Wanita Baik-baik Rentan Tertular HIV/AIDS

Minggu, 22 Agustus 2010 – 02:25 WIB

WANITA baik-baik atau ibu rumah tangga yang berkelakuan baik, belum tentu tak tertular HIV/AIDSPasalnya, sejak 2007, ibu-ibu rumah tangga atau wanita baik-baik menjadi kalangan yang paling rentan tertular HIV/AIDS melalui hubungan seks dengan kekasihnya atau suaminya

BACA JUGA: Tips Olah Raga Saat Puasa

Hal ini dikatakan Antis Naibaho SpSI, Manager Konselling HIV/AIDS RSU Pirngadi Medan


“Perempuan-perempuan baik-baik yang tertular HIV/AIDS dari para suami mereka yang pengidap dan dulunya mungkin pencandu atau pelaku seks bebas,” ujarnya yang ditemui wartawan Sumut Pos (grup JPNN) di ruang kerjanya.

Dikatakannya, berdasarkan persentase penularan HIV/AIDS melalui hubungan heteroseksual, mencapai 50,3 persen dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 3 : 1

BACA JUGA: Merokok Picu Kanker Kepala dan Leher

Secara keseluruhan, sambungnya, berdasarkan Data Kemenkes, pada akhir 2009 jumlah pengidap HIV/AIDS di Indonesia mencapai 19.973 jiwa dengan kecepatan penularan tercepat di kawasan Asia Tenggara. 

Kemudian, berdasarkan laporan dari 32 provinsi di Indonesia, sekitar 88 persen kasus HIV/AIDS berasal dari kelompok usia produktif (20-49 tahun)
“Kalau usia 20 dia sudah mengidap, berarti tertularnya dari lima tahun sebelumnya, 15-an," imbuhnya

BACA JUGA: Inhaler Asma Dicurigai Akibatkan Kanker Prostat

Menurutnya, kasus penderita HIV AIDS di kalangan wanita meningkat drastisPerilaku berisiko suami atau pasangan merupakan penyebab utama penularan HIV di kalangan  wanita.

”Dari penelitian regional mengenai HIV AIDS di Asia, diketahui wanita merupakan orang dewasa yang paling rentan terkena HIVDi Indonesia, Komisi Penanggulangan AIDS Nasional dan Departemen Kesehatan mengestimasi sekitar 300 ribu orang dewasa usia 15-49 tahun hidup dengan HIV pada 2009.  Peningkatan infeksi tertinggi pada perempuan,” tambah wanita lulusan sarjana Psikolog di Kota Medan ini.

Penyebab makin banyaknya wanita terinfeksi HIV, lanjut dia, karena pasangan yang berperilaku berisiko tinggiPria pembeli seks dikenali sebagai kelompok populasi terinfeksi tertinggiPadahal, kebanyakan mereka merencanakan menikahAkibatnya, wanita yang dianggap berisiko rendah justru berisiko tinggi setelah melakukan hubungan seksual dengan suami atau pasangan“Memperkuat hak azasi reproduksi wanita juga sebagai cara mencegah penularan virus mematikan tersebut,” tegas Antis lagi

Tak hanya itu, lanjut Antis, budaya patriarki (posisi perempuan di bawah pria) yang kuat di negara-negara Asia menyebabkan tidak bisa didiskusikannya seks kepada pasangannya“Terutama perempuan baik-baik kepada suaminyaSehingga pembicaraan tentang penggunaan kondom pun sangat tabuMaknya perempuan sering jadi korban seks laki-laki termasuk para suami yang liar,” paparnya.

Budaya patriaki inilah, membuat wanita khususnya ibu rumah tangga memiliki posisi tawar yang lebih rendah dalam menegosiasikan seks dengan pasanganBahkan, lanjutnya, posisi tawar ibu rumah tangga lebih rendah daripada pekerja seks yang masih bisa memilih.

Resiko rentan wanita terinfeksi HIV/AIDS, karena organ tubuh perempuan yang sangat sensitif dan bentuk anatominya yang cenderung terbuka memudahkan bakteri berkembang di sana, apalagi ketika sedang berhubungan seks“Hubungan seks yang dipaksakan juga lebih rentan untuk kena luka atau tergores di bagian kelaminnya perempuanDengan adanya luka akibat gesekan atau goresan itu kemudian bakteri atau virus mudah masuk ke dalam organ reproduksi itu bila melakukan seks dengan pria yang terinfeksi,” kata wanita beranak empat ini.

Berdasarkan pengalamannya sebagai Manager konselling di RSU Pirngadi Medan, ada beberapa wanita yang menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) terinfeksi HIVPara TKI itu sering melakukan hubungan seks dengan pasangannya yang ternyata penderita HIV/AIDS“Padahal si TKI itu bukan pemakai jarum suntik narkobaTapi malangnya, ia justru terinfeksi dari pasangannya yang pengguna jarum suntik narkoba dan pelaku seks bebas,” ungkapnya.

Tak hanya itu, kasus lainnya yang lebih heboh lagi, masih kata Antis, ada salah satu wanita berparas cantik yang sering ‘dipakai’ para pejabat dengan bayaran mahal, juga terjangkit HIVWanita itu baru mengetahui terjangkit setelah memeriksakan darahnya dan datang untuk konselling di RSU Pirngadi Medan“Bisa dibayangkan, si wanita itu telah menularkan penyakit mematikannya kepada pejabat Kota Medan yang pernah ‘memakainya’Sampai saat ini kami tetap mendampingi si wanita cantik itu untuk tidak ‘menjual’ dirinya lagi karena bisa menularkan penyakitnya,” bilang Antis.

Namun, meski tetap mendampingi dan memberikan konselling kepada wanita berparas cantik tersebut, tetap saja pihaknya tidak bisa mencegah jika diam-diam si wanita tersebut tetap menjual diri“Saat kami berikan konselling untuk tidak melakukan seks lagi, si wanita itu justru menolaknya dengan alasan karena dia butuh uang untuk hidupLalu kami menyarankannya untuk menggunakan kondom bila melakukan seksTapi, lagi-lagi si wanita itu mengaku tak bisa menyuruh ‘tamu pria hidung belangnya’ untuk pakai kondom dengan alasan tak enak,” paparnya.

Antis tidak bisa menyalahi sepenuhnya kepada pria beristri yang doyan ‘jajan’ di luarHal ini bisa terjadi karena suami bosan melihat istrinya yang tidak pernah dandan di rumah“Perempuan bersuami biasanya dandan kalau mau pergi keluar rumah ajaKalau di rumah kebanyakan pakai daster, males dandanSuamipun jadi tak selera lihat istrinya sehingga suamipun ‘jajan’ di luarTapi semua itu tergantung suaminyaKalau suaminya punya iman dan agama yang kuat, pasti setia sama pasangannya,” jelas Antis lagi.

Antis menyarankan, sebelum menuju jenjang pernikahan (pra-nikah), hendaknya pasangan memeriksakan darahnya ke medis tidak untuk mengetahui tertular HIV/AIDS saja, tapi juga penyakit lain seperti hepatitis, kolestrol dan lainnya“Ini demi masa depan anak nantinyaMemeriksakan darah itu penting karena badan bugar bukan jaminan tak ada penyakit,” kata Antis.

Bicara soal penularan HIV/AID, menurut Antis, selain dengan hubungan seks, penularannya juga bisa menular melalui jarum suntik yang telah dipakai oleh orang yang terkena HIV/AIDS, juga melalui  transfusi darahMereka yang menggunakan drug atau narkotik itu menjadi kelompok yang mudah terinfeksi oleh virus HIV karena penggunaan jarum suntik yang bergantianNamun kalau jarum suntiknya itu tidak bergantian atau menggunakan jarum suntik baru, maka tidak dimungkinkan virus HIV/AIDS itu akan masuk dan menjalar pada seluruh tubuhnya.

Selain kelompok perempuan yang rentan terhadap virus HIV/AIDS, masyarakat kelas bawah juga lebih rawan terinfeksiMisalnya ketika mereka mendapatkan pengobatan dari tempat pengobatan umum, biasanya ketika mereka harus mendapatkan suntikan maka pihak dokter menggunakan jarum suntik bekas, dan dengan jarum bekas tersebut mungkin saja itu bekas dipakai oleh orang yang terinfeksi virus HIV.

“Perlu diketahui bahwa HIV/AIDS tidak menular melalui salaman, menggunakan WC bareng, menggunakan gelas bareng, keringat, juga bersinnyaJadi virus HIV/AIDS hanya menular melalui jarum suntik bekas HIV/AIDS, hubungan seks dan transfusi darah,” pungkasnya(ila)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Puasa, Buang Ampas Metabolisme


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler