jpnn.com, MENGGALA - Hadi Sukma Adsani, 73, dilaporkan hilang sejak 1 September lalu. Sampai kemarin, keberadaan jamaah haji yang tergabung dalam kloter 37 JKG masih misteri.
Pihak keluarganya di Kampung Kahuripanjaya, Banjarbaru, Tuba, masih optimistis Hadi dapat ditemukan. Keluarga terus menunggu kabar baik dari pemerintah tentang nasib Hadi.
BACA JUGA: Duh, Satu Jamaah Kloter 37 Tulang Bawang Belum Pulang
Dari informasi yang diperoleh Radar Lampung, Hadi berangkat haji seorang diri. Namun selama di tanah suci, dia diawasi pasangan suami-istri (pasutri) Carsan (61) dan Rumnah (54). Pasutri ini juga tergabung dalam kloter 37 JKG. Carsan bertetangga dekat dengan Hadi. Rumah keduanya di Kahuripanjaya berdampingan.
Menurut Carsan, sejak tiba di tanah suci, dia bersama Rumnah tak pernah jauh dari Hadi. Hal ini diungkapkannya kepada Radar Lampung di rumahnya kemarin.
BACA JUGA: Oalah, Oknum Sipir Mau Aja Disuruh Antar Sabu
Namun baru tiba di tanah suci, Hadi sudah mengungkapkan keinginannya untuk pulang ke Indonesia. Keinginan itu kerap diutarakannya selama berhaji. ’’Pak Hadi bilang dia pengin pulang terus,” katanya.
Tak hanya itu, Hadi juga sempat melepas gelang pengenal yang dipakainya. Perbuatan tersebut diketahui Carsan. Dia kemudian memasangkan kembali gelang pengenal ke tangan Hadi. ’’Sempat dilepas, tetapi saya pasangkan lagi,” ujarnya.
BACA JUGA: PDIP Resmi Pecat Dua Kadernya
Lantas, bagaimana Hadi bisa lepas dari pengawasan Carsan? Dia bertutur, setelah melempar jamrah, dirinya bertahalul dan salat berjamaah di tenda bersama Hadi. ’’Sesudah itu, ada kawan tanya ke saya di mana Pak Hadi. Saya lihat di belakang saya Pak Hadi sudah tidak ada. Dia salat tepat di saf belakang saya,” ungkapnya. Seketika seluruh jamaah dan petugas mencari Hadi. Tetapi hasilnya nihil.
Aliyudin (42), putra ketiga Hadi, menuturkan, keluarga sebenarnya sudah mengikhlaskan Hadi sejak meninggalkan tanah air menuju tanah suci. Namun, yang diinginkan keluarga adalah kepastian kondisinya.
’’Kami dari keluarga pada dasarnya ikhlas. Tetapi hingga kini kan masih belum jelas statusnya,” kata Aliyudin di rumah Hadi kemarin.
Keinginan ayahnya untuk naik haji, lanjut Aliyudin, memang sudah bulat. Uang berhaji dikumpulkan Hadi dari hasil bertani, menanam sayuran, dan berdagang. Dia menjajakan dagangannya dengan cara berkeliling menggunakan sepeda.
Selama 10 tahun Hadi menyisihkan uang untuk berhaji. ’’Ya tani mas, menanam sayuran, dan dagang keliling pakai sepeda. Daftar hajinya dari tahun 2011,” sebutnya.
Titin Khotimah (31) adalah cucu Hadi yang sempat berkomunikasi dengan kakeknya. Kali terakhir dia berkomunikasi seminggu setelah Hadi berada di Jeddah. ’’Beliau kan nggak bawa handphone. Saya telepon ke tetangga yang bawa handphone," ungkapnya.
Menurut Titin, Hadi selama ini dikenal pendiam. Hadi juga sedikit pelupa lantaran faktor usia. Tetapi secara fisik, kondisinya dinilai sehat. Titin jugalah orang pertama yang dikabari kalau Hadi hilang. Setelah mendapatkan kabar tersebut, Titin memberitahukan kepada Sani (70), istri Hadi. ’’Nenek (Sani, Red) langsung pingsan,” katanya.
Sani sendiri masih shock dengan hilangnya Hadi. Dia kerap menangis menceritakan suaminya.
Ketua regu Kloter 37 JKG Tuba Sumar menjelaskan, Hadi tidak terpisah. Tetapi meninggalkan rombongan saat salat Isya di Mina. Dia memastikan terakhir bertemu Hadi masih pakai tanda pengenal lengkap.
’’Jadi bukan terpisah, tetapi dia memang meninggalkan kita. Namun mungkin karena dia bingung dan tak bisa kembali," tuturnya.
Kasi Haji dan Umrah Kementerian Agama Tuba ini mengaku langsung berkoordinasi dengan pihak terkait. Di antaranya ke Maktab 68 yang bertanggung jawab atas penempatan jamaah di tenda.
’’Kemudian sektor 7 Makkah yang bertanggung jawab memonitor jamaah kloter 37 juga sudah kami laporkan. Kami dengan Seksi Perlindungan Jamah juga sudah melakukan pencarian,” jelasnya.
Area Mina juga disisir ulang. Setiap lereng bukit disusuri. Pencarian dengan menggunakan drone pun dilakukan. Jalur Arafah dan Musdalifah juga diteliti ulang. ’’Tetapi nggak ada,” katanya.
Pencarian Hadi juga dilakukan dengan menyisir rumah sakit. Di antaranya Rumah Sakit Mina Emergency dan RS Mina Al Wadhi. Pihaknya juga mengecek jenazah WNI yang ada di RS. Rumah sakit di luar Mina tak luput dicermati.
’’Di rumah sakit jiwa juga kami cek. Jamaah asal Indonesia yang sempat masuk di situ kami lihat. Ternyata juga tidak ada," terangnya.
Untuk selanjutnya, proses pencarian dilakukan panitia di Arab Saudi. Tetapi, pihak Kemenag Tuba terus berkomunikasi dengan kedutaan di Arab Saudi dan Kantor Urusan Haji Indonesia. Menurut Sumar, proses pencarian terus dilakukan sampai penyelenggaraan ibadah haji dinyatakan selesai.
’’Kami tetap melakukan pencarian bekerja sama dengan pihak Kepolisian Arab Saudi. Mereka akan melakukan pencarian selama tiga bulan. Dihitung sejak selesainya proses ibadah haji,” jelasnya.
Kemungkinan terburuk apabila Hadi tak juga ditemukan, barulah pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keterangan hilang. ’’Surat ini diteruskan ke Kemenag dan keluarga jamaah haji,” katanya.
Diberitakan sebelumnya, selain Hadi, ada satu jamaah haji Indonesia lain yang masih hilang di Arab Saudi. Yakni Atim Arta Ota (62) asal Bogor, Jawa Barat. Atim tergabung dalam Kloter 56 Jakarta-Bekasi. Dia diperkirakan menghilang pada 15 Agustus 2017 saat di Masjidilharam. (nal/p2/c1/wdi)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tim Gegana Geledah Rumah Mustafa di Pesawahan
Redaktur & Reporter : Budi