Wali Kota tak Hadiri Pembukaan Pekan Gawai Dayak, Ini Alasannya

Minggu, 21 Mei 2017 – 07:28 WIB
Salah satu turis asing menyalami gadis ayu finalis Dara Gawai di lokasi Pekan Gawai Dayak (PGD) ke-32 di Rumah Radakng, Jalan Sultan Syahrir Pontianak, Sabtu (20/5). Foto: RIZKA NANDA/Rakyat Kalbar/JPNN.com

jpnn.com, PONTIANAK - Pekan Gawai Dayak ke-32 resmi dibuka Gubernur Kalimantan Barat Cornelis, di Rumah Radangk, Pontianak, Sabtu (20/5).

Hanya saja, pelaksanaan event tahunan tersebut sedikit berbeda tahun ini. Yakni, ditandai kehadiran ratusan aparat kepolisian dan TNI di sejumlah ruas jalan.

BACA JUGA: Gawai Dayak Tahun ini Sangat Spektakuler, Tamunya...Wouw!

Aparat keamanan tampak berjaga-jaga dengan senjata lengkap di dalam dan luar pagar bangunan yang terletak di Jalan Sutan Syahrir Pontianak itu.

Sebab, pembukaan Pekan Gawai Dayak bertepatan dengan Aksi Bela Ulama yang dipusatkan di kawasan jalan protokol, A. Yani.

BACA JUGA: Foto Bentrok Melayu vs Dayak, Mabes Polri: Itu Hoaks

Ratusan masyarakat yang tumpah ruah dalam euforia PGD sepertinya tak begitu terpengaruh dengan isu-isu miring di media sosial. Walaupun, sedikit banyak kekhawatiran mereka tetap ada.

Seperti disebut Fransiska. Dia bersama keluarganya datang ke Pontianak, Jumat (19/5). Fransiska menginap di rumah salah seorang kerabatnya.

BACA JUGA: Sempat Mencekam, Mayjen Andika Perkasa Turun dari Kendaraan

"Was-was juga karena banyak informasi di media sosial, tetapi sepupu saya kemarin bilang situasi aman-aman jak. Makanya kami datang," ucap warga asal Kapuas Hulu ini kepada Rakyat Kalbar (Jawa Pos Group).

Wanita berusia 33 tahun itu mengungkapkan, kedatangannya ke Pontianak ini untuk berbelanja kebutuhan tokonya. Berhubung sedang ada gawai, ia meluangkan waktu untuk sekedar melihat-lihat.

Dia berharap acara tersebut berjalan lancar hingga resmi ditutup 27 Mei mendatang. Walaupun bukan warga Pontianak, dia ingin daerah yang merupakan barometer Provinsi Kalbar ini selalu dalam keadaan aman dan tenteram. Lagipula, menurutnya, selama ini masyarakat Pontianak selalu hidup rukun berdampingan.

"Kalau bisa jangan rusuh lah, dalam setahun paling tidak ada lima kali ke sini. Orang sini baik-baik bah," imbuh Fransiska.

Dari pantauan, pengunjung pembukaan PGD tak hanya dari etnis Dayak. Suku Melayu, Jawa, turis dari provinsi lain, hingga bule pun terlihat di sana. Bersama masyarakat lainnya, mereka berbaur dan mengabadikan momen dengan kamera maupun ponsel genggamnya.

Seperti yang dilakukan Purwanto yang datang bersama istrinya ke rumah Radangk. Ia terlihat terkagum-kagum dengan keramaian pembukaan PGD. Tangannya yang memegang telepon pintar bergerak ke sana ke mari mengabadikan sejumlah momen. Pria ini mengaku merasa nyaman karena aparat keamanan ada di setiap sudut jalan Pontianak.

"Tadi mau ke sini ada banyak Polisi dan tentara, saya harap bisa mengamankan situasi," tuturnya.

Dia dan istrinya diantar keponakan mereka ke Rumah Radangk. Meski sedikit khawatir, ia meyakini warga Pontianak cinta akan kedamaian.

"Sebenarnya ngeri juga tapi katanya acaranya hanya beberapa hari. Mumpung ada kesempatan, ya saya hendak melihat gawai. Saya yakin warga sini mencintai tanah kelahirannya ini. Tidak akan ribut," papar pria berusia 55 tahun itu.

Pria asal Semarang, Jawa Tengah, ini menyebut Pontianak merupakan kota kedua yang dia kunjungi di Kalbar. Dua tahun lalu ia ke Ketapang.

"Waktu itu anak saya kerja di sana," ungkap Purwanto.

Dia berharap agar anak-anak negeri ini tak mudah terprovokasi. Terpancing emosi akan mudah memicu konflik sehingga masyrakat sendiri yang rugi. Oleh karena itu, Purwanto juga berharap semua pihak lebih menahan diri. Semua masalah bisa diselesaikan secara baik-baik.

"Saya bukan warga sini, tapi Kalbar juga bagian dari Indonesia. Kita jangan mau dihasut, kalau dihasut pasti cepat marah kan, akhirnya rusuh. Siapa yang rugi? Kita juga kan," pungkasnya.

Gawai Dayak sendiri merupakan tradisi turun temurun. Diselenggarakan setiap tahun sebagai ucap syukur terhadap hasil panen. Kemarin, Gubernur Cornelis meresmikannya dengan memukul alat musik tradisional Kangkuang.

“Kita tidak melarang orang datang untuk melihat Pekan Gawai Dayak. Orang datang ramai silakan, namanya juga Gawai, pesta bergembira ria meramaikan kota ini sekali setahun,” ujar Cornelis saat mengisi sambutan pembukaan Pekan Gawai Dayak.

Cornelis mengulangi apa yang telah disampaikannya sebelum ini. Ia menegaskan agar masyarakat tak perlu cemas.

“Jangan kuatir, negara hadir. Jangan cemas, pemerintah lengkap, gubernur ada, walikota ada, TNI dan Polri ada, masyarakat ada,” tuturnya

Ia menyatakan suku Dayak merupakan suatu contoh keberagaman yang menyatu dan melekat erat dengan NKRI.

“Etnik asli terdiri dari lebih 405 sub suku, dan tersebar di seluruh pulau Kalimantan. Suku Dayak telah lama hidup secara harmonis berdampingan dengan suku-suku lainnya di daerah ini,” papar Cornelis.

Imbuh dia, “Masyarakat Dayak memiliki keragaman dan keunikan budaya yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui budaya dan menjaga keharmonisan antara manusia, alam dan lingkungan, serta dengan Tuhan sebagai pemelihara alam semesta".

Presiden Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) ini juga menjelaskan bahwa dalam kehidupannya, masyarakat Dayak selalu bersikap dan berperilaku dilandasi nilai-nilai spiritual-religius.

Berpegang teguh pada adat tradisional, jujur, dan selalu memelihara lingkungan, serta memiliki kearifan dan kebijaksanaan.

"Nilai-nilai luhur yang ada di dalam kehidupan masyarakat Dayak secara universal menjadi tuntutan masyarakat untuk mengantisipasi pengaruh globalisasi dunia, yang terus berkembang dengan cepatnya. Jika kita tidak waspada, maka kita secara lambat atau cepat menjadi kehilangan identitas sebagai suatu etnik ataupun sebagai suatu bangsa," ungkap Cornelis.

Lanjut dia, Dayak merupakan miniatur kebhinnekaan yang tetap utuh dan merekat bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan keberagaman bahasa, tradisi, dan adat istiadat setiap sub suku yang ada, tetap mampu hidup berdampingan secara rukun dan damai.

"Mampu menjaga yang namanya persatuan dan kesatuan," tegasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur dua periode ini mengajak seluruh masyarakat yang hadir menjaga ketertiban dan keamanan di wilayahnya masing-masing.

Tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang tidak benar dan tidak jelas sumbernya. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada tamu asing yang bersedia hadir, diantaranya Duta Besar Polandia, Duta Perwakilan Negara Malaysia, New Zealand, dan USA.

Terkait aksi damai yang dilaksanakan oleh Ormas dan umat Islam Kalbar pada hari yang sama dengan pembukaan PGD, menurutnya, itu merupakan hal yang wajar. Ia mempersilakan warga yang akan melakukan aksi itu dengan catatan tidak anarkis.

Pekan Gawai Dayak, kata Cornelis, akan tetap berjalan karena merupakan agenda nasional. Polri dan TNI sudah menyiapkan pasukan pengamanan karena acara budaya ini juga dihadiri tamu mancanegara.

Polda Kalbar memang mendatangkan 400 personel anggota Brimob dari Mabes Kelapa Dua untuk membantu Kamtibmas di Kalbar.

Kapolda Brigjen Erwin Triwanto menjelaskan, bantuan dari Brimob Kelapa Dua ini hanya langkah antisipasi.

Sementara itu, Walikota Pontianak, Sutarmidji, tak terlihat hadir dalam pembukaan Pekan Gawai Dayak tersebut. Ia memilih berada di rumah dinasnya untuk membuka dialog publik tentang pendidikan.

Kepada wartawan, pemilik akun Twitter @BangMidji itu menyampaikan bahwa dia terus memantau perkembangan terkini terkait isu-isu dua agenda kegiatan yang secara bebarengan dilakukan di kota Pontianak, yakni Pekan Gawai Dayak dan Aksi Bela Ulama.

"Kami sudah sepakat standby semua, di Rumah Radakng ada Pak Wakil (Edi Rusdi Kamtono,red). Saya yakin aman, koordinasi kami tidak harus terbuka, tidak harus semua orang tahu. Untuk pengamanan kami tetap koordinasi," tuturnya.

Terkait hal inipun, sebelumnya dalam pidato Midji yang dilanjutkan dengan diskusi bersama para guru honorer dan kepala SD dan SMP se-Kota Pontianak, ia menyiratkan bahwa dirinya dapat menghentikan pidato dan datang ke pembukaan Pekan Gawai Dayak jika sewaktu-waktu kehadirannya dibutuhkan.

"Saya akan tetap di lapangan, cuman di mana di mananya orang tidak tahu. Karena kami sudah sepakat, kalau ada kondisi tertentu di lapangan, saya bisa dihubungi cepat," ungkap walikota dua periode ini.

Selain itu, dia menyampaikan, selaku Walikota Pontianak harus menempatkan diri sebagai pihak yang netral. Menurutnya, pemimpin yang baik harus dapat berdiri di atas semua golongan.

"Kalau saya tampil, kan saya serba salah nih, tampil di sini (dibilang) begini, tampil di sana (dibilang) begini. Sudah, sebagai walikota, saya harus berdiri di atas semua. Semua orang adakan kegiatan apa pun di Pontianak ini kita ayomi. Kalau ada hal-hal, riak-riak, seperti ini biasa," papar Midji.

Yang lebih penting, lanjut dia, bagaimana semua elite yang ada di Kalbar dapat menyelesaikan setiap masalah yang muncul.

"Tidak hanya saat ini. Besok ribut lagi, tahun depan ribut lagi. Nah, masalah yang ada ini dikaji betul, selesaikan. Apa sih akarnya, selesaikan, supaya kita hidup tenteram, damai. Jadi, setiap kegiatan budaya nikmati, setiap kegiatan apa pun nikmati," jelasnya.

Guna ketenteraman bersama, ia juga meminta kepada masyarakat untuk cerdas menggunakan media sosial. Tidak sebagai ajang untuk mengompor-ngompori masalah.

Media sosial, menurutnya, bukan tempat membenturkan saudara sesama bangsa. Tapi buatlah suasana sejuk, damai.

"Kalau masyarakat biasa tenang-tenang saja, yang ribut inikan di tataran media sosial. Saya selaku wali kota, ingin kota Pontianak aman," demikian Sutarmidji. (amb/riz/fik)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aksi Bela Ulama, Ini Dua Tuntutan yang Disampaikan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler