagung Kembali Periksa Bos PT ACK


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler