jpnn.com, MANILA - Kepolisian Filipina mengajukan gugatan pidana terhadap Wakil Presiden Sara Duterte dan staf keamanannya atas dugaan menyerang aparat dan tidak mematuhi perintah dalam insiden di gedung parlemen dan sebuah rumah sakit pemerintah.
Polisi Quezon City mengajukan gugatan tersebut di tengah ancaman hukum terpisah terhadap Duterte, yang sebelumnya secara terbuka mengancam akan membunuh Presiden Ferdinand Marcos Jr., istrinya Liza Araneta-Marcos, dan Ketua DPR Martin Romualdez jika sesuatu terjadi padanya, menurut laporan Manila Times.
BACA JUGA: Presiden Duterte Beri Penghargaan Kepada Menkumham Yasonna Karena Lakukan Ini
Gugatan tersebut mencakup dugaan penyerangan langsung, ketidakpatuhan, dan pemaksaan berat yang terjadi dalam insiden di gedung parlemen dan rumah sakit pemerintah, menurut pernyataan kepolisian pada Rabu (27/11).
Kantor Duterte menyatakan akan menanggapi gugatan tersebut.
BACA JUGA: Soal Aturan Media Sosial, Presiden Duterte Bersikap Tegas
Dalam perkembangan terkait, penasihat presiden Larry Gadon pada hari yang sama mengajukan petisi kepada Mahkamah Agung untuk mencabut lisensi pengacara Duterte.
Petisi tersebut merujuk pada ancaman pembunuhan yang disampaikan Duterte terhadap presiden dan tokoh lainnya.
BACA JUGA: Yasonna Laoly Dapat Penghargaan dari Presiden Duterte, Apa Jasanya?
Duterte menuduh Romualdez, yang merupakan sepupu Presiden Marcos, menginginkan kematiannya.
Dia menuding Romualdez menganggapnya sebagai "ancaman terbesar" terhadap ambisinya mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu 2028.
Marcos dan Duterte sebelumnya bersekutu dalam pemilu 2022, yang membawa mereka pada masa jabatan enam tahun.
Namun, aliansi tersebut mengalami keretakan dalam beberapa bulan terakhir.
Ketegangan itu memicu Duterte mengundurkan diri dari kabinet Marcos, di mana dia sebelumnya menjabat sebagai Menteri Pendidikan. (antara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hubungan Presiden dan Wapres Filipina Retak, Beredar Isu Ancaman Pembunuhan
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan